BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumor ganas juga bisa disebut dengan carcinoma
(kanker). Umumnya, lebih serius dan mungkin mengancam nyawa. Sel-sel kanker
dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan.
Juga sel-sel kanker dapat pecah keluar dari suatu tumor ganas dan merusak ke
dalam aliran darah atau system getah bening (system Limfatik) . Sel-sel kanker
menyebar dari tumor asal membentuk tumor-tumor baru pada organ-organ lain.
Penyebaran dari kanker disebut metastasis.
Tumor adalah:
1.
Pembengkakan → satu dari tanda cardinal peradangan, pembesaran yang marbid
2.
Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak
terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Tumor ganas pada alat genital bermacam-macam yakni
tumor ganas pada vulva, tumor ganas pada vagina, tumor ganas pada serviks uteri
(Leher rahim), tumor ganas pada korpus uteri (Badan Rahim) serta tumor ganas
pada adneksa (Tuba Falloppi=saluran telur, dan ovarium=indung telur).
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tentang
tumor ganas lenih ditekankan untuk melakukan pemeriksaan ginekologis.
Sistematika pemeriksaan ginekologi selalu dimulai dengan memperhatikan
(inspeksi) vulva, kemudian vagina, akhirnya porsio (pars vaginalis servisis uteri) seterusnya meraba ke serviks uteri,
korpus uteri, dan akhirnya adneksa (kedua tuba dan ovarium) melalui toucher
vaginal maupun rektal dan rektovaginal. Mengingat proses ganas merupakan
kelainan sistematik, bukan lokal ataupun loko-regional, keberhasilan
penanganannya perlu ditekankan kepada upaya pencegahan dan penemuan dini yang
diikuti oleh penanganan yang benar.(
Dikutip dari buku Ilmu Kandungan, Sarwono.20007:hal 367)
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks
dan diagnosanya?
2. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?
3. Apa saja faktor resiko yang
dapat menyebabkan kanker serviks?
4. Bagaimana
cara pencegahan dan penatalaksanaan kanker
serviks?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian
dari kanker serviks dan diagnosanya.
2. Untuk
mengetahui patofisiologi dari
kanker servik.
3. Memahami
faktor-faktor resiko kanker serviks.
4. Memahami
pencegahandan penatalaksanaan kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah keganasan kedua yang
paling sering terjadi pada wanita diseluruh dunia, dan masih merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker pada wanita di negara – negara berkembang. Di
Amerika Serikat, kanker servik merupakan neoplasma ganas nomer 4 yang sering
terjadi pada wanita., setelah Ca mammae, kolorektal, dan endometrium. Insidensi
dari kanker servik yang invasif telah menurun secara terus menerus di Amerika
Serikat selama beberapa dekade terakhir, namun terus meningkat di negara –
negara berkembang. Perubahan tren epidemiologis ini di Amerika Serikat erat
kaitannya dengan skrining besar – besaran dengan Papanicolaou tests (Pap
smears).
Kanker serviks merupakan kanker yang primer
berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Setengah juta kasus
dilaporkan setiap tahunnya dan insidensinya lebih tinggi di negara sedang
berkembang. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan belum rutinnya program
skrining pap smear yang dilakukan. Di Amerika latin, gurun Sahara Afrika dan
Asia tenggara termasuk Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua setelah
kanker payudara.
Di Indonesia dilaporkan jumlah kanker
serviks baru adalah 100 per 100.000 penduduk per tahun atau 180.000 kasus baru
dengan usia antara 45-54 tahun dan menempati urutan teratas dari 10 kanker yang
terbanyak pada wanita. Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah
satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari
karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi
kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks
dihubungkan dengan jenis human papilomma virus (HPV). Beberapa bukti
menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua dan
dikaitkan dengan prognosis yang buruk.
2.2
Patofisiologi Kanker Serviks
Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah
infeksi dengan virus Papilloma Manusia (HPV) yang dikeluarkan secara seksual.
Karsinoma serviks infasif terjadi bila tumor
menginvasi epitelkum masuk kedalam stroma serviks. Kanker serviks menyebar luas
secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal infasif dapat menginvasi atau meluas kedinding
vagina, ligamentum kardinal, dan rongga endometrium.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk
kanker serviks. Karsinoma servikal pra infasif tidak memiliki gejala, namun
karsinoma infasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat-saat awal. Sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut
pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala
yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai
akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan
mendesak, hematuria, atau perdarahan rektum.
Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah
pemeriksaan dengan inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia (fungsi hati dan
ginjal), foto thorak, sistoskopi, proktosigmoidoskopi dan CT scan. Pengobatan
karsinoma serviks infasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode
pengobatan adalah dengan eksisi bedah, terapi iradiasi, kemotherapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut.
2.3 Kanker Serviks Diagnosa
Inspeksi
Visual
Inspeksi visual leher rahim, dengan menggunakan asam asetat atau yodium
Lugol untuk menyoroti lesi prakanker sehingga mereka dapat dilihat dengan
"mata telanjang", menggeser identifikasi prakanker dari laboratorium
untuk klinik. Prosedur semacam itu menghilangkan kebutuhan untuk laboratorium
dan transportasi spesimen, membutuhkan peralatan yang sangat kecil dan
menyediakan wanita dengan hasil tes langsung.
Berbagai medis
profesional-dokter, perawat, bidan atau profesional secara efektif-dapat
melakukan prosedur tersebut, asalkan mereka menerima pelatihan dan pengawasan
yang memadai. Sebagai tes skrining, VIA melakukan sama atau lebih baik
dibandingkan sitologi serviks secara akurat mengidentifikasi di pra-kanker. Hal
ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian di mana dokter terlatih dan
penyedia tingkat menengah diidentifikasi dengan benar antara 45% dan 79% dari
wanita berisiko tinggi mengembangkan kanker serviks. Sebagai perbandingan,
kepekaan sitologi telah terbukti menjadi antara 47 dan 62% Perlu dicatat,.
Namun, sitologi yang memberikan spesifisitas yang lebih tinggi dari VIA.
Seperti sitologi, salah satu keterbatasan VIA adalah bahwa hasil yang sangat
tergantung pada keakuratan interpretasi individu. Ini berarti bahwa pelatihan
awal dan terus-menerus kontrol kualitas adalah sangat penting.
VIA dapat
menawarkan keuntungan signifikan atas Pap dalam pengaturan sumber daya rendah,
terutama dalam hal cakupan skrining meningkat, peningkatan tindak lanjut
perawatan dan kualitas program secara keseluruhan. Karena kebutuhan personil
khusus yang lebih sedikit dan infrastruktur kurang, pelatihan, dan peralatan,
dengan VIA sistem kesehatan masyarakat dapat menawarkan skrining kanker serviks
di lebih terpencil (dan kurang dilengkapi) pengaturan kesehatan dan dapat mencapai
jangkauan yang lebih tinggi. Selain itu, penyedia layanan dapat berbagi hasil
VIA dengan pasien segera, sehingga memungkinkan untuk layar dan mengobati
wanita selama kunjungan yang sama. Hal ini membantu memastikan bahwa perawatan
lanjutan dapat diberikan di tempat dan mengurangi jumlah perempuan yang mungkin
kehilangan pengobatan karena mereka tidak mampu kembali ke klinik di lain
waktu. Dalam sebuah "layar dan mengobati" proyek di Peru, misalnya,
hanya 9% dari perempuan yang diskrining positif gagal untuk menerima perawatan
dalam pendekatan tunggal-kunjungan, dibandingkan dengan 44% dari perempuan yang
hilang untuk pengobatan menggunakan model kunjungan multi- .
VIA telah
berhasil dipasangkan dengan krioterapi, metode yang relatif sederhana dan murah
untuk mengobati lesi serviks yang dapat dilakukan oleh dokter perawatan primer
dan penyedia tingkat menengah.
Biopsi prosedur
Sementara pap
smear adalah tes skrining yang efektif, konfirmasi diagnosis kanker serviks
atau pra-kanker memerlukan biopsi serviks. Hal ini sering dilakukan melalui
kolposkopi, inspeksi visual leher rahim diperbesar dibantu dengan menggunakan
asam asetat encer (misalnya cuka) solusi untuk menyorot sel-sel abnormal pada
permukaan serviks. Meskipun karsinoma sel skuamosa adalah kanker serviks dengan
kejadian yang paling, kejadian adenokarsinoma serviks telah meningkat dalam
beberapa dekade terakhir.
·
karsinoma
sel skuamosa (sekitar 80-85%)
·
adenokarsinoma
(sekitar 15% dari kanker serviks di Inggris)
·
adenosquamous
karsinoma
·
karsinoma
sel kecil
·
neuroendokrin
karsinoma
Karsinoma
non-keganasan yang jarang dapat terjadi di leher rahim termasuk
·
melanoma
·
limfoma
Perhatikan bahwa
tahap FIGO tidak memasukkan keterlibatan node getah bening berbeda dengan
pementasan TNM untuk sebagian besar kanker lainnya.
Untuk
kasus-kasus pembedahan, informasi yang diperoleh dari ahli patologi dapat
digunakan dalam menetapkan tahap patologis terpisah tapi tidak untuk
menggantikan stadium klinis asli.
Untuk perubahan
displastik premaligna, yang CIN (neoplasia intraepitel serviks) grading
digunakan.
Pementasan
Kanker serviks
dipentaskan oleh Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO)
pementasan sistem, yang didasarkan pada pemeriksaan klinis, bukan temuan bedah.
Hal ini memungkinkan hanya tes diagnostik berikut ini untuk digunakan dalam
menentukan panggung: palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks,
histeroskopi, sistoskopi, Proktoskopi, urografi intravena, dan X-ray
pemeriksaan paru-paru dan kerangka, dan conization serviks.
Pementasan sistem
TNM untuk kanker serviks adalah analog ke tahap FIGO.
2.4 Faktor Resiko
a.
Faktor Alamiah
Faktor alamiah
adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita
tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker
serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin
tinggi risikonya terkena kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah
terjadinya proses penuaan. Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya
untuk mencegah meningkatnya risiko kanker serviks. Tidak seperti kanker pada
umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks.
Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks dapat merasa
aman dari ancaman kanker serviks. Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda
terhadap kanker serviks.
b.
Faktor
Kebersihan
·
Keputihan yang dibiarkan terus menerus
tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak
normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti
keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan
dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal.
·
Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS
merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang
cukup sering dijumpai antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS,
kutil kelamin, dan virus HPV.
·
Pemakaian pembalut yang mengandung
bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan
pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon, kardus, dan
lain-lain.
·
Membasuh kemaluan dengan air yang tidak
bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak
bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
c.
Faktor
Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan,
mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri, diantaranya berhubungan
seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks. Lebih
dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin,
termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan,
janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda
memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi trauma pada
serviks. Tidak melakukan Pap Smear secara rutin. Pap Smear merupakan
pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin
melakukan papsmear, kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga
memberikan hasil pengobatan semakin baik.
2.5 Pencegahan
Pencegahan
terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat
adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan
pada perempuan usia 10 hingga
55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu,
dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja
dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding
yang berusia 15 hingga 25 tahun.
Jenis Pencegahan:
1.
Pencegahan primer, yaitu usaha untuk
mengurangi atau menghilangkan kontak dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi
dan promosi pada proses karsinogen.
2.
Pencegahan sekunder, termasuk skrining
dan deteksi dini untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk
mencegah komplikasi klinik dan kematian awal.
2.6 Penatalaksanaan
Pembagian stadium kanker seviks berdasarkan FIGO
Pembagian stadium kanker seviks berdasarkan FIGO
a. Stadium
0 : karsinoma insitu, cervical
intraepithelial neoplasia 3 ( CIN 3 )
b. Stadium
I : karsinoma hanya terbatas
pada serviks ( perluasan ke korpus uteri harus dikesampingkan )Stadium
la : karsinoma preklinik, hanya dapat
didiagnosis dengan menggunakan mikroskop. Invasi stromal dengan
kedalaman maksimal 5,0 mm dan perluasan horisontal ,< 7,0 mm.
Kedalaman invasi harus tidak melebihi 5,0 mm dari basal epithel jaringan asal-
superfisial atau glanduler. Keterlibatan vascular space - venous atau limfatik
tidak merubah stadium
Ia1 : Kedalaman invasi stromal < 3,0 mm, perluasan horisontal tidak melebihi 7,0 mm
Ia2 : Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan < 5,0 mm, perluasan horison tal tidak melebihi 7,0 mm.
Stadium Ib : Lesi-lesi yang tampak secara klinik terbatas pada serviks atau kanker preklinik yang lebih besar daripada stadium la+++
Ib 1 : Lesi < 4 cm
Ib2 : Lesi > 4 cm
Ia1 : Kedalaman invasi stromal < 3,0 mm, perluasan horisontal tidak melebihi 7,0 mm
Ia2 : Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan < 5,0 mm, perluasan horison tal tidak melebihi 7,0 mm.
Stadium Ib : Lesi-lesi yang tampak secara klinik terbatas pada serviks atau kanker preklinik yang lebih besar daripada stadium la+++
Ib 1 : Lesi < 4 cm
Ib2 : Lesi > 4 cm
c. Stadium II :
Karsinoma meluas diluar serviks, tetapi belum sampai dinding
pelvis; karsinoma
tumbuh ke dalam vagina, tetapi tidak sampai sepertiga bagian bawah
Stadium IIa : tidak ada perluasan kedalam parametriumStadium IIb : Ielas ada perluasan ke parametrium
Stadium IIa : tidak ada perluasan kedalam parametriumStadium IIb : Ielas ada perluasan ke parametrium
d. Stadium
III : Karsinoma telah meluas sampai dinding
pelvis; pada pemeriksaan rektal tidak terdapat ruangan bebas karsinoma antara
tumor dan dinding pelvis; tumor tumbuh sampai sepertiga bagian bawah vagina.
Adanya hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi masuk dalam stadium ini,
kecuali disebabkan karena kelainan lain.
Stadium IIIa : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi pertumbuhan tumor sampai sepertiga bagian bawah vagina
Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding pelvis atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi
Stadium IIIa : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi pertumbuhan tumor sampai sepertiga bagian bawah vagina
Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding pelvis atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi
e. Stadium
IV : Karsinoma telah meluas sampai diluar pelvis
minor atau secara klinik
telah tumbuh
kedalam mukosa kandung kencing atau rektum ( terbukti dari hasil biopsi
)Stadium IVa : Pertumbuhan tumor ke dalam organ-organ
sekelilingnya
Stadium IVb : Perluasan ke organ-organ jauh
Stadium IVb : Perluasan ke organ-organ jauh
Penatalaksanaan
pengobatan kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai
modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah
sebagai berikut: :
¾
StadiumIA1 Histerektomi
ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan dilakuan konisasi
dilanjutkan pengamatan lanjaut.
IA2 Operasi1. Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis2. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo-vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
IBI/IIA £ 4 cm Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas
Operasi1. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi3.
Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)IB2/IIA > 4 cm
Kemoradiasi Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
IA2 Operasi1. Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis2. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo-vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
IBI/IIA £ 4 cm Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas
Operasi1. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi3.
Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)IB2/IIA > 4 cm
Kemoradiasi Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
-
Operasi Histerektomi
radikal dan limfadenektomi
pelvis
-
Neoadjuvan kemoterapi (cisplatin 3 seri) diikuti
histerektomi radikal
dan limfadenektomi
pelvis IIB, III,
IVA
-
Kemoradiasi Radiasi
luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+)
lapangan radiasi
diperluas Eksenterasi Dapat
dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding
panggul, terutama
bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
IVB atau residif Residif lokal sesudah operasi1. Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul
IVB atau residif Residif lokal sesudah operasi1. Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul
Pengobatan
adjuvan Hal penting lain
yang harus dipertimbangkan adalah mengevaluasi hasil operasi, secara
komprehensif, karena pengobatan tambahan / ajuvan didasarkan pada berbagai
faktor. Pilihan terapi adjuvan yang bisa diberikan adalah
kemoradiasi,kemoterapi atau hanya radiasi. Faktor prognosis
yang digunakan saat ini meliputi faktor kliniko-patologik yaitu umur,stadium,
besar lesi, jenis histologi, derajat diferensiasi,deep cervical stromal
invasion, invasi limfo-vaskuler, metastase kelenjar getah bening.Sedangkan
faktor biomolekuler yang banyak diteliti adalah molekul adesi sel E-kaderin dan
katenin, Enzim protease MMP, kaptensin D Heparanase,. Petanda
biomolekulerIndeks DNA, Gen supresor p53 dan berbagai proto-onkogen misalnya
epifermal growth factor(EGFR)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Kanker serviks merupakan kanker yang
primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Setengah juta
kasus dilaporkan setiap tahunnya dan insidensinya lebih tinggi di negara sedang
berkembang. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan belum rutinnya program
skrining pap smear yang dilakukan.
·
Kanker serviks menyebar luas secara langsung kedalam
jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal
infasif dapat menginvasi atau meluas kedinding vagina, ligamentum kardinal, dan
rongga endometrium.
3.2
Saran
·
Pada
wanita khususnya pada wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini dari
kanker serviks dan kanker ovarium.
·
Untuk
tetap menjaga dan mempertahankan pola hidup sehat seperti hindari merokok, pola
makan dan olahraga.
DAFTAR
PUSTAKA
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kandungan. Jakarta:PT.BINA
PUSTAKA PRAWIROHARDJO
www.medicastore.com
dikutip pada tanggal 15 november 2011 pukul 09.300 WIB
0 komentar:
Posting Komentar