BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari
500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini
dimaksudkan juga perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan
terutama perdarahan post partum masih merupakan salah satu dari sebab utama
kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada 3 hal yang harus diperhatikan
dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum, yaitu :
penghentian perdarahan, jangan sampai timbul syok penggantian darah yang
hilang. Melihat dari masalah tersebut maka diperlukan manajemen asuhan
kebidanan yang komperensif yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan. Dan harapan nantinya mampu
mengambil keputusan secara cepat bila menemukan masalah-masalah yang terjadi
selama kehamilan
1.2 Tujuan
- Tujuan Umum
Agar
mahasiswa mapu menerapkan dan memahami ilmu pengetahuan secara teoritis dan
praktis mengenai asuhan kebidanan pada persalinan melalui pendekatan menajemen
kebidanan
- Tujuan Khusus
Dengan
disusunya lpaoran ini diharapkan :
a.
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data
b.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
c.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial
d.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
e.
Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan
f.
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang
telah direncanakan
g.
Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan
1.3 Ruang
Lingkup
Ruang lingkup dalam asuhan kebidanan ini hanya sebatas pada masalah
pembahasan retensia plasenta saja
1.4 Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, wawancara, observasi
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB II Landasan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Pembahsan
BAB V Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Persalinan
2.1.1
Pengertian Persalinan
·
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Sarwono, 0993 : 180)
·
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998 :134)
·
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban didorong keluar melaui jalan lahir. Jadi persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada krhsmilsn cukup bulan
(37-40 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin
(Sarwono, 1999 : 100)
2.1.2
Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi
1.
Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya beralngsung dengan kekuatan sendiri
2.
Persalinan Buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3.
Persalianan Anjuran
Persalinan yang dilakukan atas anjuran dokter atau bidan karena adanya
indikasi yang dapat mebahayakan ibu
2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhih persalianan
1.
Power / tenaga
Terdiri dari :
-
Kontraksi dinding perut
-
Kontraksi diafragma perut atau kekuatan mengejan
-
Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
2.
Passenger / janin : Penurunan presentasi dan kembalinya
normaldetak jantung bayi setelah kontraksi :
-
Periksa detak jantung bayi setiap 15 menit atau lebih
sering dilakukan dengan makin dekatnya persalinan
-
Terdiri dari janin dan plasenta
-
Penurunan presentasi dan perubahan posisi
-
Warna cairan tertentu
3.
Passage / kondisi ibu
Meliputi :
-
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang’
2.1.4
Beberapa teori yang dapat menyebabkan pesalinan
1.
Penurunan kadar progesterone
Progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-otot
rahim, sebaliknya esterogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim. Pada
akhirnya kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his
2.
Teori oxytosin
Pada akhirnya kehamilan kadar oxytocin bertambah
sehingga timbul kontraksi otot-otot rahim
3.
Pengaruh janin
4.
Kerenggangan otot
Dengan majunya kehamilan makin meregang otot-otot rahim akan makin rentan
2.1.5
Proses persalinan
a.
Sebelum persalinan akan terjadi
1.
Penipisan (penurunan)
Sebelum awal persalinan, kepala janin sudah mulai
lebih jauh kedalam pelvik. Hal ini mengurangi tekanan pada diafragma, seperti
memperingan beban bayi dan memungkinkan ibu untuk bernafas lebih mudah, ibu
mungkin akan lebih sering berkemih dan lebih tertekan pada kandung kemih karena
bayi sudah masuk ke PAP.
2.
Persalinan palsu
Sepanjang persalinan uterus kontraksi tidak teratur
dan tidak sakit dalam suatu aksi yang disebut kontraksi braxton hicks, tepat
minggu sebelumnya melahirkan, kontraksi ini mungkin lebih kuat dan teratur
untuk meyakinkan ibu bahwa persalinan telah dimulai. Bila serviks belum diatasi
bila perjalanan tidak memberikan efek atau kontraksi lemah, bila berhenti
sementara kejadian ini disebut kontraksi palsu
3.
Pengeluaran vagina dan Show
Karena tekanan dari dalam serviks yang tipis, pasien
mungkin melihat suatu keluaran vagina yang meningkat. Kelahiran sering segera
terjadi setelah pengeluaran ini. Tanda penting lainnya adalah keluarnya lender
yang menyumbat dan keluar seperti gumpalan darah ini disebut show. Tapi hal ini
merupakan yang tidak normal dan harus ditangani segera.
4.
Pecahnya membrane amnion
Volume normal cairan amnion adalah 100 ml sebelum bayi
lahir, dimana membrane ini harus pecah saat persalinan dimulai. Apabila selaput
belum pecah maka akan menghambat turunya kepala janin.
b.
Awal gejala persalinan
1.
Penyebab
Dalam banyak buku penyebab dari persalinan masih
mejadi misteri bagaimana sejumlah factor terlihat bijaksana untuk mempercepat
dalam mempertahankan kontraksi uterus dalam persalinan.
Serabut otot uterus menjadi lebih mudah terangsang karena mengalami regangan
oleh pertumbuhan bayi dekat dengan akhir kehamilan.
Perubahan hormonal sangat memegang peranan penting dalam proses
persalinan.
2.
Persalinan sejati
Tanda-tandanya :
-
Kontraksi pada interval yang teratur
-
Interval antar kontraksi lebih pendek
-
Durasi dan intensitas kontraksi meningkat
-
Rasa tidak nyaman mulai di belakang sampai menjalar ke
abdomen
-
Berjalan biasanya menyebabkan intensitas kontraksi
-
Dilatasi dan perdarahan serviks megalami kemajuan
c.
Kekuatan persalinan
1.
Kontraksi uterus
Setiap kontraksi memiliki 3 fase
- Increment à
ketika intensitas berbentuk
- Acme à
puncak / maksimum
- Decement à
ketika otot relaksasi
2.
Relaksasi otot abdomen
d.
Kala dalam persalinan
1.
Kala I (pembukaan)
Ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah, karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)
-
Fase laten
Berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi lambat sampai pembukaan 3 cm
-
Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi :
·
Fase akselerasi
Berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
·
Fase dilatasi maksimal
Selama 2 jam pembukaan berlangsung secara cepat menjadi 9 cm
·
Fase piselerasi
Berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 cm / lengkap
2.
Kala II
Dimulai oleh pembukaan lengkap 10 cmsampai bayi lahir. Proses biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan I jan pada multi
3.
Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
4.
Kala IV
Dimulai saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post partum
2.2
LANDASAN TEORI RETENSIO PLASENTA
1.
Pengertian
Retensio
plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak dapat lahir setelah 30 menit
kelahiran bayi
(FK.
Surabaya )
Retensio
plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dan dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir.
(Mochtar,
1998)
2.
Jenis retensio plasenta
a.
Retensio plasenta tanpa perdarahan yaitu bila terjadi
bagian plasenta belum lepas
b.
Retensio plasenta dengan perdarahan
3.
Etiologi
a.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena tumbuh
melekat lebih dalam sehingga kontraksi uterus kurang kuat. Menurut tingkatannya
:
-
Plasenta adhesive
-
Plasenta inkreta
-
Plasenta akreta
-
Plasenta perkreta
b.
Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar (inkarserasia
plasenta)
c.
Pimpinan kala III yang salah : memijat rahim tidak
merata, massase sebelum plasenta lepas
d.
Kontraksi uterus yang hipertonik
e.
Kelainan bentuk plasenta
-
Plasenta fenestrate
-
Plasenta membranacea
-
Plasenta bilobata
-
Plasenta succenturiata
-
Plasenta spuria
4.
Faktor presdipopsisi
a.
Kehamilan ganda
b.
Over distensi rahim
c.
Atonia rahim
d.
Persalinan yang tidak baik juga efek anatomi seperti fibroid,
anomaly rahim atau jaringan parut akibat pembedahan rahim sebelumnya
e.
Plasenta yang abnormal seperti yang terjadi pad
plasenta akreta atau implantasi plasenta pada septum uterus atau jaringan parut
f.
Miomektomi, curettage, endimetritis sehubungan dengan
TBC
5.
Penanganan
a.
Kaji ulang indikasi
b.
Persetujuan tindakan medis
c.
Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infuse
d.
Berikan sedatifa dan analgetika (missal petidin dan
diazepam I.V)
e.
Beri antibiotika dosis tinggi
f.
Pasang sarung tangan DTT
g.
Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar
lantai
h.
Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri
bagian bawah tali pusat
i.
Tangan sebelum menelusuri tali pusat dan yang satu lagi
menahan fundus uterus sekaligus menahan intersio uteri
j.
Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi
pinggir plasenta
k.
Buka tangan obstretik menjadi seperti memberi salam,
jari-jari dirapatkan
l.
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta
yang paling bawah
m.
Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sampai bergeser
ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
n.
Jika plasenta tidak dilepaskan dari permukaan uterus
kemungkinan plasenta akreta, dan siapkan laparatomi untuk histerektomi
supravaginal
o.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama dengan
plasenta
p.
Pindahkan tangan keluar ke suprasimpisis untuk menahan
uterus saat plasenta sikeluarkan
q.
Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus
r.
Beri oksitosin IV dalam 500 ml cairan IV 60 tetes/
menit dan massase uterus untuk merangsang kontraksi
s.
Jika masih berdarah banyak dari ergometrin 0,2 mg IM
atau prostaglandin
t.
Periksa apakah plasenta lengkap apa tidak. Jika tidak
lengkap lakukan eksplorasi ke dalam cavum uteri
u.
Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina dan episiotomi
6.
Komplikasi
a.
Perdarahan
b.
Infeksi
c.
Perforasi
d.
Syok hipovolemik
MANAJEMEN
RETENSIO PLASENTA
I.
Pengkajian
a.
Data Subyekyif
-
Biodata
Umur : resiko tinggi terjadi pada umur > 30 tahun
-
Keluhan utama
Adanya keluahan plasenta belum lepas 30 menit, perdarahan sedikit atau
perdarahan banyak, persalinan lama
-
Riwayat penyakit sekarang
Apakah mempunyai riwayat penyakit fibroid dan kelainan letak rahim
-
Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah mempunyai riwayat endometritis sehubungan TBC dan menjalani
momektomi
-
Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Apakah mempunyai riwayat gemeli, atonia, uteri, plasenta adhesive,
ikreta, perkreta inkarserasio plasenta, kelainan plasenta fenestrate,
membranacea bilobata, plasenta succenturiata, plasenta spiria, atonia rahim,
overdistensi rahim, kontraksi uterus hipertonik, grademulti.
b.
Data Obyektif
-
Pemeriksaan umum
KU :
Composmentis sangat syok
Tensi : Normal (110/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal
60-90 x/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,3oC)
Pernafasan : Normal
(16-24 x/menit)
-
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Muka : Apakah pucat/ tidak , berkeringat bila terjadi
perdarahan banyak
Mata : Conjungtiva pucat apabila terjadi perdarahan
banyak
Genetalia : Perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak, tali
pusat terjulur sebagian
Palpasi
TFU sepusat pada retensio plasenta
separasi atau akreta parsial
TFU 2 jari bawah pusat pada
retensio plasenta inkorserata
TFU sepusat pada retensio plasenta
akreta
Bentuk uterus diskoit pada retensio plasenta separasi
atau akreta parsial
Bentuk uterus agak globuler pada
retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus keras pada
retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus cukup pada
retensio plasenta akreta
Kontraksi uterus lembek
Ekstremitas teraba dingin
-
Pemeriksaan penunjang
Golongan darah
Hb
-
Pemeriksaan genekologi
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
serviks tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterys
II. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah
Dx : P ….. Ab …… kala II dengan retensio
plasenta
Ds :
Adanya keluhan plasenta belum lepas 30 menit setelah bayi lahir, perdarahan
sedikit atau banyak, persalinan lama
Do : KU : Composmentis sampai syok
Tensi :
Normal sampai syok
Nadi :
Normal hingga meningkat bila terjadi syok
Suhu :
Normal hingga menurun bila terjadi syok
Pernafasan :
Normal hingga meningkat bila terjadi syok
Genetalia : perdarahan pervaginam sedikit sampai
banyak, tali pusat terjulur sebagian
TFU sepusat pada retensio plasenta
separasi atau akreta parsial
TFU 2 jari bawah pusat pada
retensio plasenta inkorserata
TFU sepusat pada retensio plasenta
akreta
Bentuk uterus diskoit pada retensio plasenta separasi
atau akreta parsial
Bentuk uterus agak globuler pada
retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus keras pada
retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus cukup pada
retensio plasenta akreta
Kontraksi uterus lembek
Ekstremitas teraba dingin
III.
Analisa Diagnosa dan Masalah Potensial
-
Perdarahan
-
Syok
-
Infeksi
-
Gangguan rasa nyaman
IV.
Identifikasi Kebutuhan Segera
-
Perbaikan KU dengan pemasangan infuse dan observasi TTV
-
Plasenta manual
V. Intervensi
Tujuan :
Perdarahan terhenti dan tidak terjadi komplikasi
Criteria hasil :
-
Plasenta lahir lengkap
-
Ku dan TTV kembali normal
Intervensi
1.
Lakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga
R/ Dengan pendekatan dengan pasien dan keluarga lebih
kooperatif dalam setiap tindakan perawatan
2.
Lakukan cuci tangan dengan sabun antiseptic sebagai
tindakan pencegahan infeksi
R/ Dengan melakukan pencegahan infeksi dapat mencegah
terjadinya infeksi dan penularan penyakit
3.
Lakukan observasi TTV dan KU
R/ Dengan TTV dapat mendeteksi secara dini terjadinya
komplikasi
4.
Pasang infuse Na Cl atau Rl
R/ Pemberian infuse dapat mengganti cairan yang hilang
karena perdarahan
5.
Lakukan pelepasan plasenta secara manual sesuai dengan
standar
R/ Dengan dilakukanya plasenta manual, plasenta dapat
lahir segera dan perdarahan tidak terjadi
6.
Periksa pelepasan plasenta
R/ Dengan melakukan pemeriksaan pelepasan plasenta
dapat mengetahui kelengkapan dari plasenta tersbut
7.
Kolaborasi dengan dr. Sp OG dalam memberikan antibiotic
spectrum luas
R/ Mencegah terjadinya infeksi
8.
Mengajari pada ibu cara massase infeksi
R/ Menjaga kontraksi uterus agar tetap baik sehingga
tidak terjadi perdarahan
VI.
Implementasi
Sesuai dengan intervensi
VII.
Evaluasi
-
Plasenta lahir
lengkap
-
Ku dan TTV kembali normal
DAFTAR PUSTAKA
Muchtar, Rustam
1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta EGC
Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Manuaba , 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar