Kamis, 03 Januari 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN BRONCHIOLITIS

-->



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling penting pada anak terutama pada bayi. Hal ini terjadi karena saluran nafasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Gangguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organik trauma, alergi, infeksi dan lain-lain.
Bronchiolitis akut ialah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. Bronchiolitis disebabkan oleh respiratory syncycial virus (RSV) 50 – 90 %. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai batuk pilek beberapa hari tanpa demam (subfebris). Sesak nafas, makin lama makin hebat, nafas cepat dan dangkal, gelisah, adanya pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut serta mengi.
Untuk mengatasi hal ini bisa dilakukan inhalasi secara sederhana dengan menggunakan ceret yang corongnya ditambah dengan dukungan koran, kira-kira 50 cm dan jarak uap dengan muka anak ± 30 cm. Jika keadaan tidak membaik, sebaiknya anak segera dibawa ke RS untuk mendapatkan Pengobatan seperti antibiotik, nebulazer, suction, O2 dan cairan intravena.
Pada kehidupan sehari-hari di masyarakat, sering kita jumpai anak kecil yang menderita batuk pilek sampai berhari-hari, namun orang tua mereka tidak melakukan tindakan apapun, selain mengeluarkan secret yang keluar dari hidung. Untuk itu penulis mengambil masalah bronchiolitis sebagai laporan praktek klinik dengan tujuan memberikan gambaran umum mengenai penyakit bronchiolitis, penyebab, gejala dan penatalaksanaannya.

1.2.    Tujuan
1.2.1.  Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melaksanakan pola pikir ilmiah dalam menerapkan management Varney pada Anak dengan bronchiolitis.

1.2.2.  Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada An. “P” umur 3 bulan dengan Bronchiolitis diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Melakukan pengkajian atau pengumpulan data
2.      Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3.      Menentukan antisipasi masalah potensial yang terjadi
4.      Mengidentifikasi kebutuhan segera
5.      Mengembangkan rencana asuhan
6.      Melaksanakan rencana asuhan yang telah disusun
7.      Mengadakan evaluasi

1.3.    Metode Pengumpulan Data
1.3.1.      Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab langsung pada klien dan keluarga
1.3.2.      Observasi
Pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada px 
1.3.3.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
1.3.4.      Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku dan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan diare
1.3.5.      Dokumentasi
Suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status pasien

1.4.    Manfaat
1.4.1.  Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada kasus diare  
1.4.2.  Bagi pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan kebidanan pada kasus diare.
1.4.3.  Bagi pasien
Dapat memberikan informasi tentang penyakit diare
1.4.4.  Bagi lahan praktek
Sebagai masukan dalam menerapkan manajemen kebidanan

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.    Konsep Dasar Bronchiolitis
2.1.1.  Pengertian
-        Bronchiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus) terjadi pada anak usia kurang dari 2 tahun dengan insiden tertinggi sekitar usia 6 bulan (Arif Mansjoer dkk, 2000 : 468)
-        Bronchiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan, disebabkan oleh Respiratory Syncyial virus (RSV) 50 % (Ngastiyah. 1997 : 45)
-        Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suradi dkk, 2001 : 31)
2.1.2.  Etiologi
Sebagian besar disebabkan sincycial virus sekitar 50 – 90 %. Selain itu para influenza, mikoplasma, adenovirus sangat jarang infeksi primer bakteri.
2.1.3.  Manifestasi Klinis
Biasanya didahului infeksi saluran nafas atas dengan batuk pilek, tanpa demam atau halnya subfebris. Sesak nafas makin hebat, disertai  nafas cepat dan dangkal. Terdapat dispnu dengan ekspiratory effort, retraksi otot bantu nafas, nafas cepat dangkal disertai nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut gelisah, ekspirium memanjang atau mengi. Jika obstruksi hebat, suara nafas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi hipersonor.

2.1.5.  Pemeriksaan Penunjang
-        Foto dada AP dan lateral
Hiperinflasi paru, diameter antero posterior membesar, terdapat bercak konsolidasi tersebar.
-        Analisis gas darah
Hiperkarbin sebagai tanda airtrapping, asidosis metabolik atau respiratorik, gambaran darah tepi dalam batas normal.
-        Pemeriksaan deteksi dini/ cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan secara bedside.
2.1.6.  Penatalaksanaan
-        O2   1 – 2  lt/mnt.
-        IVFD :
§ Neonatus = Dextrose 10 % : NaCl 0,9 % = 4 : 1 + KCl  1 – 2 mEq/kg BB/hr.
§ Bayi > 1 bln = Dextrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu dan status hidrasi.
-        Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit.
-        Antibiotik sebenarnya tidak diperlukan, tetapi karena sukar dibedakan dengan pneumonia interstisialis, antibiotik tetap diberikan
§  Untuk kasus bronchiolitis community base
-    Ampisillin 100 mg/kg BB/hr dalam 4 x pemberian
-    Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hr dalam 4 x pemberian
§  Untuk kasus Bronchiolitis Hospital Base
-    Sefotaxim 100 mg/kg BB/hr dalam 2 x pemberian
-    Amikasim 10 – 15 mg/kg BB/hr dalam 2 x pemberian
§  Steroid : Dextametason 0,5 mg/kg BB, inisial dilanjutkan 0,5 mg/kg BB/hr dibagi 3 – 4 dosis
-        Inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mokosillier


2.2.    Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Bronchiolitis
Asuhan Kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada ibu yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan dalam bidang KIA atau KB.
2.2.1        Pengkajian 
Merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dengan cara mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan px melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan data-data penunjang
a.       Data Subyektif
Adalah data yang didapat dari hasil wawancara (anamnese) langsung dari klien dan keluarga dan tim kesehatan lain.
1.      Biodata
Berisi tentang identitas klien dan orang tua yang meliputi nama, umur, agama, pendidikan, suku, bangsa, alamat
2.      Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat datang. Biasanya keluhan utama pada px bronchiolitis adalah batuk, pilek, sesak
3.      Riwayat penyakit sekarang
Dijelaskan bagaimana px bisa sampai dibawa ke rumah sakit. Batuk pilek sudah berapa hari, sesak nafasnya sejak kapan
4.      Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya px pernah MRS atau tidak, kalau ya, kapan, dengan diagnosa apa, dan sampai berapa lama 
5.      Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit yang sama/ tidak atau ada yang pernah menderita penyakit menular atau menahun seperti Hepatitis, TB, asma, HT
6.      Riwayat neonatal
a.       Prenatal
Selama dalam kandungan ditanyakan berapa usia gestasinya, kehamilan berapa, pernah ANC dimana, berapa kali, obat yang pernah didapat, ibu pernah mendapat imunisasi apa saja
b.      Natal
Ditanyakan riwayat persalinan, berapa umur kehamilan, jenis persalinan, penolong penyulit selama persalinan, keadaan bayi, BBL, PBL, A-S, dan kelainan genetal
c.       Post natal
Ditanyakan jenis kelamin laki-laki/ perempuan, keadaan umum bagaimana, mendapat ASI sampai kapan, reflek-refleknya bagaimana ?
7.      Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang pernah didapat oleh anak seperti DPT I-III, polio I-II, hepatitis I-III, campak & BCG
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi
Ditanyakan kebiasaan makan dan minum anak sebelum dan saat sakit, berapa kali anak makan biasanya, porsinya, komposisinya, berapa gelas minumnya, apa saja. Pada bayi dengan bronchiolitis biasanya px dipuasakan sementara sampai tidak sesak lagi  
b.      Pola aktivitas
Apa saja kegiatan anak sebelum dan sesudah sakit, kebanyakan saat sakit anak banyak tidur atau minta digendong
c.       Pola istirahat/ tidur
Bagaimana pola istirahat klien ada perubahan atau tidak, ada gangguan tidur atau tidak
d.      Pola eleminasi
Bagaimana pola BAK dan BABnya berapa kali dalam sehari, warnanya, konsistensinya, baunya
e.       Pola kebersihan diri
Bagaimana kebersihan diri px saat sakit dan sebelum sakit pada bayi penderita broncgiolitis biasanya hanya diseka selama di RS dan diganti popok dan bajunya bila basah BAB atau BAK
b.      Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan yang terdiri dari :
1.      Pemeriksaan umum
-       Keadaan umum   :  lemah
-       Kesadaran           :  composmentis
-       TB     :  55,4 – 63,4 cm (umur 3 bulan)
-       BB     :  4,18 – 6,74 kg (umur 3 bulan)
2.      TTV  :  N    :  100 – 120 x/mnt
             S     :  36,5 – 372 oC, pada pasien bronchiolitis biasanya 373 – 379 oC
             RR :  20 – 30 x/mnt
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Kepala                     : bentuk kepala, warna rambut, ukuran kepala dengan tubuh proporsional atau tidak
Muka                       : bagaimana warnanya kemerahan/ kebiruan, icterus/ tidak
Mata                        : simetris/ tidak, ada sekret/ tidak, sklera icterus/tidak, konjungtiva pucat/tidak
Hidung                    : lubang hidung simetris/tidak, ada sekret/tidak, ada pernafasan cuping hidung/ tidak, pada penderita bronchiolitis umumnya terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat sekret  
Mulut dan gigi        : bagaimana mukosa bibirnya, apakah ada labia palato schisis, lidah bersih/ tidak, bibir pucat/tidak, gigi sudah tumbuh/belum
Leher                       : ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena jugularis
Dada                       : biasanya terdapat interaksi interkosta ada/tidak kelainan tulang dada, puting susu simetris.
Abdomen                : ada luka atau tidak, ada kelainan bawaan atau tidk
Punggung                : ada luka dekubitus atau tidak
Genetalia                 : jenis kelamin laki-laki/perempuanbersih/ tidak, iritasi/tidak, pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun
Anus                        : bersih/ tidak, iritasi/ tidak
Eks. Atas & bawah : simetris/tidak, ada oedem/tidak,  tidak cyanosis/tidak, akralnya bagaimana
b.      Palpasi
Kepala       :  ada benjolan/ tidak,  ada bekas caput/ tidak
c.       Perkusi
Dada          : hipersonor
Abdomen : kembung/ tidak  
d.      Auskultasi
Daada        :  biasanya terdengar ronchi
Abdomen :  bising usus terdengar jelas/tidak, meningkat/tidak
4.      Pertumbuhan dan perkembangan
-      Perkembangan
Pada anak usia 4 bulan biasanya sudah bisa tengkurap, tersenyum bila diajak bicara, meraih atau menggenggam benda-benda yang diberikan
-      Reflek-reflek
·         Reflek menggenggam
·         Rotting reflek
·         Swallowing reflek
·         Reflek babynski
5.      Pemeriksaan penunjang
-      Foto dada AP dan internal : hiperinflasi paru, diameter antara posterior membesar pada foto lateral, terlihat bercak konsolidasi yang tersebar
-      Analisis gas darah : hiperkarbia sebagai tanda airtraping, asidosis metabolik, dan respiratorik
-      Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV secara bedside
2.2.2        Identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dan interpretasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik, mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk klien dari diagnosa yang telah ditetapkan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara individu. Diagnosa adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditetapkan oleh bidan
Adapun diagnosa masalah dan kebutuhan yang mungkin timbul pada klien bronchiolitis adalah
·         Diagnosa : An ...........umur.......dengan bronchiolitis
Ds      : keluarga mengatakan anaknya batuk pilek dan sesak
Do     : -  Ku lemah
-     Suhu          : 373 – 379 0C
-     Nadi          : 100-120 x/mnt
-     RR             : > 60 x/mnt
-     Nafas cepat dan dangkal
-     Terdapat pernafasan cuping hidung
-     Terdapat sekret
-     Wheezing Å, ronchi Å halus
-     Terdapat retraksi intercosta
-     Perkusi hipersonor
-     Foto rontgen : terdapat gambaran konsolidasi, diameter anteroposterior bronkiolus membesar    
·         Masalah
-      Dehidrasi (gangguan pemenuhan cairan)
-      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
-      Gangguan peningkatan suhu tubuh
-      Kurangnya pengetahuan
2.2.3        Antisipasi masalah potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang ada. Merupakan antisipasi, pencegahan bila mungkin, masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera dipersiapkan tindakan untuk mengantisipasi. Antisipasi masalah potensial pada pasien dengan bronchiolitis adalah :
-      Hipoksemia
-      Atelektasis 
2.2.4        Identifikasi kebutuhan segera
Merupakan langkah yang menggambarkan sifat kesinambungan dari proses penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga pada saat bidan bersama klien. Data-data baru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi, berupa data yang memberikan indikasi adanya situasi yang gawat dimana bidan harus segera bertindak demi keselamatan klien
Adapun kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah :
-             O2
-             Bronchodilator
2.2.5        Mengembangkan rencana asuhan/ intervensi 
Merupakan suatu pengembangan rencana yang menyeluruh meliputi apa yang diidentifikasi oleh kondisi klien. Setiap masalah yang berkaitan, gambaran besar tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan 
Diagnosa        : An ...........umur.......dengan bronchiolitis
Tujuan            : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama...... diharapkan........
Kriteria hasil  : -  Ku baik
-     Suhu    : 365 – 372  0C
-     RR      : 30-60 x/mnt
-     Nadi    : 80-100 x/mnt
-     Nafas teratur
-     Tidak ada pernafasan cuping hidung
-     Tidak terdapat sekret
-     Terdapat retraksi intercosta
-     Tidak ada wheezing, ronchi 

Intervensi       :
1.      Lakukan pendekatan pada keluarga dan jelaskan kondisi pasien ke keluarga
R/    Pasien dan keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan kebidanan
2.      Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi
R/    Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan menurunkan episode apneik khususnya pada adanya hipoksia asidosis metabolik atau hiperkapneu
3.      Inhalasi dengan nebulazer
R/    Inhalasi efektif untuk mengencerkan mukus mukopurulen
4.      Lakukan suction
R/    Menghilangkan mukus yang menyambut jalan nafas
5.      Berikan O2 sesuai kebutuhan (O2 : 1-2 lt)
R/    Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat meningkatkan fungsi pernafasan
6.      Kaji frekuensi dan pola pernafasan
R/    Membantu dalam membedakan periode pernafasan normal atau apnea
7.      Observasi kulit dan membran mukosa
R/    Deteksi dini adanya kekurangan O2
8.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan 
R/    Antibiotik dapat mengatasi infeksi pernafasan/ sepsis. Dengan kolaborasi dapat ditentukan dosis yang sesuai dengan penyakit penderita  
2.2.5.1  Masalah
a.       Gangguan pemenuhan cairan
1.      Memonitor intake dan out put
R/  Untuk mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
2.      Berikan cairan per parenteral
R/  Cairan perparenteral dapat memperbaiki keadaan umum secara cepat
3.      Berikan cairan peroral
R/  Cairan peroral penting untuk input yang adekuat
4.      Monitor serum elektrolit
R/  Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit agar mengenali lebih dini jika terjadi asidosis metabolik
5.      Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/  Untuk mengetahui derajat dehidrasi
6.      Observasi out put urine
R/  Mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
b.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
1.      Berikan makanan sedikit-sedikit dan sering, berikan makanan yang dapat ditoleransi (dinginkan klien)
R/  Dengan pemberian yang sedikit-sedikit tapi sering dapat menghindari terjadinya mual
2.      Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein
R/  Diit yang tepat dapat memperbaiki keseimbangan kalori dalam tubuh
3.      Timbang berat badan sesuai protokol 
R/  Timbang badan yang rutin dapat mengetahui kenaikan BB yang teratur
c.       Gangguan peningkatan suhu tubuh
1.      Monitor suhu tubuh tiap 2-4 jam
R/  Mengetahui kenaikan suhu tubuh, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya hiperpireksia 
2.      Pertahankan suhu ruangan
R/  Suhu ruangan yang kondusif penting untuk menjaga suhu tubuh klien
3.      Berikan antipiretik sesuai kebutuhan
R/ Antipiretik efektif untuk menurunkan suhu tubuh          
4.      Lakukan ”tepid sponge” (seka) dengan air biasa
R/  Seka dan kompres efektif untuk menurunkan suhu tubuh melalui proses konduksi khususnya di daerah-daerah pelipatan 
5.      Tingkatkan intake cairan yang adekuat
R/  Intake cairan yang adekuat penting untuk balance cairan dan menghindari dehidrasi 
d.      Kurangnya pengetahuan orang tua
1.      Ajarkan pada orang tua untuk memberikan bantuan perawatan pada anak
R/  Perawatan pada anak penting untuk mempercepat penyembuhan
2.      Jelaskan tanda dan gejala distress pernafasan dan infeksi
R/  Dengan pengetahuan yang jelas kx lebih kooperatif dan tanggap sehingga dapat dilakukan tindakan secepat mungkin jika timbul keabnormalan
3.      Jelaskan pentingnya istirahat bagi bayi/ anak 
R/  Istirahat yang optimal dapat memperbaiki KU
(Suradi, 2001)
2.2.6        Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik dan dapat dikerjakan oleh petugas, bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama tim medis atau kesehatan lain dan rujukan dari profesi 
2.2.7        Evaluasi
Seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria, guna mengevaluasi ini untuk menilai kemampuan dalam memberi asuhan kebidanan, menilai efektivitas dari asuhan kebidanan sebagai umpan balik untuk memperbaiki dan menyusun langkah baru dalam asuhan kebidanan, menunjang tanggung jawab dan tanggung gugat dalam asuhan kebidanan
S   : Data yang diperoleh dari wawancara langsung
O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obyektif
P   : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah



0 komentar: