Rabu, 27 Maret 2013

bali--ulu watu
















Minggu, 24 Maret 2013

Literatur sekotak rindu

Aku menari dalam irama kekosongan, yang melemparku jauh ke ruangan ini.
Tumpukan buku disana sini, mengajakku untuk lupa sejenak.
Mencoba meraih tanganku dengan cover2 nya, namun tak sedikipun aku tergoda.
Juga tak sedikipun musik favorit ku ini terdengar indah di ruanganmu, 
entah beginikah rasanya gejolak.

Bersamamu anganku mengembara,
Berharap akan membangun dunia kita atau setidaknya ada langkah menuju kesana.
Jemu sudah perasaan bergemuruh, mencoba ku tutup mata dan berharap waktu kini berputar lebih cepat dan segera membawamu pulang.
Namun, sia2 juga rencana ini.

Kesepian bagai tetes air terjun
lambat dan pasti melobangi hatiku
dan engkau jua tak kunjung mengerti.
Sungguh waktu begitu menjemukan.

(Bali, 22032013. 10:00)

Secawan kerinduan

Ada suara menjerit
dari sebuah bungkusan dihadapanku.
Kado berbungkus kuning, dan berisi sebuah kebanggaan.

Tentang kita.

Melayangkan ingatanku tentang sebuah rancangan pertemuan,
Sudah ku bingkai dan ku patut senyum dan sapaan macam apa di pertemuan pertama.
Namun, bersih disapu banjir seketika.

Bis melaju pelan, dan memanjangkan waktu yang rasanya ingin ku peluk erat agar ia tak lanjut berjalan.
Berharap, Mengwi-lah yang pertama.

Sejenak, ku biarkan pikiran warasku bergantung diatas awan.
Merangkai2 lagi rencana lain, dan mengikis kekecewaan.
Dalam hening dengan keindahan puisi aku ingin menyudahi peranku yang Absurd ini.

Aku tau, perasaanmu pun tak jauh berbeda denganku, Inspiera.

:)

(Bali, 22032013, 06:27)

sajak kerinduan

Berada dikeramaian, semakin merasa kesepian.
Baumu sudah begitu dekat rupanya.
Bayang2 itu semakin menyala dan tampak jelas.

Ini jalannya masih ku tempuh, terapung dan melihat arakan air.
Sembari melihat beberapa perahu pun juga sama menempuhnya.
Ratusan orang lalu lalang dihadapan dan ribuan lampumu disana melirik, menggoda.

Ada sapaan lembut, angin menyampaikan kerinduan terdalammu.
Menahanku untuk bergemuruh, dan memberi kekuatan untuk tetap tenang.
Menahan perasaan yang sedang membuncah, menekan perasaan yang sudah tak terbendungkan.
Simfoni-ku bernyanyi lagi.

(Penyebrangan ketapang-Gilimanuk, 22032013. 02:25)

Simfoni-ku

Sejauh mata memandang, derapan langkah dalam ketergesaan.
Tatapan dalam kehampaan, fikiran menyembur keluar.
Perasaan membuncah menahan ribuan kata yang ingin terurai nanti.
Entah bagaimana pertemuan ini akan terjadi, yang jelas terlalu sederhana jika hanya dituliskan.
Sebab ini bukan cerita, ini ombak kerinduan dan hanya bisa diselami antara hati dan hati.

(Malang, 21032013. 16:38)

Selasa, 19 Maret 2013

Pinta bujang

Sudah lama sekali 2 jendela tak saling terbuka
Tak ada lagi senyum2 kecil yang diungkapkan tembok tatkala gadis mencoba bersembunyi dari tatapannya.
Juga cibiran koran yang menggoda bujang ketika menghindar dari tatapan di sebrang.
Bahkan secangkir kopi yang hanya dijadikan akting atas masing-masing kegugupan.
Ahay..Begitukah memang perilaku bujang?

Ukurannya memang cuma sejengkal, tapi kenyataannya sejauh ujung dan pangkal.
Bagaimana bisa bertemu kalau masing2 pribadi mengutamakan egonya.
Sebenarnya pernah saling tertaut tapi kemudian teriakan tetangga mengendurkan.
Sungguh kasian si bujang.

Hiduplah berprinsip, hidup mati bertalian padanya.
Kalau hati sedang merekah jangan coba-coba meranggasnya.
Penyesalan itu selalu mengikuti dibelakang.
Masa muda tak akan pernah kembali,
Ayo bujang jemputlah yang menggoda hati.


Minggu, 17 Maret 2013

Dedicated #1


Dalam malam
dalam kegelapan
Kulihat cahaya merangkak mengalahkann malam
dan begitu saja bayangan berkelebat dibalik kedua bola mataku

Demi kesunyian
Demi kehampaan
Engkau begitu menawan ketika hidupku demikian rawan

Dalam sebuah ruangan
dalam gemuruh kesepian
ada bait-bait yang tertutup kecemasan
 ada perasaan yang tercampakkan
ada secercah harapan yang mencoba menyelamatkan dari kebinasaan.
 
Sudah tepatkah untuk memulai laga permainan?
 

Sabtu, 16 Maret 2013

kerinduan

Seandainya masa lalu boleh diputar kembali
Akankah hidup ada bedanya
yang pernah hilang akankah bisa datang kembali?
Suburnya rerumputan di ladang orang akankah berganti.

Tapi, siapakah yang dapat mengingkari bumi
Ia sudah berputar, dan porosnya sudah tertancap.
Saat-saat kita pernah menapaki bukit
saat terompah kita bergesakan dengan jalan setapak dan melewati ratusan ribu duri di sepanjang jalan.
Kembali lagi bernostalgia.

Barangkali hari ini atau sampai kapan 
ku rangkai terus rinduku padamu
masa lalu yang sudah terpenjara dan di kremasi.

Berjalanlah tetap seiring
Biar luka kita
menyimpan arti derita.

Macam hantu saja dirimu, mimpi

Sudah pernah aku meninggikanmu hingga ujung langit itu.
Jauh sekali, dan akupun bahkan tak tahu di negeri antah berantah mana keberadaannya.
Pertama ia lahir dari jiwa suci, lalu di adopsi oleh dunia yang kacau ini.
Ia berubah rupanya.
Dimana ia sekarang? katamu penuh ejekan
Sudah terbang dari jauh-jauh hari. jawabku singkat
kemudian sebelum engkau menanyakan hal lain, segera saja ku bungkam dengan kenyataan getir ini.
Puas? tantangku
Tuhan telah menetapkanku di ruang penuh makna ini, dimana sudut-sudutnya begitu rumit untuk ku terka.
Akupun pernah bosan dengan kehampaannya, namun Tuhan menuntunku kembali untuk bertahan.
Selalu saja begitu dan terjadi berulang.
Janji,sebentar lagi aku menyelesaikannya duhai mimpi yang tak tepat janji.

#tentang mimpi semasa SMA, mimpi berjas kuning.


Jumat, 15 Maret 2013

kebencian

Pekat nian ku rasakan engkau melumuri jiwa.
Kelam, hingga tak mampu ku bedakan mana yang indah dan busuk.
Pergilah kebencian, tak ada yang menginginkanmu ada.
Hanyalah pendusta saja yang menimang-nimang engkau hingga terlelap.
Karena itu bukan aku.
Lapuklah bersama dengan bebatuan disebrang sana, jangan kembali.

Gejolak #6 (usai)

Aku melihatmu puan, sangat anggun dengan gaun putihmu.
Disini kita akan bersama. katamu
Di hamparan surga dan ratusan mawar.
Ini rumah kita kekasih, lihatlah taman yang sudah dipersiapkan Tuhan untuk kita. Sungguh menyenangkan bukan? Jelasmu seraya menuntunku
Ya. Aku datang puan, aku datang.

Gejolak #5

lamat2 kuingat waktu itu, tepat senja berganti tiba2 engkau tersenyum dan mengatakan "Aku ingin memiliki 4 anak, 2 laki-laki dan 2 perempuan."
"Aamiin, semoga saja." balasku
"Iya, aku mau 4." tukasmu
Lalu kitapun sama2 tersenyum, bahagia sekali.
Aku mencintaimu wahai puan, sungguh sangat mencintaimu.
Dan semakin aku bergejolak, aku semakin takut.
Aku takut jika tiba saatnya kita berikrar, ternyata ajal ini mendahui.
Aku takut dengan sesuatu yang hanya Tuhan yang tau, aku takut meninggalkanmu puan.


Kamis, 14 Maret 2013

Gejolak #4

Aku tak menginginkan banyak hal di dunia ini puan.
Aku bukan tipe orang yang punya keinginan tinggi dan berambisi.
Aku cukup puas berada disini, dan menjadi seperti sekarang.
Aku hanya memilikimu dan ingin hidup berdua saja denganmu.
Bukankah engkaupun menginginkan hal yang sama?

Rabu, 13 Maret 2013

gejolak #3

Semua ini berjalan begitu mulusnya, skenario cantik yang sudah dipersembahkan Tuhan untuk kita.
Aku dan kamu puan, menalikan hati satu sama lain.
Tak ada lagi yang dapat disembunyikan.
Bagiku kini, seluruh bebanmu adalah bebanku begitu juga denganku.
Kita satu puan dan tidak akan pernah dipisahkan.
Mungkin bagi orang lain engkau biasa saja, tapi bagiku kamu segalanya.
Aku ingin sekali memilikimu puan, selamanya.
Namun, raga dan akal kacau. ia tak bisa saling menyeimbangkan.
Maaf puan, bersabarlah.
Sungguh gejolak ini tak pernah luntur, ia kian bersinar dan begitu luhur.

gejolak #2

Jitu benar tebakanku kali ini, dan akhirnya pertemuan ini tak berakhir.
Atau lebih indah jika aku menyebutnya : "tak akan pernah berakhir."
Pelan, mozaik ini kembali ke posisinya semula.
Meski belum sempurna, namun ia berusaha menata letak dan menyesuaikan dengan yang lain.
Engkau mengajakku ke tempat pengaduanmu selama ini, untuk apa?
"Ini tempat rahasiaku." Bisikmu pelan
dan hanya seulas senyum yang mampu kuberikan, senyum terbaikku malam ini.
"Mengapa secepat ini engkau percaya padaku wahai puan?."
Ku beranikan bertanya, karena sesungguhnya hatiku berharap engkau akan memberikan jawaban seperti yang ku inginkan.
Hening!!
Baiklah,aku tidak akan lagi berkata puan.
Kebersamaan ini cukup bagiku, tempat rahasiamu dan kini menjadi tempat rahasiaku pula.
Sayangnya, aku tak memiliki ruang indah seperti milikmu.
Sungguh, semua ruang tak ada bedanya bagiku kecuali tempat rahasiamu ini.
Izinkan aku meminjamnya sejenak puan, biarkan aku bisa menatap lekat keteduhan wajahmu.
dan tak apalah sesekali jemari kita saling merapat.
Dan dalam keheningan pula gejolak ini semakin jelas, aku janji akan menjagamu wahai puan.

Gejolak #1

Pertemuan itu sudah lama sekali, kira-kira hampir separuh abad.
lamat-lamat aku mengingatnya, menggabungkan kepingan mozaik yang pernah bersatu.
Waktu engkau pertama menatapku, waktu pertama kita bertegur sapa.
dan semuanya serba pertama dan baru bagi kita.
Tak apalah, kita akan mencoba mengayuh perjalanan ini bersama.
Ini mungkin merupakan awal mata rantai yang kelak akan membingkai kebersamaan ini menjadi ikatan suci.
Memang bukan kali pertama aku jatuh hati, tapi ini beda.
Hatiku berdesir dan bergejolak.
Akankah engkau merasakan hal yang sama wahai puan?

perpisahan.

Selamat tinggal senja, tubuhku tak cukup kuat untuk menantimu lagi.
Lengkap sudah akhir ceritaku, porak poranda terkena bongkahan bara.

Percuma, ragaku ringkih sudah. Tak mampu lagi menahan tempaan.
Aku menyerah senja.
Yakinkan aku bahwa ini pilihan tepat.

Percuma saja sinar yang sempat kulihat, ternyata kini ia memudar.
Dan aku yakin besok ia akan benar2 lenyap.
Cukup senja, biarlah ceritaku tertelan hiruk pikuknya dunia.
Biarkan saja ia terkubur bersama bangkai hewan2 melata.
Jangan  memanggilku kembali, karena tempat duduk ini tak lagi terasa nyaman.
Juga suasana ini tak lagi membuatku tertarik.
Cukup senja, tak usah lagi meratapi apa yang pernah terjadi.
Aku bahagia kini, dan aku berharap engkaupun bahagia dengan kenangan ini.




Selasa, 12 Maret 2013

tawaran senja

Sungguh apa yang ingin engkau tawarkan wahai senja?
Kecantikan, kebahagiaan, keharmonisan, kenyataan, ataukah masih tetap bayangan?
Engkau akan segera berganti, dan tak akan lagi ada kicauan burungyang akan menemaniku.
Tidak ada lagi rona langit, dan tidak pula engkau tinggalkan sedikit cahaya untukku.
Tawaran apa yang mampu engkau suguhkan untukku wahai senja?
kegelapan, pengharapan kosong, kekecewaan, ataukah sebuah kejutan?
Baiklah senja, simpan saja tawaran2 itu untukku esok.
Mungkin saja aku akan memilih salah satu diantara.
Pergilah senja..pergilah.

tanggapan *senja

Berikut respon salah seorang sahabat setelah baca *Senja.
Tante "T" : Budhe. itu terlalu fulgar. Bisa disamarkan gak?
Budhe "L" : hahaha, terlanjur tante.
Tante "T" : Sudah waktunya untuk mengerti budhe, bukan menuntut.
Budhe "L" : Tapi tante, ada saja bagiku cukup.
Tante "T" : Aku juga sedang belajar mengerti, dan mengayomi sekarang.
Budhe "L" : Aku sudah belajar tante...
#tanggapan yg semakin nglantur

************

Jadi bagaimana?
Well, aku selalu berfikir setiap pembaca adalah orang netral.
Dan kalaupun berminat, silahkan mentafsirkan karena itu memang tujuannya.
************
Tentang senja,
kalaupun aku masih mampu, maka aku akan terus berada di kursi ini.
tentunya dengan perasaan yang terus berdegup.
tentang mimpi dan tentang sesuatu yang samar.
Karena inilah aturan mainnya.
Allah sengaja mengatur pola yang seperti ini, karena pasti akan menghasilkan ouput yang sedemikian rupa.
inilah ketetapan, jadi kalaupun aku mau beranjak toh pada akhirnya akupun akan terduduk kembali.
Jadi inilah sebuah "alasan."
mengapa dan haruskah seperti ini?
jawabannya adalah, tengok "alasan" awal kamu terduduk.
sungguh, gadis yang malang.

senja #4

Aku sungguh lelah mas, terlampau lelah.
Rasanya ingin ku jatuhkan lepas tubuh ini, namun ini bukan daratanku.
Lagipula percuma saja, aku masih sendiri.
Toh percuma saja, tak ada topangan semangat untukku.
********
Masih sibukkah disana mas?
Sungguh aku ingin mengadu dan berkeluh kesah.
Cukup dengarkan saja, maka ketidakberdayaan ini akan lenyap.
********
Sabar nduk..
Itukah yang akan mas utarakan, itu lebih dari cukup.
tentang kesabaran, aku hanya punya sedikit.
Tak lebih dari satu tetes air ditengah hujan lebat.
Dan milikmu banyak mas.
Dalam hal ini siapa yang harus mengerti siapa dan kalaupun kita usut tidak akan ada ujungnya.
Aku mengerti prinsip2mu, dan mas pun menghargai aku.
********
Aku lelah mas, dan aku tidak ingin mengadu ke bapak dan ibu.
Karena aku yakin, mereka sudah lelah dengan rengekan yang selalu ku adukan kemaren.
Cukup mendengar nasihatmu dan itu akan cukup.
********
Apakah dengan berkata begini aku melalaikan Allah?
Apakah aku lupa kalau aku memiliki tempat mengadu?
jelas tidak mas, Tidak!!
Aku tau porsinya dan aku faham hal apa yang akan mas katakan tentang ini.
Aku masih bisa membedakan mana porsimu dan mana untuk Allah.
Allah adalah segala2nya.

Aku yakin Allah akan mendengar semua keluh kesahku, yakin seyakinnya.
Dan aku yakin pula bahwa Allah akan memberikan apapun yang ku pinta.
Aku yakin seyakin yakinnya kekuatan Doa, tapi aku juga yakin bahwa sebenarnya engkaupun faham apa yang aku inginkan.
*********
Sungguh, aku lelah mas, lelah sekali...

senja #3

Kalau bukan karena kesetiaan,apalah arti menunggu selain membuang waktu secara percuma.
Kalau bukan karena keyakinan, maka aku sudah berbalik dan menentukan jalan yang lain meskipun ia terasa lebih samar.
Kalau bukan karena pengharapan, maka apalah arti dari kesakitan ini.
Kalau bukan karena kehidupan yang lebih baik, maka aku tak akan pernah berani menatap lagi.
Entah, aku yakin ini semua akan segera berakhir.
Sudah tampak celah dan sudah ada semburat cahaya di ujung sana.
Sebentar lagi, sebentar lagi kita akan bersama.
Hanya butuh untuk duduk dan menunggu senja berganti.
itu akan terasa sekejab saja dibandingkan dengan dudukku selama ini.
Senja esok akan jadi saksi ikrar kesetiaan kita.
Senja esok pun akan menjadi perekam  moment kebahagiaan kita.
dan tempat dudukku ini akan menjadi sahabat kita.
Rerumputan, angin, dan ribuan burung gereja ini akan menambah kehangatan kebersamaan kita.
Indah bukan?
Maka aku tetap dalam penantian sayang.


Senja #2


Aku suka moment.
Aku suka senja.
Aku suka pohon.
Aku suka pasir.
Aku suka bulan.
Sungguh aku menyukai segala sesuatu keromantisan.
Karena aku menyukai semua yang akan menjadi kenangan.
Karena aku ingin menjadi salah satu dari bagian kenangan.
Karena aku sungguh ingin menjadi bagian dari cerita hidupmu.
Sungguh, semua itu nyata.

senja #1

Senja..
Dipersimpangan aku berdiri, menanti datangnya sosok.
Mematung penuh harap.
“Mengapa tak lari saja kamu dari kondisi ini?”
“Haruskah?”
“Harusnya kamu tahu persis jawaban macam apa yang akan ku utarakan.”
“ Karena kamu pengecut.”
“Puas?.”

Jumat, 08 Maret 2013

zahro-->masjid sanan, turen





















Rabu, 06 Maret 2013

sweetheart














azzam in action







mom & me