Jitu benar tebakanku kali ini, dan akhirnya pertemuan ini tak berakhir.
Atau lebih indah jika aku menyebutnya : "tak akan pernah berakhir."
Pelan, mozaik ini kembali ke posisinya semula.
Meski belum sempurna, namun ia berusaha menata letak dan menyesuaikan dengan yang lain.
Engkau mengajakku ke tempat pengaduanmu selama ini, untuk apa?
"Ini tempat rahasiaku." Bisikmu pelan
dan hanya seulas senyum yang mampu kuberikan, senyum terbaikku malam ini.
"Mengapa secepat ini engkau percaya padaku wahai puan?."
Ku beranikan bertanya, karena sesungguhnya hatiku berharap engkau akan memberikan jawaban seperti yang ku inginkan.
Hening!!
Baiklah,aku tidak akan lagi berkata puan.
Kebersamaan ini cukup bagiku, tempat rahasiamu dan kini menjadi tempat rahasiaku pula.
Sayangnya, aku tak memiliki ruang indah seperti milikmu.
Sungguh, semua ruang tak ada bedanya bagiku kecuali tempat rahasiamu ini.
Izinkan aku meminjamnya sejenak puan, biarkan aku bisa menatap lekat keteduhan wajahmu.
dan tak apalah sesekali jemari kita saling merapat.
Dan dalam keheningan pula gejolak ini semakin jelas, aku janji akan menjagamu wahai puan.
Metamorfosa Sebuah Novel Biografi
1 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar