KONSEP DASAR
A.
Landasan Teori
1.
Pengertian
Masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai setelah partus selesai
atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan pulih kembali
seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sarwono, 2008
:
237)
Masa nifas adalah masa
sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan
untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu.
(Siti Saleha, 2009
:
4)
Masa nifas atau masa
puerpurium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2006)
2.
Periode
Nifas
a. Periode
Immediate Postpartum
Masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode
Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periose
Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
(Siti Saleha, 2009:4)
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan
Fisik
1. Uterus
Secara berangsur –
angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ±
3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa
berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba
dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi
siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan
waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah
persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan
kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3.
Endometrium
Timbul
trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada
hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan
selaput janin
(Sarwono,2007:237-238)
4.
Lochea
Lochea
adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas
darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
a.
Lochea
Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b.
Lochea
Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan
c.
Lochea
Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d.
Lochea
Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e.
Lochea
Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f.
Lochea
stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
(Mochtar,Rustam,1998:116)
5.
Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar
HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta plasenta enzyme
insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Kadar
estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya
dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan
pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu
kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
post partum hari ke- 17.
(Bobak, 2004 : 496)
6. Pembuluh
Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus
mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan
tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang
besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang kiri.
7. Dinding
perut dan peritoneum
Setelah persalinan
dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari
otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
8.
Bekas
Implantasi Placenta
Placental
bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7.5
cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
(Varney, 2007 : 554)
b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis
post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut ;
1.
Periode Taking In
a. Berlangsung
1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu
pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik.
c. Ibu
menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya
tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu
mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu
dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti
sediakala.
g. Nafsu
makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu
makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2.
Periode Taking Hold
a. Berlangsung
3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada
fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
c. Ibu
menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat
ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya
dirinya.
e. Pada
periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi
seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3.
Periode Letting Go
a. Berlangsung
10 hari setelah melahirkan.
b. Secara
umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
d. Keinginan
untuk merawat bayi meningkat
e. Ada
kalanya ibu mengalami
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues
( Herawati Mansur, 2009
: 154-155)
4.
Perawatan Masa Nifas
a. Mobilisasi
Jelaskan bahwa
latihan tertentu sangat membantu seperti :
·
Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu
ke dada : tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
·
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan
kegel).
·
Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan
otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali.
·
Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan setiap minggu naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu
harus mengerjakan sebanyak 30 kali.
b. Diet
Ibu menyusui
harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil besi harus
diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat
besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
c. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri
mungkin karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
d. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila
tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
e. Perawatan Payudara
1)
Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama
puting susu
2)
Menggunakan BH yang menyokong payudara
3)
Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
4)
Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok.
5)
Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1
tab setiap 4-6 jam.
6)
Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI,
lakukan :
-
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
-
Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
menggunakan sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
-
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak.
-
Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
-
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Laktasi
ASI mengandung semua bahan
yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi,
selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
Tanda ASI cukup :
·
Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
·
Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
·
Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar,
bangun dan tidur cukup.
·
Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
·
Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap
kali menyusui.
·
Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
·
Bayi bertambah berat badannya.
ASI
tidak cukup :
·
Jarang disusui.
·
Bayi diberi makan lain.
·
Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis
menyusui.
g. Senggama
Secara fisik aman untuk mulai berhubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
h. Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang atau tidur selagi bayi
tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusio dan
memperbanyak jumlah perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi sendiri.
i. Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi pemeriksaan umum, keadaan
umum, payudara, dinding perut, secret vagina, keadaan alat kandungan.
j. Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air mulai depan kebelakang yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk
mengganti pembalut minimal 2x sehari, sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan untuk tidak menyentuh luka
tersebut.
k. KB
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun lagi sebelum
ibu hamil lagi. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
melahirkan. Sebelum menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan yaitu
bagaimana efektivitasnya, kelebihan / keuntungan, efek samping, cara
menggunakan metode itu, kapan mulai digunakan dan waktu kontrolnya.
l. Nasehat untuk Ibu
Nifas
·
Fisioterapi post natal sangat baik bila
diberikan
·
Sebaiknya bayi disusui
·
Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
·
Untuk kesehatan ibu dan bayi, serta keluarga
sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak.
·
Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
(Sarwono,
2002:271)
5.
Keadaan
Abnormal yang dapat Menyertai Kala Nifas
1) Keadaan abnormal pada rahim
a. Sub involusi Uteri
Sub
involusi uteri adalah keadaan dimana proses involusi rahim tidak berjalan
sebagai mestinya. Penyebab terjadinya subinvolusi uteri adalah terjadi infeksi
pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya terdapat bekuan darah,
atau mioma uteri
b. Perdarahan Kala Nifas Sekunder
Perdarahan
kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta
atau selaput ketuban (pada grande multipara dan kelainan bentuk implantasi
plasenta), infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk
mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
c. Flegmasi Alba Dolens
Flegmasi
alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralis yang terinfeksi dan disertai
pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis sebagai berikut:
a. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b. Berwarna putih.
c. Terasa sangat nyeri.
d. Tampak bendungan pembuluh darah.
e. Temperatur badan dapat meningkat
2) Keadaan abnormal pada payudara
a. Bendungan ASI
1) Karena sumbatan pada saluran ASI.
2) Tidak dikosongkan seluruh puting susu.
3) Keluhan : mamae bengkak, keras, dan terasa
panas sampai subu badan meningkat.
4) Penanganan mengosongkan ASI dengan masase
atau pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan
pengobatan simtomatis sehingga keluahan berkurang.
b. Mastitis dan abses mamae
Terjadinya
bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang
sering menyebabkan infeksi mamae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui
luka puting susu infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae terjadi
pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
(Ibrahim,
Cristina, 1996)
6.
Tanda-tanda
Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau
tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau
busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau
punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu
hati, atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau
jika merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah
menjadi merah panas dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama.
i.
Rasa
sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
j.
Merasa
sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas
terengah-engah.
7.
Kunjungan
Masa Nifas (Siti Saleha, 2009:6)
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
a.
Mencegah terjadinya perdarahan masa
nifas
b.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
c.
Memberikan konseling kepada ibu atau
keluarga salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan
pada masa nifas karena atonia uteri.
d.
Pemberian ASI pada masa awal menjadi
ibu.
e.
Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
Jika
bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
a.
Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak bau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
c.
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d.
Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga agar bayi
tetap hangat.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
a.
Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan bau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
c.
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d.
Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bagaimana bayi tetap hangat.
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
a.
Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang dialami ibu dan bayinya.
b.
Memberikan konseling KB secra dini.
|
8.
Pengawasan
Masa Nifas
a.
Keadaan Umum
1.
Nadi
Umumnya berkisar antara 60-80 x/menit, awal gradikardi
berarti normal segera setelah partus bila terdapat tackikardi sedang badan
tidak terasa panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau kelelahan, bila ada
tackikardi disertai kenaikan suhu dapat disebabkan oleh nifas.
2.
Suhu
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5o
C dari keadaan normal, tidak lebih dari 37,2o C, bila dari 38o
C bahaya infeksi. Sesudah 12 jam pertama melahirkan. Umumnya suhu badan akan
kembali normal
3.
Pernafasan
Sekitar 16-20 x/menit pada saat nifas. Hal ini di
karenakan rahim sudah kembali pulih dan tidak ada lagi pembesaran rahim yang
dapat menekan diafragma.
4.
Tekanan Darah
Batas normal untuk sistole 130 mmHg masa nifas diulur
setelah plasenta lahir. Hasilnya dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
b.
Keadaan Uterus
Pengawasan terhadap tingginya fundus uteri pada hari-hari pertama setelah
melahirkan terutama ditujukan apakah ada perdarahan. Bila ada, fundus uteri
akan lebih tinggi karena adanya gumpalan darah. Selain itu fundus uteri juga
akan lebih naik, bila ada kandung kemih yang penuh. Untuk selanjutnya
pengawasan tingginya fundus uteri juga untuk mengetahui proses involusi apakah
normal atau tidak. Kontraksi uterus perlu diawasi terutama setelah melahirkan
sangat mungkin terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan yang berasal dari
dalam uterus maka kontraksi uterus menjadi lemah.
c.
Perdarahan
Perdarahan ini dilakukan setelah placenta dilahirkan dan pada hari
pertama setelah melahirkan. Pengeluaran darah perlu diukur untu mengetahui
berapa banyak darah yang keluar. Pengawasan dilakukan dengan mengawasi keadaan
pembalut penderita. Biasanya ibu akan merasakan bila darah keluar lebih banyak.
d.
Keadaan Lochea
Pengawasan terhadap keadaan lochea dilakukan setiap mengganti pembalut
penderita pada waktu penderita buang air kemih atau buang air besar. Pada
perawatan vulva yang khusus ataupada waktu penderita merasa pembalutnya kotor.
Yang perlu diperhatikan pada pengawasan lochea ini adalah : warna, banyak dan
baunya. Dalam keadaan normal warna ini akan berubah secara gradual dari merah
menjadi merah muda, kuning atau kehijauan.
e.
Keadaan Perineum
Pengawasan perineum dilakukan waktu perawatan vulva yaitu setiap kali
penderita buang air kemih atau pada waktu khusus diadakan perawatan vulva yang
diperhatikan ialah bagaimana keadaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan
apakah perineum membengkak atau ada infeksi.
f.
Keadaan Miksi dan Defeaksi
Ø
Keadaan Miksi
Setelah ibu melahirkan terutama bagi yang pertama kali
melahirkan akan terasa pedih bila buang air kemih. Ini kemungkinan disebabkan
oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan, sehingga penderita takut
buang air kemih. Bila kandung kemih penuh harus diusahakan agar penderita dapat
buang air kemih. Sehingga tidak perlu penyadapan bagaimana kecilnya akan
membawa bahaya infeksi.
Ø
Keadaan Defekasi
Kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah
melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan menadapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong. Selain itu
mempengaruhi peristaltic usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada waktu
persalinan mempengaruhi pula terjadinya konstipasi, biasanya bila penderita
tidak buang air besar sampai 2 hari setelah persalinan. Di tolong dengan pemberian
huknah, glyserin spuit, atau diberikan obat-obatan laxan.
g.
Keadaan buah dada
Keadaan buah dada diawasi setiap ibu akan menyusui anaknya, dan pada
waktu mengadakan perawatan buah dada secara khusus. Seperti dalam perawatan
buah dada dikemukakan yang perlu diperhatikan ialah keadaan puting susu,
pembengkakan buah dada, dan pengeluaran air susu ibu. Bila ada kelainan
diadakan perawatan seperti yang dikemukakan dalam hal perawatan buah dada.
h.
Istirahat
Setekah melahirkan ibu diusahakan agar dapat berstirahat untuk memulihkan
kembali keadaannya setelah banyak mengeluarkan tenaga dan kesakitan waktu
melahirkan, posisi tidur ibu waktu istirahat setelah melahirkan.
i.
Makanan
Mengingat pentingnya makanan guna memulihkan kesehatan dan pembentukan
air susu ibu, maka perlu pengawasan apakah ibu memperoleh makanan dengan
kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.
j.
Laktasi
Sejak dari kehamilan setelah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar
mammae :
-
Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelanjar alveoli dan
jaringan lemak bertambah
-
Keluar cairan susu jolong dari duktus lactiverus di
sebut colustrum berwarna kuning-putih susu.
-
Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
-
Selama persalinan pengaruh sehingga tampak jelas.
Progesteron hilang, maka timbul pengaruh LH atau prolaktin yang akan merangsang
ASI. Disamping itu pengaruh oxytosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu
berkontraksi, sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post
partum. ASI adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu
kamar (rooming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan rooming in :
§
Mueh menyusui
§
Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan
bayi
§
Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus
bayinya.
k.
Keluhan Penderita
Keluhan penderita setelah melahirkan perlu mendapat
perhatian agar kelainan-kelainan yang menimbulkan gejala-gejala keluhan
tersebut dapat lekas diawasi. Keluhan-keluhan penderita harus mendapat
pertolongan secepat mungkin, sebaiknya keluhan penderita disampaikan pada
dokter agar mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang cepat.
B.
Konsep
Manajemen Kebidanan Masa Nifas
I.
Pengkajian Data.
Tanggal.........
Jam........ Tempat.......
A. Data Subyektif
1.
Biodata
Untuk
mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko
2.
Keluhan Utama
Telah melahirkan anak ke ... pada jam .... perut terasa
mengeras dan lemas.
3.
Riwayat Haid
Siklus haid :
Lama :
Banyaknya :
4.
Riwayat Perkawinan
Mengetahui status pernikahan
5.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak / sedang menderita penyakit kronis, menular serta
menahun seperti DM, jantung, TBC, anemia, inveksi lain khususnya saluran
reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang dapat mengganggu proses
nifas.
6.
Riwayat Kesehatan yang Lalu
Tidak / sedang menderita penyakit kronis, menular serta
menahun seperti DM, jantung, TBC, anemia, inveksi lain khususnya saluran
reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang dapat mengganggu proses
nifas.
7.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ada / tidak ada yang menderita penyakit
kronis, menular, menurun, menahun, seperti jantung, DM, HT, malaria, PMS.
8.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No
|
Hamil
ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|
Anak
|
|
|
|
Ket
|
|||
Jenis
|
Pnlg
|
Tempat
|
Peny.
|
ASI
|
Peny
|
Sex
|
BBL
|
Hidup
|
mati
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
Riwayat Kehamilan, Persalinan Sekarang
a.
Kehamilan
Untuk mengetahui adakah keluhan yang dirasakan oleh ibu
selama kehamilannya, periksa hamil kemana dan berapa kali, apakah ibu juga
mengikuti senam hamil maupun perawatan payudara.
b.
Persalinan
Untuk mengetahui ibu melahirkan tanggal berapa, jam
berapa dengan jenis persalinan spontan B kepala / bokong, hidup/mati, BB, PB,
jenis kehamilan, AS, kelainan kongenital, plasenta lahir lengkap/tidak, adakah
perdarahan, episiotomi/tidak.
c.
Nifas
Untuk mengetahui kondisi ibu, TFU, UC, lochea,
perdarahan, luka epis/tidak
10.
Riwayat KB
Pada umumnya ibu diperbolehkan KB pada 40 hari post
partum
11.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
§
Nutrisi
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup (4 sehat 5 sempurna). Minum sedikitnya 3 liter
tiap hari, hendaknya minum tiap kali menyusui.
§
Istirahat
Istirahat cukup, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya
trombosit serta kelelahan.
§
Aktivitas
Mobilitas dilakukan setelah 2 jam PP (primi)
Mobilitas dilakukan sebelum 2 jam PP (multi)
§
Eliminasi
BAK : Segera
secepatnya setelah melahirkan
BAK : Harus
dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan
§
Kebersihan
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mengalir
(dari arah depan ke belakang / dari vulva ke anus)
§
Seksual
Boleh dilakukan setelah masa nifas selesai, atau 40 hari
post partum
§
Pola rekresi
Kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu
§
Pola kebersihan lain
Minum jamu-jamuan dapat mengakibatkan bayi mencret, ASI
tidak keluar.
12.
Data Psikologis
Taking in (ketergantungan)
a.
Timbul pada hari ke-3 sampai dengan 4 – 5 masa nifas
b.
Ibu siap menerima peran baru dan belajar semua hal-hal
baru
c.
Butuh sistem pendukung
d.
Mekanisme pertahanan diri penting
e.
Merupakan waktu terbaik untuk memberikan health
education / penyuluhan
Letting go (ketidak tergantungan)
a.
Terjadi pada minggu ke5-8 masa nifas
b.
Keluarga telah menyesuaikan diri dengan peran baru dan
anggota baru
c.
Tubuh telah mulai sembuh
d.
Mampu menerima tanggung jawab dan mandiri
13.
Sosial dan Budaya
a.
Bagaimana keadaan rumah tangganya harmonis / tidak,
hubungan ibu suami dan keluarga serta orang lain baik / tidak
b.
Ada / tidak ada kebiasaan selamatan mitos, tingkepan,
ada / tidak budaya pantang makan makanan tertentu.
14.
Data Spiritual
Agama yang dianut, apakah melaksanakan ibadah / berdoa
dengan baik.
(Ibrahim, Cristian. 1996)
B. Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
sampai lemah
Kesadaran umum : Composmentis
/ Somnolen
Postur tubuh : Skoliosis
/ Lordosis
Cara berjalan : Lurus,
bentuk kaki o / x
Tinggi badan : Tidak
kurang dari 145 cm
Berat badan : Cenderung
turun
Tekanan darah : 100/60
– 130/60 mmHg (kenaikan sistol tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih
dari 15 mmHg)
Nadi : 70 –
90 x/menit
Suhu : 36 –
37o C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
2.
Pemeriksaan Khusus
§
Inspeksi
Kepala : bersih, tidak
berketombe, rambut tidak rontok.
Muka : hiperpigmentasi
muka, tidak pucat, terdapat cloasma gravidarum
Mata : Simetris,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak icterus (kuning)
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung,
penciuman normal
Telinga : Simetris, tidak ada
sekret, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : Bibir tidak
pucat, tidak kering, gigi tidak lubang, tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada
benjolan kelenjar tiroid, tidak ada bendungan jugularis.
Ketiak : tidak berjalan
abnormal, tidak ada luka
Payudara : Puting susu
menonjol/datar/tenggelam, hypervaskularisasi areola mammae, payudara membesar,
hipervaskularisasi pembuluh darah, colustrum sudah keluar atau belum
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi, strie
gravidarum, tidak ada benjolan abnormal
Genetalia : Bersih, tidak ada
tumor dan condiloma, tidak oedema dan varises, terdapat luka perneum atau
tidak, lochea rubra
Anus : tidak ada
hemorrhoid, anus bersih.
Ekstremitas : Tidak oedema / varises
pada ekstremitas atas dan bawah
§
Palpasi
Payudara : ASI
(+)
Perut : TFU dibawah pusat turun 1 jari /
hari
Ekstremitas : Oedema, jika ibu terlalu banyak berdiri
§
Auskultasi
Normal
§
Perkusi
Normal
3.
Terapi
4.
Data Bayi
II.
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny .... p ... Dengan 2 jam PP
Ds : -
Ds : -
III.
Antisipasi
Masalah Potensial
§
HPP
§
Infeksi
§
Trombosit
§
Infeksi puerperium
§
Febris
§
Konstipasi
§
Mastitis
IV.
Identifikasi
Kebutuhan Segera
-
V.
Intervensi
Diagnosa : Ny ... P ... Dengan 2 jam PP
Tujuan : Post Partum berjalan normal tanpa
ada komplikas
Kriteria
Hasil : - Kontraksi Uterus baik
- TFU turun 1 jari / hari
- Lochea rubra tidak berbau
- Keadaan umum dan TTV normal
- Perdarahan (-)
Intervensi
1.
Lakukan pendekatan pada ibu
R/ Dengan
pendekatan teraupetik dapat menciptakan hubungan saling percaya
2.
Lakukan pemeriksaan TTV, lochea dan perdarahan
R/ Sebagai parameter deteksi dini adanya infeksi dan
komplikasi
3.
Jelaskan pada ibu mengenai kehamilan dan hasil
pemeriksaannya
R/ Tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus dapat
memantau proses involusi.
4.
Lakukan pemeriksaan DJJ
R/ Dengan mengajarkan masase fundus yamg benar
diharapkan terjadi vasokontraksi pada pembuluh darah sehingga mencegah
terjadinya perdarahan
5.
Ajarkan ibu cara merawat payudara
R/ Dengan perawatan payudara yang baik, diharapkan
tidak terjadi infeksi, bendungan ASI dan dapat memperlancar produksi ASI.
6.
Anjurkan ibu untuk sering menyusui
R/ Dengan sering menyusui, isapan bayi akan merangsang
pengeluaran oxytosin untuk mempercepat proses involusi uteri.
7.
Anjurkan ibu untuk minum obat sesuai dosis
R/ Dengan menganjurkan minum obat diharapkan ibu akan
minum obat sesuai aturan
8. Ajarkan ibu senam nifas
R/ Dengan senam nifas akan dapat mengencangkan kembali
otot-otot yang telah kendor selama hamil.
9.
Beri KIE tentang :
- Nutrisi
- KB
R/ Menambah pengetahuan ibu
VI.
Implementasi
Sesuai
dengan intervensi
VII. Evaluasi
Sesuai
dengan kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
Mansur,
Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak
untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba,Ida
Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit
kandungan, dan keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Saifuddin,Abdul
Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Tridasa
Printer
Varney,Hellen,dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1.Jakarta:EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Mochtar,
Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I.
EGC : Jakarta
Bobak,M.Irene.2004.
Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung:
VIA PKP
Ibrahim,
Cristian. 1996. Perawatan Kebidanan (
Perawatan Nifas) Jilid III. Jakarta : Bharata.
Saleha, Siti.2009
0 komentar:
Posting Komentar