“Hai Neptunus, apa kabar di laut biru?
Perahu kertas yang kali
ini akan membawakanmu
kisah tentang perjalanan hatiku…”
“Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri
kita lagi.”
“Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan,
kita
pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri.”
“Gimana kita bisa terus jalan kalau tempat kita berpijak aja
beda.”
“Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir.
Selama kita cuma diam
dan nggak berbuat apa-apa,
selamanya dia tetap jadi hantu.
Nggak akan
pernah jadi kenyataan.”
“Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala
sesuatunya ada,
segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir debu
di bawah telapak kaki kita.”
“Buat apa dia kembali? Buat apa muncul sejenak lalu menghilang
lagi nanti?”
“Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji,
atau kesetiaan.
Tidak ada. Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap
bersamamu,
hatinya tidak bisa dipaksa oleh apa pun, oleh siapa pun.”
“Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola seharusnya,
tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri.
Secerdas-cerdasnya
otak kamu, nggak mungkin bisa dipakai untuk mengerti hati.”
“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa,
tapi kamu mau
memberikan segala-galanya.”
“Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak
perlu memilih.
Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.”
“Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu
erat.
Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat
sekeliling. dan tersenyum.”
“Nyerah sama realistis itu beda tipis..”
“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama apa yang kita
pikirkan.
ujung ujungnya kita juga tau kok, mana yang diri kita
sebenarnya, mana yang bukan diri kita.
Dan…kita juga tau apa yang kita
pengen jalani.”
“aku engga mau sepuluh, dua puluh taun dari hari ini,
aku masih
terus-terusan memikirkan orang yang sama,
bingung diantara penyesalan
dan penerimaan.”
“Tidak akan ada masa depan bila tidak ada masa lalu.
Pengkhianat
terbesar adalah harapan kosong.
Kenyataan terpahit adalah kenyataan yang
tak setinggi harapan itu.”
“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa,
tapi kamu mau
memberikan segala-galanya.”
“Karena bersamamu, aku tidak takut lagi jadi pemimpi.”
“Mungkin memang harus begini, mungkin harus ini jalannya,
meski
semua kelihatan baik baik saja, aku merasa tersesat.”
“Apa yang tak terucap, apa yang tersembunyikan…
itulah yang lebih
mengkhawatirkan.”
“Dalam hidup, kita harus memilih antara Mimpi dan
Realita.”
“there’s time where we need to survive and there’s time where we
must surrender.”
0 komentar:
Posting Komentar