Rabu, 17 Oktober 2012

kista ovari


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Cystoma ovarii merupakan benjolan yang berada di ovarium yang mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah. Kehamilan yang disertai cystoma ovarii seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. Cystoma ovarii terbanyak yang ditemukan adalah cystoma denoma ovarii serosum kira-kira 60% dari seluruh ovarium dan cystoma denoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Kasus cystoma akhir-akhir ini sangat sering dijumpai, untuk itu penulis tertarik mengkaji kasus tentang cystoma ovarii dan permasalahannya.Kejadiaan kasus Cystoma ovarii yang terdapat RB Kurnia Medika yang ditemukan kira-kira 30 % dari hasil pemeriksaan USG .
Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknyakepala kedalam panggul.
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

1.2. RUMUSAN MASALAH
            1. Apa definisi dari kista ovari?
            2. Apakah etiologi dari kista ovari?
            3. Bagaimanakah patofisiologi kista ovari?
            4. Apa saja klasifikasi kista ovari?
            5. Bagaimana gejala klinis dari kista ovari?
            6. Bagaimanakah cara menentukan diagnosis kista ovari?
            7. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi akibat kista ovari?
            8. Bagaimana penatalaksanaan kasus kista ovari?
            9. Bagaimanakah konsep manajemen asuhan kebidanan pada kasus kista ovari?


1.3.TUJUAN PENULISAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui definisi kista ovari
2.      Mahasiswa dapat memahami etiologi dari kista ovari
3.      Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari kista ovari
4.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi klasifikasi dari kista ovari
5.      Mahasiswa dapat mengenali gejala klinis kista ovari
6.      Mahasiswa dapat menentukan diagnosis dari kista ovari
7.      Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari kista ovari
8.      Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat pada klien dengan kista ovari
9.      Mahasiswa mampu membuat asuhan kebidanan sesuai dengan konsep manajemen asuhan kebidanan pada klien dengan kista ovari




















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  DEFINISI CYSTOMA OVARII
·         Cystoma ovarii adalah pertumbuhan yang berlebihan pada ovarium oleh karena suatu sebab jadi membesar dan berisi cairan kadang berlendir, sehingga tumor tersebut membentuk suatu kantong yang besar dinamakan kista. (Prof. Dr. Bari Syaifudin, 2008)
·         Cystoma ovarii adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. (Sarwono, 2009)

2.2  ETIOLOGI
  1. Belum jelas diketahui, terutama terjadi pada daerah industri, diperkirakan partikel talk dan abses melalui vagina uterus masuk rongga peritonium meupakan bahan perangsang pada ovarium untuk menjadi neoplasma.
  2. Asal usus tumor belium jelas, tetapi pada teori yang menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang, virus, hormon, dan stress.
3.      Faktor lain yang menyebabkan kista ovarium antara lain :
-           Faktor genetic
-           Wanita yan menderita kanker payudara
-           Riwayat kanker kolon
-           Gangguan hormonal
-           Diet tinggi lemak
-           Merokok
-           Minum alcohol
-           Pengunaan bedak talk perineal
-           Sosial ekonomi yang rendah
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab.Penyebab inilah nantinya yang akan menentukan tipe dari kista.Diantara beberapa kista ovarium ,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar dari akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. (Manuaba, 2009)

2.3  PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Terjadinya kista berasal dari folikel yang mengalami pembesaran yang berlanjut menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim. Setiap bulan banyak folikel yang rusak dari kematian oocyte diikuti segera dengan degenerasi dari epitel folikel. Seringkali ruangan tersebut terisi sebagian besar diisi dengan cairan yang banyak, produksi cairan mempengaruhi terhadap besarnya tumor, perdarahan pada ruangan akan memenuhi ruangan tersebut hingga terjadi suatu hematoma folikuler.
(Syaifuddin, 2008)

2.4  KLASIFIKASI
Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas. Pembagian tumor adalah sebagai berikut:
1.      Tumor nonnoeplastik
-          Tumor akibat radang
-          Tumor lain
-          Kista folikel.
Berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi namun tumbuh terus menjadi kista follikel atau dari beberapa follikel primer yang yang setelah tumbuh dibawah pengaruh estrogen membesar menjadi kista dengan diameter 1-1,5 cm.Tidak jarang ruangan follikel diisi cairan sehingga kista bertambah besar .Biasanya besarnya tidak melebihi sebesar jeruk / lemon .Cairan pada kista dapat mengandung estrogen sehingga dapat meyebabkan gangguan haid.Kista ini akan hilang spontan dalam 2 bulan.
-          Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albocans.Kadang kadang menjadi korpus persistens.Perdarahan didalamnya menyebabkan kista.Kista lutein dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis,menimbulkan gangguan haid seperti amenorrea dan perdarahan tidak teratur berta pada bagian bawah perut dan ruptur.Penanganannya menunggu sampai kista hilang sendiri .Kadang dilakukan pengangkatan kista tanpa mengangkat ovarium.
-          Kista lutein
Pada mola ,korio karsinoma dapat membesar dan menjadi kistik , kista bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju .Tumbuhnya kista disebabkan hormon korio gonadotropin meningkat .Jika mola dan Ca hilang maka kista mengecil spontan
-          Kista inklusi germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium .Sering terdapat pada wanita lansia dengan diameter < 1 cm
-          Kista Stein-Levental
Gejala: Infertilitas, amenorrhea,oligomenorrea sekunder dan gemuk hirsutisme tanpa maskulinisasi,ke 2 ovarium membesra ,pucat polikistikn dengan permukaan licin
Etiologi:Gangguan hormonal sehingga terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen Diagnosis: berdasarkan gejala,laparaskopi.Terapi: Klomifen Wedge Resction

2.      Tumor Neoplastik Jinak (Sarwono,2009)
-          Kistik
o   Kistoma Ovarii Simplek. Permukaan rata dan halus,bertangaki ,bilateral dan membesar mudah terjadi torsi.Terapi dengan pengangkatan kista denagn reseksi ovarium
o   Kistadenoma Ovarii Serosum. Menurut Meyer kista berasal dari teratoma.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlekatan kista.Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista secara in toto ,pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooferektomi tergantung besarnya kista. Gambaran klinis: tumor lazimnya berbentuk multilokuler ,permukaan berbagala ,kira- kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat besar bisa unilateral bisa bilateral.Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada sel.Sel epitel yang terdapat dalanm satu lapisan mempunyai potensi untuk menjadi multilokuler.Jika terjadi robekan pada dinding kista maka sel epitel dapat menyebar pad peritoneum rongg perut sehingga dapat menyebabkan psedomiksosa peritonei. Penanganan: Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanya dilakukan salpingo ooferektomi.Pada waktu mengangkatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu setelah itu lakukan pemeriksaan histologik .Ovarium yang lain perlu diperiksa
o   Kistadenoma Ovarii Musinosum. Menurut meyer asal tumor ini adalah dari teratoma dimana dalam pertumbuhannya elemem yang satu mengalahkan elemen yang lain..Angka kejadian Terbanyak ditemukan dengan tumor ovarium musinosum yang keduanya kira –kira 60 % dari tumor ovarium Dan kistadenoma ovarium kira kira 40 % dari dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.Tumor ini paling sering ditemukan pada usia antara 20-50 tahu dan jarang terjadi pada masa pubertas. Gambaran klinik .Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler dengan permukaan berbagala.Kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang besar dan tidak ditemukan lagi ovarium yang normal.Biasanya unilateral dapat juga dijumpai bilateral.Kista menerima darah dari tangkai kadang kadan dapat terjadi torsi. yang dapat mengakibatkan perdarahan dan perubahan degeneratif didaam kista yang memudahkan perlekatan kista dengan omentum ,usus-usus dan peritonium parietale.Pada pembukaan dinding kista agak tebal pada pembukaan terdapat cairan yang berwarna kuning coklat terdapat dalam satu apisan mempunyai potensi untuk tumbuh eperti stuktur kelenjer dan menjadi kista baru sehingga kista menjadi multilokuler.Jika terdapat robekan pada dinding kista maka jaringan kista dapat tersebar di permukaan peritoneum ronga perut dan pseudomiksosa peritoneum. Penanganan : Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar dan sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanay dilkukan pengangkatan ovarium beserta saluran tuba ( salpingo ooferektomi )
o   Kista endometrioid. Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel yang menyerupai epitel endometrium
o   Kista dermoid. Merupakan kista jinak yang struktur ektodermal denagn diferensiasi sempurnaeperti epitel kulit ,gigi,dan produk glandula sebasea.Angka kejadian 10 5 dari seluruh neoplasma kistik dan sering terjadi pada wanita mudadan dapat menjadi besar.Gambaran klinik : dinding kisat kelihatan putih keabuabuan dan agak tipis.Kalu dibelah biasanya nampak sat kista besar dengan ruangan kecil didalamnya.Tumor mengandung elemen ektodermal mesoderma dan ento dermal mak dapat ditemukan kulit rambut kelenjer sebasea ,gigi dll.Pada kista dermoid tedapat torsi bertangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.Ada pula kemungkinan terjadinya sobekan pada dinding kista Perubahan keganasan agak jarang dan yang tersering adalah karsinoma epidermoid.

-          Solid
o   Fibroma , Leiomioma,Fibroadenoma,Papiloma
Semua tumor pada adalah neoplasma.Potensi menjadi ganas berbeda pada masing masing jenis.Fibroma ovarium berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel masenkim yang multipoten. Frekwensi : 5 % dari neoplasma ovarium.Gambaran klinik :tumor ini dapat mencapai 2-30 cm dan berat mencapai 20 kg.dengan 90 % unilateral.Neoplasma ini terdiri dari jaringan ikat dengan sel ditengah jaringan kolagen . Terapi: ooferektomi
o   Tumor Brenner
Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.Angka kejadian 0,5 % dari tumor ovarium.Gambaran klinik: besar tumor beraneka ragam.Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan berwarna kunin muda menyerupai fibroma.denagn kista kecil.Mikroskopik gambaran tmor sangat khas terdiri dari 2 elemen yakni sarang yang terdiri adri sel sel epitel yang dikelilingi ole jaringan ikat.
o   Tumor sisa adrenal
Tumor ini sangat jarang terjadi tumor ini unilateral dan besranya bervariasi dari 0,5-16 cm.

2.5  GEJALA KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
  1. Perut terasa penuh, berat, kembung
  2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
  3. Haid tidak teratur
  4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha.
  5. Nyeri sanggama
  6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
  1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
  2. Nyeri bersamaan dengan demam
  3. Rasa ingin muntah

2.6.  DIAGNOSIS
Adapun pemeriksaan yang dapat dilkukan untuk menegakkan diagnosis adalah :
a.       Berdasarkan keluhan : menanyakan gejala yang dirasakan oleh lien seperti rasa tidaka nyaman pada perut bagian bawah
b.      Pemeriksaan teraba tumor diluar uterus : Terpisah dengan uterus diluar uterus atau masih melekat.Konsistensi kistik atau solid,permukaan dapat rata atau berbenjol benjol.,masih dapat digeraakan atau sudah terfiksir
c.       Dengan pemeriksaan tambahan : USG,laparaskopi ,parasintesis cairan asites,pemeriksaan rontge

2.6  KOMPLIKASI
  1. Torsi
Komplikasi ini sering terjadi terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan torsi bermacam-macam dan gerakan peristaltik dari usus.
2.      Ruptura kista
Ruptura kista yang kecil kadang-kadang tidak memberikan gejala, tetapi pecahnya ini dapat memberikan bahasa seperti penyebaran isi kista dalam ruang abdomen berisi cairan gelatineus.
  1. Supporasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri yaitu secara hematogen atau limfogen.
  1. Perubahan keganasan
Dari suatu tumor kistik dapat terjadi keganasan pada jenis mucinosum. Kemungkinan terjadi keganasan lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis serosum. Pada jenis musinosum berkisar 5-10% sedangkan pada cystodenoma serosum ini lebih sering jadi ganas yaitu sekitar 25%.
  1. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
Ø  Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, partus prematurus.
Ø  Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah persalinan terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis dan infeksi yang disebut Abdomen Akut.
Ø  Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
Ø  Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
Ø  Tumor besar dan berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.
(Manuaba, 2008)
2.7  PENATALAKSANAAN
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubungan dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi. Ovarium yang lain juga harus diperiksa.
Adapun prinsip untuk menangani kista ovarium:
1.      Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan kemungkinan degenerasi ganas.
2.      Saatoperasi dapat didahului dengan frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut.
3.      Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
4.      Operasi tumor ganas diharapkan debulkingyaitu dengan pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cmdan lakukan TAH + Bil Os omentektomi
5.      Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor
6.      Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
7.      Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and see.Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3 bulan kemudian .
8.      Penggunaanpil kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi kista fungsional
9.      Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka dapat dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo ooferektomi )dan dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan histerektomi.
·         Satu-satunya terapi/pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi. Bila tumor ovarii disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
·         Penanganan pada kehamilan dan persalinan berdasarkan pada:
a.       Kemungkinan adanya keganasan
b.      Kemungkinan torsi dan abdomen akut
c.       Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka:
Ø  Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.
Ø  Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
Ø  Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan di bawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron:
·         Beberapa hari sebelum operasi
·         Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
Ø  Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.
Ø  Bila tumor agak besar dan lokasinya di bagian bawah akan menghalangi penanganan yang dilakukan:
·         Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
·         Bila tidak terjadi, persalinan diselesaikan dengan sectio sesaria dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, 2006)

2.8  MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
       I.      Pengkajian Data
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Ø  Nama ibu dan suami, untuk mengenal, memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan.
Ø  Umur ibu yang pertama kali periksa, dan mengetahui usia reproduksi ibu.
Ø  Agama, untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu dan memudahkan pemberian dukungan.
Ø  Pekerjaan ibu, untuk mengetahui dimana ibu bekerja karena kemungkinan pekerjaan ibu dapat mengganggu kesehatan ibu sendiri, terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.
Ø  Pekerjaan suami, untuk mengetahui taraf kehidupan.
Ø  Pendidikan, untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Ø  Alamat, untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
2.      Keluhan utama
Penderita kista ovari biasanya datang dengan keluhan nyeri dan ada benjolan abnormal.
3.      Riwayat haid
Untuk mengetahui siklus haid, lama haid, banyaknya dan keluhan pada saat haid yang nantinya berhubungan dengan penyakitnya.
4.      Riwayat pernikahan
Umur nikah, berapa kali menikah dan lama menikah untuk mengetahui status perkawinan ibu.
5.      Riwayat kesehatan sekarang
Penderita merasa nyeri dan ada pembesaran abnormal pada perut bagian bawah.
6.      Riwayat kesehatan yang lalu
Berkaitan dengan apakah penderita pernah mengalami abortus, dan curetase, dan tidak mempunyai penyakit menular, menahun.
7.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun, maupun menurun.
8.      Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
KEHAMILAN
PERSALINAN
NIFAS
KB
No
Suami
UK
Peny
Jn Pers
Peno-long
L/P
BBL
H/M
Peny
Lama
ASI
Metode
Penyu-lit















9.        Riwayat KB
Untuk mengetahui ibu pernah ikut KB apa sebelum hamil, berapa lama, dan rencana KB ibu.
10.  Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola istirahat
Berhubungan dengan kecukupan kebutuan istirahat, normalnya untuk ibu nifas kebutuhan istirahat siang 1-2 jam, malam 7-8 jam, dan totalnya 10 jam.
b.      Pola nutrisi
Pada ibu nifas makan 3x sehari, dianjurkan untuk memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein dan bergizi bagi tubuh, minum sedikitnya 3 liter per hari.
c.       Pola aktivitas
Pada ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengepel, memasak, nyuci dll.
d.      Pola eliminasi
BAK 4x/hari, BAB 1x/hari, berbau, warnanya kuning dan padat.
e.       Personal hygiene
Mandi 2x/hari, sikat gigi 2x/hari, ganti baju tiap baru mandi dan terasa basa/berkeringat ibu ganti baju.


B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum          :   Baik/cukup, lemah
Kesabaran                  :   Composmentis/somnoten
TTV
TD                              :   140/90 – 90/mmHg
Nadi                           :   Normal (70-90x/menit)
Pernafasan                  :   Normal (16-24x/menit)
Suhu                           :   Normal (36,5-37,5oC)
BB/TB                        :   -
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Muka                  :  pucat/tidak, oedema/tidak
Mata                   :  Simetris/tidak, konjungtiva pucat/tidak, sclera kuning/tidak
Leher                  :  Simetris/tidak, ada pembesaran kelenjar teroid/tidak, bendungan vena jugularis/tidak, pembesaran kelenjar limfe/tidak
Payudara            :  Simetris/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
Perut                   :  Adanya benjolan abnormal, ada nyeri tekan
Genetalia            :  Bersih/tidak, ada varises/tidak, ada odema/tidak.
Ekstrimitas         :  oedema/tidak, varises/tidak
b.      Palpasi
Leher                  :  Ada pembesaran kelenjar tyroid/tidak, ada bendungan vena jugularis maupun kelenjar limfe/tidak
Payudara            :  ada benjolan abnormal/tidak, ada nyeri tekan/tidak
Perut                   :  Ada benjolan abnormal di bagian perut bawah, nyeri tekan.
Ekstrimitas         :  oedema/tidak
c.       Auskultasi
Dada                  :  Ada bunyi ronkhi maupun wheezing/tidak
Perut                   :  Bising usus +/-
d.      Perkusi
Ekstriminasi       :  Reflek pattela +/-
3.      Pemeriksaan penunjang
1)      Pemeriksaan Dalam (Vagina Tocher)
Dilihat apakah ada perdarahan atau tidak, kita raba berada disebelah mana atau teraba pembesaran uterus yang licin.jika serviks digerakkan seluruh massa yang padat bergerak (Derek, 2001)
2)      Pemeriksaan Penunjang
-          Pemeriksaan hematology (Hb, leukosit, trombosit, LED, golongan darah, massa perdarahan atau masa pembekuan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan adanya kontraindikasi.
-          Pemeriksaan USG
Untuk memperjelas letak mioma dan memudahkan dalam melaksanakan operasi.
-          Pemeriksaan kardiovaskuler (FCG dan Foto Thorax)
-          Pemeriksaan sistem respratorius dan unologi, tes aleral terhadap obat antibiotic
(Sulaiman, 1983)


    II.      IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx   :Ny.......... usia .............. tahun dengan kista ovari
DS   : - Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
DO  : - Inspeksi
             Muka                        :  Tidak pucat
             Perut                        :  Terlihat perut membesar teraba benjolan pada perut bagian bawah
             Pemeriksaan dalam :  Teraba massa pada uterus atau bagian yang lain dalam uterus.
Masalah yang mungkin terjadi
·         Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pembesaran perut (adanya massa pada perut bagian bawah)
·         Kecemasan sehubungan dengan diagnosa kista ovari
·         Gangguan eliminasi sehubungan dengan pembesaran kista ovari
·         Kurangnya pengetahuan ibu tentang penyakit dan penyembuhnya.
   III.     INTERVENSI
Dx : Ny....usia....tahun dengan kista ovari
Tujuan : - Penberian terapi yang tepat
-          Masalah teratasi
KH : - Ibu mengerti akan kondisi yang terjadi pada dirinya
-          Kecemasan ibu berkurang
-          Ibu mendapat terapi yang tepat
1.      Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ Pendekatan yang baik dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara petugas dan klien, sehingga klien dapat lebih kooperatif
2.      Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R/ Informasi yang benar dapat mengurangi kecemasan klien dan keluarga
3.      Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan
R/ Pemberian terapi yang tepat dapat mempercepat proses pemulihan
4.      Memotivasi klien dan memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi
R/  Rasa cemas ibu berkurang dan pengetahuan ibu bertambah
5.      Menganjurkan klien untuk melaksanakan pemeriksaan yang lebih lengkap yaitu dengan USG
R/ Menegakkan diagnosa yang pasti
IV.          IMPLEMENTASI
Mengacu pada intervensi
  V.          EVALUASI
Mengacu pada kriteria hasil












1.      Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan.Jakarta.YBP-SP.
2.      Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.
3.      Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC.
4.      Syaifuddin, Bari.2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta. YBP-SP.

0 komentar: