Sabtu, 19 Januari 2013

ginekologi : onkologi payudara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Onkologi payudara adalah ilmu tentang penyakit pada payudara. Onkologi payudara merupakan dasar ilmu yang digunakan untuk menetapkan tindakan – tindakan yang harus diberikan pada penderita penyakit pada payudara sesuai dengan tingkatan – tindakan kegawatdaruratan penyakit tersebut.
Tindakannya dibedakan menjadi 3 yaitu gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, dan gawat darurat. Tindakan gawat tidak darurat merupakan tindakan yang tidak membutuhkan penanganan segera namun dapat mengancam jiwa. Tindakan darurat tidak gawat merupakan tindakan yang membutuhkan penanganan segera namun tidak mengancam jiwa. Tindakan gawat darurat merupakan tindakan yang membutuhkan penanganan segera dan dapat mengancam jiwa.
Di Indonesia masih banyak kasus – kasus kegawat daruratan yang belum mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat karena kurangnya pengetahuan tentang klasifikasi kegawatdaruratan suatu penyakit dan cara penganganan rujukan yang tepat untuk penyakit tersebut. Oleh karena itu angka kematian akibat kegawatdaruratan semakin meningkat tahun demi tahun.
Oleh karena itu kami menulis makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat memilah – milah mana yang termasuk tindakan gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, dan gawat darurat. Sehingga dapat  menentukan penanganan rujukan yang tepat sesuai dengan klasifikasi tindakan – tindakan tersebut.
Diharapkan kedepannya masalah – masalah kegawatdaruratan dapat ditangani secara cepat dan tepat. Dan tidak menambah resiko kematian pada penderita penyakit kegawatdaruratan tersebut. Sehingga angka kematian penduduk Indonesia akibat kegawatdaruratan suatu penyakit dapat diatasi.






1.2        Rumusan Masalah
1.2.1        Jelaskan pengertian dari onkologi payudara !
1.2.2        Apa saja yang termasuk tindakan gawat tidak darurat?
1.2.3        Apa saja yang termasuk tindakan darurat tidak gawat?
1.2.4        Apa saja yang termasuk tindakan gawat darurat?

1.3        Tujuan Penulisan
1.3.1        Pembaca mampu menjelaskan pengertian dari onkologi payudara.
1.3.2        Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang termasuk tindakan gawat tidak darurat.
1.3.3        Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang termasuk tindakan darurat tidak gawat.
1.3.4        Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang termasuk tindakan gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian Onkologi Payudara
Onkologi payudara adalah ilmu tentang penyakit pada payudara. Onkologi payudara merupakan dasar ilmu yang digunakan untuk menetapkan tindakan – tindakan yang harus diberikan pada penderita penyakit pada payudara sesuai dengan tingkatan – tindakan kegawatdaruratan penyakit tersebut.

2.2        Gawat Tidak Darurat
2.1.1        Fibroadenoma (sistosarkoma filoides)
Pengertian fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal. Berdasarkan kegawat-daruratannya, fibroadenoma merupakan tumor jinak yang tidak memerlukan penanganan segera namun memungkinkan terjadi keganasan. Secara patofisiologi, bila specimen tidak diperiksa akan terjadi keganasan, dan bila tidak diangkat sempurna dapat kambuh (sistosarkoma filoides). Sehingga untuk rujukan, bidan hanya memberikan surat rujukan tanpa perlu mendampingi pasien dan tanpa melakukan pertolongan sebelum tempat rujukan.
2.1.2        Papiloma intraduktal
Pengertian papiloma intraduktal adalah papiloma yang terjadi pada duktus papilaris biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering menyebabkan keluarnya cairan serosanguinosa atau berdarah dari puting susu. Kegawat-daruratannya apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari puting, khususnya jika bersifat serosanguinosa, perlu ditentukan dan keganasan harus disingkirkan. Patofisiologisnya adalah keluarnya cairan serosanguinosa atau berdarah dari puting susu. Sehingga untuk rujukan, bidan hanya memberikan surat rujukan tanpa perlu mendampingi pasien dan tanpa melakukan pertolongan sebelum tempat rujukan.
2.1.3        Fibrokistik payudara
Pengertiannya adalah perubahan jaringan payudara berupa pembentukan kista, proliferasi duktus epithelial, papiloma tosis difusa, adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Yang dapat menimbulkan nodula yang teraba, massa, dan keluarnya cairan dari puting. Kegawat – daruratannya ada masa kanak-kanak penyakit ini tidak begitu mengancam karena terjadi pada masa dewasa (menarche). Sebab kemungkinan besar berhubungan dengan kelebihan esterogen dan defisiensi progesterone selama fase luteal dari siklus menstruasi. Secara patofisiologis kira – kira 30% wanita dengan penyakit ini yang terbukti dengan biopsy mengalami hyperplasia proliferative, yang meningkatkan resiko kanker payudara hingga tiga kali resiko pada umumnya. Rujukannya, untuk meredakan gejala nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat rujukan, bidan memberikan analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.

2.3        Darurat Tidak Gawat
2.2.1        Infeksi
Pengertian organisme (S. aureus atau streptokok) yang berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada putting dan menyebabkan merah, panas jika disentuh, membengakak, dan nyeri tekan pada payudara. Kegawat – daruratannya sering ditemui pada postpartum semasa awal laktasi namun dapat menimbulkan keganasan. Secara patofisiologis, bila terjadi abses, pasien perlu masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan antibiotic intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Sebelum dirujuk bidan dapat memberikan penanganan berupa pemanasan local, antipiretik dan analgesic ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI dan/ atau memompa, dan terapi antibiotika oral.

2.4        Gawat Darurat
2.3.1        Trauma (Kontusio dengan lesi)
Pengertian cedera pada payudara yang dapat sembuh secara spontan tetapi kadang – kadang mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang terasa keras dan bentuknya tidak teratur dan kadang – kadang menyebabkan retraksi kulit. Kegawat – daruratannya jika penanganan terlambat dan terjadi lesi akan mengakibatkan karsinoma yang berujung pada kematian. Secara patofisiologis jika timbul lesi akan mengakibatkan karsinoma. Bidan mendampingi pasien untuk dirujuk ke rumah sakit dengan BAKSOKU.
2.3.2        Fibrokistik payudara (saat menarche)
Pengertian perubahan jaringan payudara berupa pembentukan kista, proliferasi duktus epithelial, papiloma tosis difusa, adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Yang dapat menimbulkan nodula yang teraba, massa, dan keluarnya cairan dari putting. Kegawat – daruratannya, saat dewasa (sudah menarche) terjadi kelebihan esterogen dan defisiensi progesterone selama fase luteal dari siklus menstruasi. Dan meningkatkan resiko kanker payudara hingga tiga kali resiko pada umumnya. Patofisiologisnya, kira – kira 30% wanita dengan penyakit ini yang terbukti dengan biopsy mengalami hyperplasia proliferative, yang meningkatkan resiko kanker payudara hingga tiga kali resiko pada umumnya. Untuk meredakan gejala nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat rujukan, bidan memberikan analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.

BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
Onkologi payudara adalah ilmu tentang penyakit pada payudara. Tindakannya dibedakan menjadi 3 yaitu gawat ≠ darurat, darurat ≠ gawat, dan gawat darurat. Sistem rujukan yang dilakukan bidan:
1.      Gawat tidak darurat, antara lain fibroadenoma (sistosarkoma filoides), papiloma intraduktal, dan fibrokistik payudara. penatalaksanaanya. Memberikan surat pengantar rujukan dan memberikan analgesic jika terjadi nyeri.
1.      Darurat tidak gawat, antara lain infeksi. Penatalaksanaannya, sebelum dirujuk bidan dapat memberikan penanganan berupa pemanasan local, antipiretik dan analgesic ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI dan/ atau memompa, dan terapi antibiotika oral.
2.      Gawat darurat, antara lain trauma (Kontusio dengan lesi) dan fibrokistik payudara (saat menarche). Penatalaksanaannya, mendampingi pasien dengan BAKSOKU, untuk meredakan gejala nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat rujukan, bidan memberikan analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.

3.2        Saran
Bidan harus bisa melakukan pemeriksaan sebagai tindakan terhadap keluhan pasien. Bidan juga harus bisa mengidentifikasi tentang gejala penyakit ginekologi.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

























0 komentar: