Senin, 14 Januari 2013

adaptasi psikologi ibu hamil trimester III


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Kehamilan merupakan masa dimana seseorang perempuan membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis yang digunakan pada wanita hamil adalah gravida. 
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga akhir hayat dan ini merupakan proses yang selalu berkesinambungan. Apabila sejak konsepsi kebutuhan seorang ibu hamil sudah diperhatikan maka juga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin yang kelak akan menjadi seorang individu.
Salah satu kebutuhan ibu hamil adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan ini, juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Kebutuhan psikologis ini seringkali tidak diperhatikan  oleh ibu hamil. Terlebih bila sudah melewati trimester satu dan dua.
Memasuki trimester 3 ibu mulai mempersiapkan diri untuk melewati proses persalinan, oleh karena itu dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keadaan psikologis ibu.
Para tenaga medis menefinisikan kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggu keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangfkan pada triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan di diagnose. Triwulan ke-3 menandakan awal “viabilitas” yang berarti  janin dapat hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang kebutuhan psikologis pada ibu hamil trimester 3. Dimana pentingnya suport dari keluarga, dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh kepada perubahan psikologis ibu tersebut. Bahkan rasa nyaman dan aman ibu itu sendiri berdampak besar pada proses persalinan yang semakin dekat.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan psikologis?
2.      Bagaimana kondosi psikologis pada ibu hamil?
3.      Apa saja pengaruh dukungan keluarga terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
4.      Apa pengaruh support  tenaga kesehatan terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
5.      Apa pengaruh rasa aman dan nyaman terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
6.      Apa saja  kebutuhan psikologis pada  ibu hamil?
7.      Apa pengaruh persiapan orang tua terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
8.      Apa pengaruh persiapan sibling terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
9.      Apa saja dampak psikologis ibu hamil trimester III jika tidak terpenuhi?


1.3              Tujuan
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian umum mengenai psikologis.
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai kondisi psikologis pada ibu hamil.
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport keluarga terhadap ibu hamil trimester III.
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport dari tenaga kesehatan terhadap ibu hamil trimester III.
5.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam rasa aman dan nyaman  terhadap ibu hamil selama kehamilan trimester III.
6.      Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan psikologis pada ibu hamil/
7.      Mahasiswa dapat mengetahu apa saja persiapan menjadi orang tua selama kehamilan.
8.      Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan sibling pada psikologis ibu hamil trimester III
9.      Mahasiswa dapat menjelaskan dampak jika psikologis ibu hamil trimester III jika  tidak terpenuhi



BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Psikologis
Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Yunani yakni psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, psikologi dapat juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa, namun obyek kajiannya lebih ditekankan kepada gejala-gejala kejiwaan yang muncul dalam tingkah laku manusia.
Menurut Wundt (dalam devidoff, 1981), psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Menurut azhari (2004), psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang memelajari penghayatan dan tingkah laku manusia yang normal, dewasa, dan berbudaya. Menurut Kartini Kartono (2004), psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang memelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
2.2       Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Kehamilan pertama yang dialami pada setiap wanita pasti akan menimbulkan banyak efektivitas baik fisik maupun psikologis. Bagi setiap wanita, kehamilan yang dialaminya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri yang mana dengan kehamilan tersebut secara psikologis memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa ia adalah memang benar-benar telah menjadi wanita sejati. Secara sosial pun ia akan lebih merasa percaya diri didalam kehidupan bermasyarakat. Tapi disisi lain kehamilan apalagi kehamilan pertama pembawa efektivitas yang tidak begitu saja disepelehkan. Secara fisik ibu hamil akan merasa letih,lesu dan payah dsb. Sedang secara psikologis, ibu hamil akan dibayangi dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi pada diri-sendiri maupun pada bayinya.
Dra. Risa Kolopaking. Msi, seorang psikolog pada RSIA Hermina Bekasi menjelaskan bahwa : “Selama hamil, sangat normal bila calon ibu mengalami mood swing, emosi dan suasana hati yang naik turun secara fluktuatif.” Sebagian besar ibu hamil mengalaminya, hanya saja ada yang ringan, dan ada yang ekstrim. Penyebab secara internal, perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Disamping itu, tentu ada factor psikologis dan juga bisa tercetus.
Meskipun mood swing adalah hal umum bagi sebagian besar ibu hamil, namun satu dari sepuluh ibu hamil yang mengalaminya, dapat mengalami fluktuasi ekstrim dan mengalami masalah yang signifikan.
Berikut beberapa tanda yang perlu dicermati :
·         Kehamilan yang tidak diinginkan.
·         Kehamilan beresiko
·         Jarak kehamilan yang terlalu dekat.
·         Riwayat keguguran
·         Kehamilan normal tapi punya pengalaman anak pertama sakit berat atau pengalaman mengasuh anak pertama sulit.
Periode ini sering disebut priode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokur pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada bayinya. Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayi, menduga-duga akan jenis kelaminnya dan rupa bayinya.
Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.
Masa ini disebut juga masa krusial/penuh kemelut untuk beberapa wanita karena ada kritis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman, kolega (Oakley, dalam Sweet,1999). Mereka merasa kesepian dan terisolasidi rumah. Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tidakan meedikalisasi saat persalinan, perubahan body image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif, takut kehilangan pasangan. Bidan harus mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah stres yang dialami ibu hamil, mampu menilai kemampuan coping dan memberikan dukungan.

2.3      Pengaruh Suport Keluarga terhadap Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tak dapat dielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai interaksi antara anggota dan keluarga.
Pada fase terakhir pertumbuhan janin berlangsung berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan ke-7 sampai ke-9). Pada fase ini ibu mulai lagi merasa tertekan dan gelisah. Berat badan calon ib u mulai bertambah drastic antara 10,5 kg sampai 15 kg. calon ibu sering merasa lelah, tidak enak, sukar tidur, kaki dan tangan bengkak, serta napas pendek.
Secara terinci perkembangan janin tiga bulan terakhir ini sebagai berikut :
Pada bulan ke tujuh, janin dalam rahim ibu perlu dikatakan sudah dapat hidup secara independent. Selaput serebralnya sudah menutupi seluruh otak, janin dapat memperlihatkan berbagai variasi respons khusus. Pada bulan ini biasanya bayi mencapai panjang 40 cm, dan berat sekitar 1,5 kg. pada usia 8 dan 9 bulan pembentukan kepekaan pada sentuhan terakhir hamper berbagai organ sudah berfungsi.  (Save M.Dagun. 2002)
Cara keluarga dalam menghadapi situasi tersebut berbeda-beda tergantung adat dan kebudayaan setempat. Pada keluarga primitive ada beberapa suku tertentu melakukan upacara khusus.
Dukungan keluarga tidak hanya dari seorang suami tetapi juga dari sanak saudara lainnya seperti ibu kandung maupun ubu metua. Dukungan keluarga meliputi :


Ø  Dukungan suami
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat.
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
Dari penelitian kualitatif di Indonesia diperoleh berbagai dukungan suami yang diharapkan isterinya  :
·         Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan isteri
·         Suami senang mendapatkan keturunan
·         Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini
·         Suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan isteri/janin yang dikandungnya
·         Suami mengantar dan atau menemani isteri untuk memeriksakan kandungannya
·         Suami tidak menyakiti isteri baik secara fisik maupun perasaan
·         Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri
·         Suami menasihati agar isteri tidak terlalu capek bekerja di rumah/di tempat kerja
·         Suami membantu tugas isteri
·         Suami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan isteri dan anaknya
·         Suami menunggu ketika isteri melahirkan
·         Suami menunggu ketika istreri dioperasi
Diperoleh atau tidak diperoleh dukungan suami tergantung pada :
·         Keintiman hubungan
·         Adanya komunikasi yang bermakna
·         Adanya kekhawatiran/masalah dalam biaya
Ø  Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

Dukungan dari keluarga yang diharapkan wanita hamil :
·         Ayah-ibu kandung, maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
·         Ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
·         Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
·         Walaupun ayah-ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain, sangat didambakan dukungan melalui telepon, surat ataupun doa dari jauh
·         Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7 bulanan pada beberapa orang mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan
Ø  Dukungan lingkungan
Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :
·         Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/ kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan
·         Membicarakan dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan
·         Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa
·         Menunggui ibu ketika melahirkan
·         Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil
·         Diperoleh dari ibu-ibu pengajian/perkumpulan/kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan/sosial dalam bentuk doa bersama untuk keselamatan ibu dan janinnya
·         Membicarakan/menceritakan/menasihati tentang pengalaman hamil dan bersalin
·         Ada diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk periksa
·         Mereka dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil dan nifas
Support keluarga terhadap ibu hamil pada trimester III, di antaranya yaitu:
·   Memberi dukungan moril terhadap sang ibu dalam mempersiapkan persalinan, dapat berupa nasihat maupun dukungan emosional mengenai gambaran proses persalinan.
·   Suami berusaha membaca banyak buku tentang anak dan peran orangtua
·   Menyiapkan berbagai fasilitas untuk mempersiapkan kedatangan bayinya.
·   Suami menjadi tampak semakin hati-hati, penuh memahami dan selalu berusaha menjaga hubungan damai dengan istrinya.
2.4      Pengaruh Suport Tenaga Kesehatan  terhadap Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil pada Trimester III.
Pada masa kehamilan usia 7 sampai 9 bulan (trimester III) keberadaan tenaga kesehatan baik bidan, dokter yang berada di BPS, polindes, puskesmas, rumah bersalin, maupun rumah sakit sangat dicari keberadaannya oleh klien . Karena pada saat ini keluaraga lebih berhati-hati dan sering mengkonsultasikan keadaan kehamilan si ibu.
Pada kesempatan ini tenaga kesehatan berpotensi untuk menganjurkan persalinan yang normal, alamiah dan sehat serta yang paling penting proses persalinan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan bukan oleh seoarang dukun.
Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannnya melalui dukungan :
F Aktif    :  Melalui kelas antenatal
F Pasif :
·         Dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah   untuk berkonsultasi.
·         Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu:bapak, kakak, dan pengunjung.
Suport tenaga kesehatan biasanya dilakukan kepada sang ibu diantaranya:
·         Menjelaskan bahwa persalinan merupakan proses alamiah, normal dan sehat.
Biasanya para tim medis membantu memberikan konseling dan ancangan mengenai proses persalinan yang diambil kelak serta memberikan pengertian mengenai persalinan yang akan diambil sebaiknya oleh tenaga kesehatan dan bukan ke dukun.
·         Menjelaskan mengenai biaya-biaya persalinan.
Tidak semua ibu dapat mejalani trimester III dengan tenang, seringkali ibu cemas akan biaya yang akan dihadapinya. Di sinilah tenaga kesehatan memberikan solusi, seperti tabulin (tabungan bersalin) yang bisa dimulai sejak ibu mengalami kecemasan akan biaya. Tenaga kesehatan juga bisa memberikan beberapa perkiraan-perkiraan harga bersalin di BPS, rumah sakit maupun puskesmas.
·         Memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan janin.
Selama hamil tubuh seorang ibu lebih rentan terkena penyakit, sehingga faktor makanan harus benar-benar diperhatikan. Gizi ibu hamil juga perlu diperhatikan, terutama pada trimester III yang semakin mendekati persalinan. Selain itu ibu juga harus di berikan konseling mengenai aspek yang berkaitan dengan pemenuhan ASI eksklusif misalnya memperbanyak konsumsi sayur-sayuran hijau dan perawatan payudara.
·         Memberikan sugesti yang positif terhadap ibu
Tenaga kesehatan harus meyakinkan ibu jika ibu pasti bisa melewati trimester III dengan baik yang di sertai dengan persalinan yang normal, di harapkan hal ini mampu mengurangi kecemasan yang di raakan ibu lebih-lebih ibu primi gravida.
·         Memberikan pendidikan kepada pasangan ibu.
Hal ini dikarenakan seorang pasangan juga berpengaruh pada psikologis ibu. Pasangan diharapkan juga memahami tentang apa yang dialami sang istri.
2.5.     Rasa Aman dan Nyaman pada Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Dalam pyramid Maslow kebutuhan akan rasa aman dan nyaman berada pada posisi ke dua, hal ini menunjukkan betapa pentingnya rasa aman dan nyaman bagi manusia terutama bagi seorang ibu yang sedang hamil usia trimester III.
Peran keluarga khususnya suami, sangat di perlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang di berika suami kepada kehamilan sang istri akan mempererat hubungan antara ayah-anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat di berikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memerikasakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinngi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.
                        Rasa aman dan nyaman yang diharapkan dari seorang wanita hamil yakni :
·         Tingkat kemudahan dan kepuasan pada seseorang yang berubah menjadi orang tua terutama bergantung kepada keberhasilan mereka (suami isteri) dalam mengartikan dan menerima hubungan antar anggota keluarga
·         Apabila pasangan suami isteri tersebut telah mampu memandang satu sama lain sebagaimana adanya (dan bukan seperti apa yang diinginkan) dan dapat menerima perbedaan dalam nilai dan tingkah laku, dapat bekerja sama untuk membangun dasar kekuatan yang fleksibel untuk keduanya, dapat mengembangkan standar yang memungkinkan keduanya saling mengerti maka peralihan dari kecemasan menuju kenyamanan selama persalinan akan lebih lancar
·         Harapan rasa aman dan nyaman ini merupakan manifestasi keinginan berbagi rasa yang saat-saat itu memang cenderung meningkat
·         Harapan itu akan lebih mudah terwujud apabila ada kesesuaian antara suami isteri
·         Menifestasi kesesuaian terlihat dari perilaku suami yang membantu sambil menahan diri untuk tidak mengeluh
·         Optimalisasi tercapainya harapan rasa aman dan nyaman selama kehamilan dan pasca bersalin sangatlah individual tergantung dari sudut pandang tiap-tipa orang.
2.6.     Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester 3 “Persiapan menjadi Orang Tua”
                        Pada kehamilan trimester pertama seorang wanita hamil jika dilihat secara psikologis masih belum memfokuskan pikirannya mengenai persiapan perannya sebagai seorang ibu setelah kelahirannya kelak. Hanya saja pada saat itu si ibu lebih bingung dan cemas akan perubahan penampilan dan seluruh organ pada tubuhnya.
                        Tetapi jika usia kehamilannya sudah mencapai 7-9 bulan atau yang biasa dikatakan oleh tenaga kesehatan dengan trimester ke-3. Pada usia kehamilan ini seorang ibu sudah tidak memperdulikan lagi mengenai perubahan=perubahan yang terjadi pada tubuhnya karena sudah terjadi proses adaptasi dengan situasi-situasi seperti itu. Melainkan pada usia kehamilan 7-9 bulan seorang ibu lebih sibuk terhadap proses persalinannya kelak, tempat yang nantinya akan dipilih untuk melahirkan bayinya, dan yang paling utama seorang ibu tersebut lebih mempersiapkan akan perannya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu.
                        Seorang ibu cemas karena memikirkan hal-hal seperti dibawah ini:
·         Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat di anggap sebagai masa transisi atau masa peralihan
·         Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta ketidakpastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat di satukan dengan anggota keluarga yang baru.
·         Peran orangtua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan:
1.   Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis.
2.   Berawal dari kehamilan dan merupakn kewajiban menjadi orang tua di mulai.
·         Hal-hal yang perlu di perhatikan terhadap kehadiran bayi baru lahir adalah:
Ø Tempramen
Ø Cara pasangan mengartikan stress dan bantuan
Ø Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka

2.7.         Persiapan Sibling terhadap Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil
Saudara kandung perlu di persiapkan terhadap kedatangan adiknya, karena bisa menimbulkan perasaan bersaing (sibling rivalry). Sibling rivalry timbul karena anak-anak takut perhatian orang tuanya berubah. Pencegahan kondisi ini dapat di lakukan dengan cara:
1.      Anak di beri tahu kalau bisa sejak awal kehamilan.
2.      Anak toddler di beri kesempatan merasakan bayinya bergerak dalam rahim dan di jelaskan bahwa rahim adalah tempad khusus bayi tumbuh.
3.      Anak dapat membantu mengatur baju bayi di laci atau menyiapkan tempat tidur bayi dan kamar bayi.
4.      Bantu anak menyesuaikan diri pada perubahan ini.
5.      Kenalkan anak pada bayi, sehingga anak tidak membayangkan adiknya akan cukup besar untuk di ajak bermain.
6.      Mengajak anak ke tempat periksa hamil, di beri kempatan mendengarkan DJJ (denyut jantung janin).

2.8.         Dampak jika kebutuhan psikologis ibu tidak terpenuhi.
                     Seorang ibu hamil sangat membutuhkan banyak perhatian, tetapi bukan diperlakukan seperti orang sakit. Melainkan mendapatkan perhatian khusus agar dampak-dampak negative yang akan terjadi pada ibu hamil tidak akan terjadi. Dampak-dampak tersebut diantaranya seperti:
·         Ibu akan mengalami stress yang juga berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
·         Ibu akan merasa sendiri dan terbebani dengan kandungannya yang sebentar lagi lahir.
·         Ibu akan merasa menyesal atas kehamilannya dan akan berakibat melukai dirinya sendiri bahkan memumukul-mukul perutnya.
·         Ibu merasa enggan dan menerima lahirnya bayinya.
·         Ibu lebih-labih akan  berbuat untuk melukai batinya bahkan membunuhnya.










BAB III
PENUTUP
3.1.     Kesimpulan
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat.

3.2.     Saran
              Dari diskusi kelompok kami mengenai kebutuhan psikologis pada ibu hamil trimester ketiga, kami mengharapkan sebuah motivasi dan acuan dari lingkungan keluarga, sosial juga masyarakat untuk senantiasa memberikan perhatian khusus terhadap wanita yang sedang mengalami kehamilan. Agar meminimalisir terjadinya gangguan dan trauma-trauma yang terjadi pada ibu hamil juga untuk menghindari terjadinya kecacatan fisik pada bayi.







DAFTAR  PUSTAKA

Dagun, Save M. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju.
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Fandien. 2010. http://Fandienbecomeamidwife.blogspot.com/2010/02/adaptasi-psikologi-dalam-kehamilan.html (online). Diakses tanggal 8 Maret 2011 pukul 20.06 WIB



0 komentar: