Minggu, 07 Oktober 2012

persalinan sungsang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.        KONSEP PERSALINAN
1.1    Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2007)
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
(Sarwono, 2007)
Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin & uri) yang dapat hidup di dunia luar, dari lahir melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Muchtar, 2005)
1.2    Jenis Persalinan
1.2.1   Menurut caranya
a.    Persalinan spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan itu sendiri dan melalui jalan lahir
b.    Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dibantu denga tenaga dari luar  misalnya exraksi vacuum forcep atau dengan operasi
c.    Persalinan Anjuran
Bila persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi harus berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostagladin
1.2.2    Menurut Tua / Umur Kehamilan
a.    Abortus
Persalinan dari hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.


b.    Aterm
Persalinan dari hasil konsepsi antara kehamilan 37 sampai 42 minggu atau janin dengan berat badan diatas 2500 gram.
c.    Serotinus
Persalinan dari hasil konsepsi yang melebihi kehamilan 42 minggu pada janin terdapat tanda-tanda post maturalis.
d.   Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlagsung cepat kurang dari 3 jam
e.    Persalinan Percobaan
Adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi cepalopevik
(Rustam Muchtar, 2005)
1.3    Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan
Yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan benar yang ada hanyalah merupakan teori yang komplek antara lain dikemukakan faktor humoral struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi :
1.   Teori Penurunan Hormon
1-2 Minggu sebelum partus mulai, terjadilah penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penerang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron turun.
2.   Teori Plasenta menjadi tua
Ini akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his.
3.   Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan eskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
4.   Teori iritasi Mekanik
Dibelakang sevik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhouser) bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5.   Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan induksi, dengan gagang laminaria, amniotomi / oksitosin drip.
                                                        (Rustam Muchtar, 2005)
1.4    Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalianan (beberapa minggu sebelumnya) wanita memasuki yang disebut kala pendahuluan tanda-tandanya sebagai berikut :
a.    Lightening, Setling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
b.    Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri menurun.
c.    Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih  tertekan oleh bagian terbawah janin.
d.   Perasaaan sakit diperut dan dipunggung oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut "false labour pain".
e.    Servik menjadi lembek mulai mendaftar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Bloody Show).
(Rustam Muchtar, 2005)
1.5    Tanda – tanda Persalinan
a.    Rasa sakit oleh adanya His yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b.    Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih benyak karena robekan kecil pada servik
c.    Kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d.   Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada
(Rustam Muchtar, 2005)
1.6    Faktor-faktor yang Berperan dalam persalianan
1.       Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)
Kekuatan yang mendorong persalinan adalah
a.       HIS (kontraksi Uterus)
b.      Kontraksi otot-otot dinding perut
c.       Kontraksi diafragma
d.      Ligamentous action terutama ligamentum rotundum
Keempat kekuatan tersebut bekerjasama dengan baik dan sempurna
                                                               (Rustam Muchtar, 2005)
2.       Passage (Jalan lahir)
a.       Bagian keras (tulang-tulang panggul / rangka panggul)
b.      Bagian Lunak (otot-otot, jaringan-jaringan, ligamen-ligamen)
Ukuran-ukuran panggul
1.      Ukuran panggul luar
a.       Distansia Spinarum (jarak antara kedua SIAS : 23 -26 cm)
b.      Distansia Cristarum (jarak antara kedua crista iliaca kana dan kiri : 26 – 29 cm
c.       Conjunggata Externa (boudeloque : 18 -20 cm)
d.      Lingkar panggul : 80 -90 cm
e.       Distansia Tuberum (jarak antara tuber isciadika kanan dan kiri : 10,5 cm)
2.      Ukuran panggul dalam
Yang dapat diukur adalah :
a.       Promontorium teraba / tidak , sehingga dapat diketahui conjunggata diagonalis dan conjunggata vera
b.      Linea inominata teraba berapa bagian, jika teraba 2/3 bagian / kurang berarti normal
c.       Spina isciadika menonjol / tidak
d.      Sacrum cekung / tidak
e.       Arkus pubis kurang / lebih dari 90 derajat
Jalan lahir lunak yang perlu diperhatikan adalah :
a.       Serviks : pembukaan, effacement
b.      Ketuban
c.       Lingkaran bandl
d.      Tumor-tumor jalan lahir
e.       Cacat rahim (bekas SC, bekas myomectomi)
3.      Passanger (janin)
Yang berpengaruh pada proses persalinan dari janin adalah :
a.       Aterm / prematur
b.      Tunggal / ganda
c.       Posisi anak
d.      Hidup / mati
4.      Psikologis
Psikologis seorang ibu inpartu juga berpengaruh pada proses persalinan, bila kondisi psikologis ibu baik maka ibu akan kooperatif dan hal ini akan memperlancar proses persalinan
5.      Posisi
Pada waktu meneran ibu harus dibantu untuk memperoleh posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu. Dibawah ini ada macam-macam posisi pada kala 11 dan masing-masing posisi mempunyai keuntungan.
a.       Duduk / setengah duduk dengan bahu dan punggung ditopang oleh satu anggota keluarga sehingga ibu lebih mudah mengedan
b.      Litotomi : ibu berbaring dengan lutut ditekuk kedua paha diangkat ke kanan dan kiri
c.       Jongkok / berdiri : posisi ini dapat membantu penurunan kepala janin jika persalinan berjalan lambat
d.      Merangkak : posisi ini cocok jika ibu merasa nyeri pada punggungnya dan dapat membantu jika terdapat kesulitan pada perputaran janin
e.       Berbaring miring kekiri : memberi relaksasi dan membantu mencegah laserasi perineum, peredaran darah ke uterus lebih lancar, putar paksi kepala lebih lancar
6.      Penolong
Selama persalinan terbukti berkurang sampai sepertiganya apabila wanita yang bersangkutan telah termotivasi dan dipersiapkan untuk menjalani persalinan.
Keberadaan keluarga yang mendukung, petugas / perawat yang teliti, berpengalaman dan dokter yang penuh perhatian akan menimbulkan kepercayaan diri, berperan untuk mengurangi nyeri dan lancarnya proses kelahiran.
                                                                     (Cunningham, 2005)
Sepanjang persalinan kala 11, seorang staf medis dan keluarga harus mendampingi untuk membantu dan memberikan dorongan semangat untuk mengejan pada setiap kali kontraksi uterus dan beristirahat disela-sela kontraksi uterus. Ibu membutuhkan dorongan yang konstan selama kontraksi expulsi terakhir, baik dengan kata / perhatian dari pemandu persalinan
                                                                     (Hamilton,1996)
1.7  Proses Persalinan
Proses Persalinan dibagi menjadi :
1.7.1 Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dibagi menjadi atas 2 fase yaitu :
a.    Fase laten
     Pada fase ini pembukaaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 jam.
b.   Fase aktif
     Pada fase ini pembukaan berlangsung lebih cepat mulai pembukaan 6 jam yang dibagi dalam 3 sub fase :
-     Periode Akselerasi : berlangsung 2 jam dari pembukaan 3-4 cm.
-     Periode latasi maximal : berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
-     Periode Deselerasi : Berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung lambat menjadi 10 cm/lengkap.
-     Fase diatas dijumpai pada primigravida dan multigravida
Perbedaannya :
Primigravida : - Serviks  mendatar (effacement) dulu, baru dilatasi
-  Berlangsung 13-14 jam
Multigravida : -  Servik mendatar dan membuka bisa bersamaan
-  Berlangsung 6-7 jam
1.7.2 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala pengeluaran : dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir kala ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
                                                   (Sarwono, 2007)
Pada kala II ini bisa menjadi lebih kuat dan lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali, karena biasanya dalam hal ini kepala janin menusuk diruang panggul maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin kelihatan. Vulva membuka dan perineum meregang dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II primi 1½ - 2 jam pada multi ½ 1 jam.
                                                               (Rustam Muchtar, 2005)
 1.7.3 Kala III (kala Pengeluaran Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit dengan pengeluaran kira-kirra 100-200 cc.
Tanda pelepasan plasenta
-        Uterus menjadi bandar
-        Perdarahan terutama sekonyong-konyong dan agak banyak  (semburan darah tiba-tiba)
-        Tali pusat bertambah panjang
-        Naiknya fundus uteri
Cara lepasnya plasenta :
a.       Secara Schutzle (80%)
Pelepasan plasenta yang dimulai pada bagian tengah perdarahan biasanya terjadi setelah uri lahir.
b.      Duncan
Pelepasan plasenta yang dimulai dari pinggir plasenta, perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas berlangsung sampai seluruh plasenta terlepas.
Cara mengetahui plasenta lepas dari Implantasinya :
a.       Kutsner
Tangan kiri diletakkan diatas simphysis kita dorong kebawah, tangan kanan megang tali pusat lalu ditegagkan, bila tali pusat diam maju atau bertambah panjang berarti plasenta sudah lepas dari Implantasinya.

b.      Klien
Tangan kiri diletakkan diatas fundus uteri, kita ketok-ketok tangan kanan megang tali pusat lalu ditegangkan bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, Bila tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas dari Implantasinya.
Manajemen Aktif kala III
a.    Pemberian Oxitosin
-        Letakkkan kain bersih diatas perut ibu dan periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang kedua
-        Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
-        Selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir segera suntikkan oxitosin 10 menit intra muscular pada paha sepertiga bagian luar atas
b.    Lakukan penegangan tali pusat terkendali
-        Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simphysis
-        Tangan yang lain memegang tali pusat dekat vagina dan meletakkan tarikan tali pusat terus menerus dalam tegangan yang sama selama kontraksi
-        Begitu plasenta terlepas keluarkan dari jalan lahir dan menggerakkan tangan/klem pada tali pusat kearah bawah lurus dan ke atas
-        Setelah plasenta terlihat di vagina kita tangkap dan perlahan diputar searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban
c.    Pemijatan fundus uteri
Dengan lambat tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehinggga uterus berkontraksi
1.7.4  Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lepasnya uri sampai 2 jam setelah melahirkan 7 pokok penting yang perlu diperhatikan :
a.       Kontraksi rahim : baik/tidak dapat diketahui dan palpasi
b.      Perdarahan : ada/tidak, bisa/banyak
c.       Kandung kencing : harus kosong bila penuh anjuran kencing sendiri bila tidak bisa lakukan catheter
d.      Uri dan selaput ketuban harus lengkap
e.       Luka-luka : jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/ tidak
f.       Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernafasan, rasa sakit dan keluhan ibu
g.      Bagi dalam keadaan baik

Perbedaan kala antara primi gravida dan multi gravida pada proses persalinan.

Primi
Multi
Kala I
Kala II
Kala III
13 jam
1 jam
½ jam
7 jam
½ jam
¼ jam
Lama persalinan
14 ½ jam
7 ¾ jam
(Rustam Muchtar, 2005)
1.8 Penatalaksanaan Kala I
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
·   Beri dukungan dan yakinkan dirinya
·   Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
·   Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat di berikan :
·   Lakukan perubahan posisi
·   Posisi sesuai keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri
·   Sarankan ibu untuk berjalan-jalan
·   Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijatnya atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.









2.      KONSEP TEORI LETAK SUNGSANG
2.1     Pengertian
·         Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
(Wiknjostastro, 2005)
·         Letak sunsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah.
(Sulaiman Satrawinata, 1998)
·         Letak sungang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah.
(Rustam Muchtar, 2005)
2.2  Etiologi
Ø Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus.
Ø Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya :
-       Hamil kembar
-       Hidramnion
-       Plasenta previa
-       Panggul sempit
(Rustam Muchtar, 2005)
2.3  Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab terjadinya letak sungsang antara lain :
a.       Gangguan akomodasi, misalnya pada kelainan bentuk rahim, tumor rahim, kehamilan ganda, plasenta pada kornu, ekstensi tungkai janin.
b.      Gerakan janin yang bebas, misalnya pada hidramnion, janin kecil/prematur, grande multi gravida.
c.       Gangguan fiksasi kepala pada pintu atas panggul, misalnya pada plasenta previa, tumor panggul, kesempitan panggul, anensefalus/ hidrosefalis.
(Rustam Muchtar, 2005)
2.4  Bentuk-bentuk letak sungsang
a.    Letak bokong murni
Ø Teraba bokong
Ø Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
Ø Kedua kaki bertindak sebagai spalk
b.    Letak bokong kaki sempurna
Ø Teraba bokong
Ø Kedua kaki berada disamping bokong
c.    Letak bokong tidak sempurna
Ø Teraba bokong
Ø Disamping bokong teraba satu kaki
d.   Letak kaki
Ø Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
Ø Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut terendah.
     Untuk menentukan berbagai letak sungsang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam, pemeriksaan foto abdomen dan pemeriksaan ultrasonografi.
(Manuaba, 2005)
2.5  Mekanisme Pertolongan Letak Sungsang
Bokong akan memasuki panggul (Engagement dan Descent) dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan mendorong kebawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam. Perineum akan merenggang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter anteroposterior, di ikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan (Manual Aid).
(Sarwono, 2007)
  

2.6  Prosedur Melahirkan Bokong Dan Kaki (Dan Kepala Secara Spontan)
1.      Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga bokong tampak di vulva.
2.      Pastikan bahawa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu mengejan.
3.      Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
4.      Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus yang sudah lebar,episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi lokal sebelumnya.
5.      Biarkan bokong lahir, bila tali pusar sudah tampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva. Awas: Jangan melakukan tarikan atau tindakan apaapun dalam tahap ini.
6.      Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar dengan sumbu panggul, dengan jari-jari yang lain memegang pinggul janin.
7.      Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan  kedua tangan penolong disesuai dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial kearah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan seluruh kepala.
8.      Bila pada langkah no.7 tidak ada kemajuan dan/atau tungkai tidak lahir secara spontan, maka lahirkan kaki satu persatu dengan cara berikut :
Dengan jari telunjuk dan jari tengah dibelakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi paha sampai tungkai lahir .
9.      Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, di atas kepala, atau di belakang leher.
10.  Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan.

2.7  Prosedur Melahirkan Lengan Di Depan Dada
1.      Biarkan bahu dan lengan anterior lahir sendirnya dengan cara bokong ditarik ke arah berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir spontan, keluarkan lengan dengan cara dmengusap lengan atas janin menggunak dua jari penolong berfungsi sebagai bidai. Awas:  Perhatikan cara melakukan dengan benar untuk menghindari fraktur lengan atas.
2.      Angkatlah bokong janin ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan lengan posterior. Teknik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan anterior dapat dipakai bila bahu dan lengan posterior tidak dapat lahir seccara spontan. Apabila kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan dahulu bahu dan lengan posteriornya.

2.8  Prosedur Melahirkan Lengan Di Atas Kepala Atau Dibelakang Leher (Manuver Lovset)
1.      Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar).
2.      Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior).
3.      Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan posterior berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua jari penolong di lengan atas bayi.
4.      Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di atas) sambil melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahrkan dengan cara yang sama.


2.9  Prosedur Melahirkan Kepala (Manuver Mauriceau-Smellie-Veit)
Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin, kalau ada, tali pusat di potong dulu di dekat pusar janin.
1.      Janin dalam posisi telungkup ke bawah, letakkan tubuhnya di tangan dan lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut (atau bila janin belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang menghadap ke wajah janin).
2.      Tempatkan janin telunjuk dan  jari manis di tulang pipi janin.
3.      Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergunakan untuk melakukan traksi.
4.      Buatlah kepala janin fleksi dengan catra menekan tulang pipi janin ke arah dadanya.
5.      Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi dengan tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu mengikuti arah sumbu panggul.
6.      Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan memepertahankan fleksi kepala janin, dan mintalah asisten untuk menekan daerah supra simpisis.
7.      Setelah suboksiput lahir dibawah simpisis, badan janin sedikit demi sedikit di elevasi ke atas (ke arah perut ibu) dengan suboksipot sebagai hipomoklion. Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.
(Sarwono, 2007)










KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
I.     PENGKAJIAN
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun obyektif data subyektif disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomer register.
A. Data Subyektif
1.    Biodata
·      Nama     : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah kekeliruan dengan pasien lain.
(Christina, 1993)
·      Umur      : Menentukan prognosa kehamilan, dikatakan primi muda jika kehamilan pertama ≤ 16 tahun. Jika kehamilan pertama usia ibu ≥ 35 tahun maka termasuk primipara tua. Selain itu seorang ibu dikatakan terlalu tua hamil jika umur ≥ 35 tahun.
(Depkes RI, 1994)
·      Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama. Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien. Dengan menggunakan asuhan kebidanan.
(Depkes RI, 1995)
·      Pendidikan
Untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
(Marjati, 2009)
·      Pekerjaan ibu/ suami
Untuk mengetahui dimana ibu bekerja karena mungkin pekerjaan itu terlalu berat sehingga mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Untuk mengetahui taraf kehidupan.
(Marjati, 2009)
·      Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
(Marjati, 2009)

2.    Alasan Datang
Penjelasan pasien tentang tujuannya mencari perawatan kesehatan.
(Bobak. 2007)
3.    Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan ibu saat dating, keluhan yang terjadi pada saat inpartu adalah:
a)    Nyeri pada perut bagian bawah dan punggung
b)   Kenceng-kenceng pada perut
c)    Mengeluarkan darah serta lendir
d)   Mengeluarkan cairan
4.    Riwayat Kesehatan
Meliputi penyakit yang diderita ibu dulu maupun sekarang dan pengobatan yang pernah/ sedang didapatkan ibu. Ini dikaji untuk melihat kemungkinan adanya penyakit yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi masa nifas, misalnya saja:
a.    Penyakit jantung
Penyakit jantung yang menyertai ibu post partum sangat berpengaruh baik bagi keadaan fisik maupun psikologis ibu karena dengan adanya payah jantung ibu akan merasakan : sesak nafas, jantung berdebar, dada terasa berat kadang- kadang terasa nyeri, nadi cepat, kaki bengkak. Apakah yang dirasakan ibu ini selain mengganggu jalannya persalinan, ibu juga akan mengalami gagguan saat nifas karena pada saat persalinan ibu berhasil kemungkinan besar pada post partum ibu kehabisan tenaga, merasa lemah sehingga kontraksi uterus menjadi kurang baik, selain itu dengan keluhan yang ibu rasakan juga berpengaruh pada saat ibu memberi ASI untuk bayinya.
b.    Diabetus melitus
Pengaruh DM pada nifas tergantung dari berat ringannya penyakit tersebut. Pengaruh DM pada kehamilan cukup besar apabila dilakukan episiotomi saat persalinan apalagi jika jalan lahir ibu tidak cukup besar untuk dilalui bayi dan itu akan berpengaruh dengan masa nifas ibu dengan adanya luka episiotomi kemungkinan akan sembuh lebih lama dengan adanya penyakit DM yang diderita ibu.

c.    Anemia
Pengaruhnya antara lain : perdarahan post partum, kematian janin dalam kandungan, BBLR. Apa yang terjadi pada masa kehamilan dan persalinan sangat berkaitan dengan kelancaran post partum dengan adanya anemia maka proses laktasi juga terganggu.
d.   Tuberkulosis Paru
Penyakit ini tidak berpengaruh langsung dalam masa kehamilan tapi akan sangat berpengaruh pada saat nifas karena jika kondisi sudah parah akan menurunkan daya tahan ibu dan produksi ASI ikut menurun. Bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberikan ASI nya karena bayi juga bisa tertular penyakit ibu.
e.    Asma
Dengan adanya penyakit ini sangat berpengaruh dalam hal pertumbuhan janin karena ada hubungannya dengan suplai oksigen terhadap janin dan ibu pada masa kehamilan dan persalinan, juga berpengaruh terhadap masa nifas ibu.
(Bobak, 2007)
5.     Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian ini memberi informasi tentang keluarga dekat seperti orang tua, saudara kandung, anak- anak. Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik/ familial dari kondisi- kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan pasien dan janinnya. Diabetes meskipun bukan diturunkan secara genetis, tapi menimbulkan predisposisi pada anggota keluarga lain, terutama bila mereka hamil gemuk. Hipertensi juga memiliki komplikasi fatal dan kehamilan kembar memiliki insiden lebih tinggi dalam keluarga tertentu.
(Bobak, 2007)
6.     Riwayat Haid
     Ditanyakan mengenai :
a.       Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 9-15 tahun.
b.      Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal/ dianggap sebagia siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada wanita adalah 25-32 hari.
c.       Lamanya haid, biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
d.      Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer.
e.       Disminore dapat terjadi pada saat menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi, dan pada saat setelah menstruasi.
f.       Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan dan apakah tafsiran rersalinannya sudah sesuai dengan keadaan klien.
(Sarwono, 2007).
7.     Riwayat Pernikahan
                 Ditanyakan tentang: Ibu menikah berpa kali, lamanya, umur pertama kali menikah.
a.       Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil bisa menyebabkan masalah pada kahamilannya pre eklamsi.
b.      Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak. Bahanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah.
c.       Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup pertumbuhan sehingga resiko pada waktu melahirkan.
d.      Jika hamil umur > 35 tahun bahanyanya bisa terjadi hipertensi, pre eklamsi.
(Obstetri Fisiologi, 1993)
8.     Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Persalinan yang lalu dengan tindakan misalnya forcep, plasenta manual. Ibu diberi infus/ transfusi dalam persalinan yang lalu karena mengalami perdarahan post partum, sehingga perlu disiapkan infus untuk kesiapan bila terjadi pedarahan lagi.
(Pudji Rochjati, 2003)
Dikaji pula jarak antara kelahiran, anak lahir aterm/ prematur, dan dimana tempat melahirkannya.
(Depkes RI, 1994)
9.    Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT:                                            TP:
ANC  :
TM I    :min 1x sebelum minggu ke 14, informasi yang harus didapat: mendeteksi masalah yang dapat di obati sebelum mengancam jiwa, mencegah masalah seperti anemia defisiensi zat besi, mendorong perilaku hidup sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
TM II  :min 1x sebelum minggu ke 28, informasi yang penting: sama seperti TM I, ditambah kewaspadaan khusus terhadap Pre Eklampsia
TM III :min 2x, yaitu antara minggu ke 28-36, informasi yang penting: sama seperti sebelumnya ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda. Setelah minggu k 36, informasi yang penting: sama seperti sebelumnya ditambah deteksi kelainan letak, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS.
Gerak janin mulai dirasakan pada usia kehamilan berapa bulan, imunisasi TT dilakukan berapa kali, dimana, kapan, penyuluhan yang pernah didapat.
(Marjati, 2009)
10.    Riwayat KB
Jenis KB yang digunakan, lama waktu penggunaannya.
(Depkes RI, 1998)
11.     Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.       Nutrisi (untuk mengetahui apakah asupan gizi klien sudah memenuhi standart gizi seimbang/belum).
b.      Eliminasi (untuk mengetahui BAB dan BAK terakhir).
c.       Aktifitas (untuk mengetahui apa saja yang dilakukan ibu).
d.      Istirahat (untuk mengetahui apakah waktu istirahat klien sudah cukup/belum)
e.       Personal hygiene (untuk mengetahui tingkat kebersihan klien).
12.     Riwayat psikososial dan budaya
a.    Psikososial :  Untuk mengetahui adakah perasaan takut yang timbul karena kehamilan yang menyebabkan perubahan besar pada badan ibu yang kurang di mengerti sehingga dianggap mysterious dan mnggelisahkan. Perasaan takut jika mengalami penyulit pada kehamilan atau persalinan yang lampau. Penolakan dari anak yang dikandung oleh ibunya, misalnya karena ibunya tidak menikah.
b.    Budaya      : Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam kepercayaan yang dijalani ibu dan keluarga, untuk meluruskan apa bila ada kebiasaan ibu yang kurang baik dalam medis.
(Obstetri Fisiologi, 1983)
B. Data Obyektif
1.    Pemeriksaan Umum
-    Keadaan umum                        : Baik
-    Kesadaran                                : Composmentis
-    Tanda-tanda vital                     :  
Tekanan darah                       : 90/60 - 130/90mmHg
Dikatakan darah tinggi apabila
·      Sistol 140 mmHg atau naik 30 mmHg selama kehamilan
·      Diastole 90 mmHg atau naik 15 mmHg atau lebih selama kehamilan
Nadi    : 80x/menit, bila nadi >120x/menit, maka hal ini menunjukkan adanya kelainan.
                                                                                    (Depkes RI, 1995)
Suhu    : 36,5 - 37,5 oC, jika suhu > 37,50C maka ada kemungkinan terdapat infeksi pada masa nifas.
                                                                             (Dongeoes, 2010)
Pernafasan       : 16 - 24 x/menit
                        (Dongeoes, 2010)
BB                    : peningkatan BB 8-12 kg
(Marjati, 2009)
TB                     : > 145 cm
(Marjati, 2009)
Lila                    : > 23,5 cm
(Marjati, 2009)
2.    Pemeriksaan fisik
a.    Inspeksi
-       Muka            :pucat atau tidak, odema/tidak
-       Mata             :Simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, skera kuning/tidak.
-       Payudara      :Sumetris/tidak, puting susu menonjol/ tidak, ada hiperpigmentasi pada areola mama/tidak.
-       Abdomen     :ada lika bekas operasi atau tidak, apakah membesar sesuai dengan usia kehamilannya.
-       Genetalia      :Ada varises/tidak, keluar lendir dan darah/tidak.
-       Ekstermitas  :oedem atau tidak, varices atau tidak
b.    Palpasi
-       Leher            :Ada pembesaran pada kelenjar  limfe atau tidak, kelenjar tiroid dan vena jugularis/tidak.
-       Payudara      :Teraba benjolan abnormal/tidak, nyeri tekan/tidak, colostrum +/-
-       Abdomen     :
Leopold I        : menentukan TFU (Sarwono, 2007), pada fuldus  teraba keras, bundar dan melenting
Leopold II       : punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian kecil pada pihak yang berlawanan.
Leopold III     : di atas sympisis teraba bagian yagn kurang bundar dan lunak (Obstetri Patologi, UNPAD, 1998)
Leopold IV     : bila engagemen belum terjadi diameter khanker panggul janin belum melewati  pintu atas pangul – bokong janin masih dapat  digerakkan di atas pintu atas panggul. (Obstetri Patologi, UNPAD, 1998)
-    Ekstremitas    : oedem/tidak, varices/tidak
c.    Auskultasi
DJJ           : +/-
DJJ paling jelas terdengar pada tempat  yang lebih tinggi dari pusat / setinggi pusat (Sinopsis Obstetri Patologi, 1998)
3.    Pemeriksaan Dalam
Tanggal
v/v                : lendir, darah merupakan tanda dan gejala kala II, tampak keluar cairan dari jalan lahir, warna jernih
Pembukaan   : fase laten     : pembukaan 0-3 cm berlangsung 8 jam
                 fase aktif     :
-          Akselerasi  : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3-4 cm
-          Dilatasi maksimal  : dalam waktu 2 jam, pembukaaan 4-9 cm
-          Deselerasi  : dalam waktu 2 jam pembukaaa 9-10cm
Effacemen    : untuk mengetahui penipisan serviks
Ketuban        : +/-, warna jernih atau tidak, KPD jika pada primi pembukaan < 3 cm dan multi < 5 cm
Bag. Terdahulu : kepala/bahu/bokong
Bag. Terendah  : UUk jam 11/2
Gelungsur          : Hodge I : setinggi PAP
Hodge II            : sejajar H I dibatasi oleh tepi  bawah sympisis
Hodge III           : sejajar H I dibatasi oleh Spina ischiadika
Hodge IV           : sejajar H I dibatasi oleh Ujung cogcygis
Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
4.    Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan panggul luar
Ditemukan panggul sempit (Synopsis Obstetri Patologi, 1998)
1.      USG (Obstetri William, 2006)
a.    Memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin utnuk mengidentifikasi adanya anomaly janin.
b.    Mendeteksi leinomlama besar pada segmen bawah uterus
2.      Rontgen (Obstetri William, 2006)
a.    Tipe piesentasi bokong ada tidaknya fleksi kepala
b.    Pengukuran panggul secara akurat
     
II.  IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH
Dx     : G... P…. Ab…. Usia Kehamilan ...-... minggu janin tunggal hidup intra uterin, puki, presentasi bokong murni, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik.
Do     : ibu mengatakan: ini kehamilan yang ke….Usia kehamilan…bulan, pernah/tidak keguguran, merasa kenceng-kenceng sejak tanggal…….pukul……keluar cairan/lendir sejak……..
-       Pergerakan anak teraba oleh si ibu dibagian perut bawah, dibawah  pusat
-       Ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga
-       Ibu mengatakan bahwa khamilannya terasa lain dari pada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak dibagian bawah
Do      :  - Keadaan Umum                    :   Baik
              - Kesadaran                              :   Composmentis
              - Tanda-tanda vital                  :  
Tekanan darah   :       90/60 - 130/90mmHg
Nadi                  :       60 - 100 x/menit
Suhu                  :       36,5 - 37,5 oC
Pernafasan         :       16 - 24 x/menit
-   Abdomen                               
-       Leopold I          : TFU pertengahan antara px-pusat, pada fundus teraba keras, bundar dan melenting (kepala), 33cm (Mc. Donald)
-       Leopold II         : puki
-       Leopold III       : letsu, sudah masuk PAP
-       Leopold IV       : ½ bagian kepala sudah masuk PAP                
Auskultasi : Djj (+) 120-160 x/menit
VT          :
Tanggal…..pukul………
·         Vulva vagina                  : ada lendir darah
·         Pembukaan                     : 8 cm
·         Effeccement                   : 75%
·         Ketuban                         : utuh
·         Bagian terdahulu            : bokong
·         Bagian terendah             : os sakrum jam 2
·         Gelungsur                       : H III+
·         Tidak ada bagian kecil janin disekitar bagian terdahulu
Masalah  : Nyeri sehubungan dengan his persalinan
DS          :Ibu mengatakan perutnya sakit terutama saat kenceng-kenceng
DO        :Muka terlihat menyeringai saat timbul his, kadang menggigit bbirnya, bahkan berteriak, menggenggam tangan orang disebelahnya.

III.     IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
 Potensial terjadi:
1.      Ruptur Uteri
2.      Tali pusat terjepit
3.      Asfiksia

IV.     IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG        

V.     INTERVENSI
Dx       : G... P…. Ab…. Usia Kehamilan ...-... minggu janin tunggal hidup intra uterin, puki, presentasi bokong murni, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik.
Tujuan : persalinan berjalan normal tanpa komplikasi
KH      : KU baik, TTV dalam batas normal
Intervensi:
1.    Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
R: menambah pengetahuan ibu tentang keadaannya dan membuat ibu lebih kooperatif.
2.    Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri.
R: mempercepat penurunan kepala dan mencegah syndrome vena cafa inferior.
3.    Berikan makan dan minum ibu saat tidak ada his dan anjurkan ibu untuk beristirahat.
R: mempersiapkan cadangan energy untuk proses meneran pada kala II.
4.    Ingatkan ibu untuk BAB dan BAK jika ada keinginan.
R: kandung kemih dan usus besaryang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu serta menghambat penurunan kepala.
5.    Ajarkan ibu cara meneran yang benar.
R: mempersiapkan ibu dalam kala II persalinan.
6.    Mempersiapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan.
R: merupakan kebutuhan dasar yang harus disiapkan untuk membantu proses persalinan.
7.    Observasi TTV ibu, DJJ, his, dan kemajuan persalinan.
R: merupakan parameter keadaan ibu dan janin, serta apabila ada penyimpangan proses persalinan dari kondisi normal.

Masalah  : Nyeri sehubungan dengan his persalinan
Tujuan    : ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri
KH         : - ibu dapat melakukan teknik relaksasi
-   His adekuat
Intervensi:
4.    Bantu ibu mengambil posisi senyaman mungkin.
R: ibu menjadi lebih nyaman
5.    Lakukan masase untuk menggosok pungggung ibu saat ada his.
R: masase punggung dapat membloks impuls nyeri dari korteks serebral.
6.    Demonstrasikan bersama ibu teknik relaksasi.
R: dengan O2 yang cukup, suplai O2 ke syaraf terpenuhi sehingga meringankan rasa nyeri.
7.    Ingatkan ibu untuk tidak meneran sebelum dipimpin.
R: meneran sebelum pembukaan lengkap dapat menyebabkan oedem pada portio dan vagina.

VI.   IMPLEMENTASI
Dilakukan sesusai dengan intervensi yang telah dibuat.

VII.  EVALUASI
Mengacu pada kriteria hasil.


DAFTAR PUSTAKA

·         Bobak. 2007. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
·         Cunningham, F Garry. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
·         Depkes RI. 1994. Hamil dalam Konteks Keluarga. Jakarta: EGC
·         Doengoes, Marylyn E. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: EGC
·         Hamilton, Persis Mary. 1996. Dasar-dasar keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
·         Manuaba. 2007. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
·         Marjati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
·         Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.SP
·         Rochjati, Poedji.2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya.FK UNAIR
·         Rustam Mochtar. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
·         Universitas Padjajaran. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: ELEMEN
·         Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
·        Sastrawinata S. Prof .1983 Obstertri dan Ginekologi. Jakarta: FK Universitas Indonesia
·         Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP















0 komentar: