BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
2.1. KONSEP
TEORI MENOMETRORHARGIA
2.1.1 Pengertian
·
Menometrorhargia
adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid yang pada umumnya
menjadi satu yang disebabkan oleh kelainan organik pada genital atau oleh
kelainan fungsional.
( Sarwono Prawirohardjo, 2003 : 223)
·
Menometrorhargia
adalah perdarahan dari rahim yang terjadi sewaktu haid dan juga pada saat-saat
lain. Perdarahan ini menjadi satu.
(Kamus Kedokteran, 2000: 216)
·
Menometrorhargia adalah perdarahan diluar haid yang lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal.
( Sulaiman, 2002 : 38 )
2.1.2 Patofisiologi
Pada
uterus dan ovarium pada waktu yang sama dapat terjadi gangguan perdarahan yang
dinamakan menometrorhargia terjadi karena persistensi folikel sehingga terjadi
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi
endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan
berbagai jenis endometrium yakni endometrium atrofik, hiperplastik, proferatif,
dan sekretoris. Dengan endometrium jenis non sekresi dengan endometrium jenis
sekresi penting artinya karena denga demikian dapat dibedakan perdarahan
anovulatoar dari yang avulatoir. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir
gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuscular atau hematologik
yang mekanismenya belum beberapa dimengerti sedang perdarahan anovolatoir
biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.
(Sarwono Prawirohardjo,2003: 225)
2.1.3 Etiologi
Metorrhagia atau
Menometrorhargia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional, serta
penyebab lain.
a. Penyebab organik perdarahan bukan
haid antara lain :
Vagina : varises
pecah, metastase - korio karsindma, keganasan vagina,
Serviks :
karsinoma portio, perlukaan serviks,
polip servik.
Rahim : polip
endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa mioma uteri.
Tuba falopi :
karsinoma tuba, hamil ektopik tuba
Ovarium :
radang ovarium, tumor ovarium
b. Penyebab perdarahan disfungsional
Perdarahan disfungsional adalah perdarahan
tanpa disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia, tetapi gangguan
mata rantai hormonal hipotalamus
- hipofisis dan ovarium.
Perdarahan disfungsional adalah 2 bentuk yaitu :
1. Perdarahan
disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfungsional bleeding), disebabkan karena :
·
Korpus luteum persistens yang menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
·
Insufisiensi korpus luteum karena
gangguan LH (kurangnya produksi progesteron).
·
Pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
·
Gangguan dalam mekanisme pembekuan
darah.
2. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulator
disfungsional bleeding) disebabkan
karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan terhambatnya pembentukan endometrium dan menimbulkan perdarahan yang tidak teratur sama sekali.
c. Penyebab lain
stress psikologi
serta komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi
(Manuaba,
1998: 400)
2.1.4. Penanganan
·
Jika
pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus
istirahat baring dan diberi
tranfusi darah.
·
Pemberian
estrogen
dosis tinggi =
dipropiontas estradicol 2,5mg IM
·
Pemberian
progesteron untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium yaitu hidroksi progesteron 125mg IM atau provera I Omg, peroral. Tetapi in] berguna pada wanita masa pubertas.
·
Jika
pemberian estrogen saja atau
progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil
kontrasepsi.
Tetapi ini dapat
dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari mulai hari ke 21 siklus haid.
·
Dilakukan
curetage
(Sarwono, 1999: 2000)
2.2 Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan
Dengan Menometrorhargia
1. PENGKAJIAN (Tg1.......... Jam......... )
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama
suami : untuk menghindari kekeliruan
Umur :
untuk mengetahui apakah ibu resiko tinggi
Agama :
untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu Pendidikan : untuk
memudahkan dalam pemberian KIE
Pekerjaan : mengetahui
tingkat sosial dan kepercayaan yang mungkin mengganggu dalam proses persalinan
Alamat
: memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah
2. Status
Perkawinan
Untuk mengetahui
klien tersebut menikah berapa kali, umur menikah dan dikatakan infertilitas
bila lama kawin lebih dari 12 bulan belum juga mendapatkan anak.
(Sarwono Prawirohardjo,2005;497)
3. Keluhan utama saat dikaji
Keluhan yang dikatakan ibu pertama kali datang
4. Riwayat kebidanan
a. haid
·
Amenorea
: untuk menentukan usia, kehamilan
·
Siklus
haid : untuk mengetahui keteraturan haid
·
Riwayat
haid : untuk mengetahui penyakit yang dialami
·
Banyaknya
·
Konsistensi
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang
lalu dan sekarang
No
|
Hamil
|
Persalinan
|
Ditolong
|
Hidup/Mati
|
Sex
|
BB
|
Nifas
|
KB
|
Ket
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Yang dikatakan ibu pernah menderita
penyakit yang lalu
6. Riwayat kesehatan sekarang
Yang dikatakan ibu dan keluhan yang dirasakan sekarang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah didalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menular.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Untuk mengetahui tingkat kesehatan
b. Pola Eliminasi
Untuk mengetahui banyaknya,
konsistensinya
c. Pola istirahat
Untuk mengetahui kondisi ibu
d. Pola aktivitas
Ibu melakukan apa saja dalam rumahnya
sebagai ibu rumah tangga
e. Pola personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri
f. Pola kebiasaan
Untuk mengetahui kondisi kesehatan
ibu .
g. Pola seksual
Untuk mengetahui berapa sering
melakukan hubungan seksual
9. Keadaan psikososial
a. Psikososial
b. Sosial dan budaya
c. Keadaan spiritual
B. Data Obyektif
Data yang
diperoleh berdasarkan
pasien yang
sebenarnya dengan
melakukan pemeriksaan pada pasien yang bertujuan untuk mengumpulkan data apakah masalah pada ibu hamil ini ada hubungannya
dengan pemeriksaan fisik.
1. Pemeriksaan fisik
KU :
Kesadaran : CM
Portur tubuh :
Cara jalan :
Tinggi badan :
BB selama hamil :
LILA :
2. Tanda-tanda Vital
TD : relatif normal
(normainva
sistole tidak melebihi
30 mmHg dan diastole tidak
melebihi 15mmHg).
N : relatif normal
RR : relatif normal
S : relatif normal .
2. Pemeriksaan khusus
A. Inspeksi :
Kepala : simetris
Muka : bentuk bulat, tidak pucat
Mata : sklera tidak kuning
Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran cairan
Telinga : simetris, tidak ada kelainan
Mulut & dagu : bibir
tidak kering, tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada pembesaran
Abdomen : tidak
ada luka bekas operasi
Genetalia : tidak ada luka
Ekstremitas : oedema, simetris
b. Palpasi :
Payudara : puting susu menonjol, tidak ada
benjolan
c. Pemeriksaan dalam
Vulva : fluxuz (+), flour albus (+)
Portio : tertutup, licin, nyeri goyang (-)
Covum uteri : ante flexi
Genetalia : tidak oedema, fkluxus (+)
II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : P 30003 dengan menometrorhargia
Ds : yang dikatakan ibu-ibu pertama kali dan keluhan yang di utarakan
Do : pemeriksaan dalam
Vulva : fluxuz (+), flour albus (+)
Portio :
tertutup, licin, nyeri tekan (-)
Covurn uteri : tidak
menonjol
Genetalia : oedema (-)
III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi anemia
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- KIE
- Kolaborasi dengan dokter
V INTERVENSI
Dx : menometrorhargia
Tujuan : perdarahan berhenti
Kriteria hasil : siklus haid teratur
Intervensi
1. Persiapan inform consent
R/ memberi informasi pada pasien tentang
kondisinya sekarang berdasarkan hasil pmx)
2. Lakukan observasi TTV
R/ TTV merupakan parameter kesehatan klien
3. Anjurkan pada ibu untuk banyak
istirahat dan mengurangi aktivitas
R/ memulihkan kondisi dan mempercepat proses penyembuhan
4. Anjurkan pada pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi
R/ meningkatkan
kondisi tubuh
5. Observasi jumlah perdarahan yang keluar dalam pemeriksaan dalam
R/ mengetahui tanda-tanda bahaya
6. Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi selanjutnya
R/ melaksanakan fungsi dependent
VI IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi
VII EVALUASI
Dx :
data pasien yang didapat dari anamnese
S : data pasien yang didapat dan anamnesa
0 : hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnosa dan pendukung
lain juga catatan medik
A : analisis dan interprestasi berdasarkan data yang dikumpulkan
buat kesimpulan
1. Diagnosa
2. Antisipasi diagnosa masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera
P : merupakan
gambaran pendokumentasikan dan tindakan evaluasi
rencana didalamnya
1. Asuhan mandiri
2. Kolaborasi
3. Laboratorium
4. KIF
5. Follow up
0 komentar:
Posting Komentar