1.1 Menetapkan Masalah Mutu yang
diselenggarakan
Penyebab kematian ibu dapat digolongkan pada kematian
obstetrik langsung dan tidak langsung. Kematian obsterik langsung disebabkan
oleh komplikasi kehamilan antara lain perdarahan 28%, infeksi 11% dan eklampsi
24,5%, partus lama 5,2%. Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau
komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan/persalinan antara lain anemia,
kurang energy kronik (KEK) dan hipertensi kronik 5 – 10 %. Angka kejadian
hipertensi kronik pada berbagai populasi berbeda 0.5 – 4% (rata-rata 2.5%).
Hipertensi kronik pada kehamilan 80% idiopatik dan 20% oleh karena penyakit
ginjal. (http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/hipertensi-dalam-kehamilan_14.html)
Hipertensi
menyebabkan gangguan sekitar 5 -10 persen dari seluruh kehamilan, dan dapat
menjadi suatu komplikasi yang mematikan, yaitu pendarahan dan infeksi, yang
berkontribusi besar terhadap morbiditas dan angka kematian ibu. Dengan
hipertensi, sindrom preeklampsia, baik sendiri atau yang berasal dari
hipertensi kronis, adalah yang paling berbahaya. WHO meninjau secara sistematis
angka kematian ibu di seluruh dunia (Khan dan rekan, 2006), di negara-negara
maju, 16 persen kematian ibu disebabkan karena hipertensi. Persentase ini lebih
besar dari tiga penyebab utama lainnya: perdarahan-13 persen, aborsi-8 persen,
dan sepsis-2 persen.
1.2
Menetapkan Prioritas Masalah
Dari
sumber data yang diperoleh melalui kajian pustaka penulis mendapatkan data
yakni sebuah tinjauan yang dilakukan oleh WHO angka kematian ibu di seluruh dunia
16% kematian ibu disebabkan karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari
tiga penyebab utama lainnya: perdarahan 13%, aborsi-8%, dan sepsis-2%. (Khan
dan rekan, 2006)
Dari
sinilah penulis menetapkan prioritas masalah yakni pentingnya pengelolaan hipertensi
dalam kehamilan baik itu hipertensi ataupun hipertensi kronik.
1.3
Analisis Masalah
Berdasarkan Report of the National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2000, yang menjelaskan Efek hipertensi kronik pada kehamilan
adalah solution plasenta, preeclampsia, gangguan perinatal hingga kerusakan
organ-organ vital tubuh dikarenakan hipertensinya. Sehingga dari sinilah
penulis menganalisis masalah yang diakibatkan hipertensi kronik sangatlah
besar, jadi apabila tidak ada penanganan secara dini maka akan berakibat fatal
terhadap ibu maupun janin. Selain itu, pengelolaan dini hipertensi kehamilan
juga dapat mempengaruhi persalinan ibu. Ibu yang dideteksi secara dini dapat
melakukan persalinan dengan aman baik secara seksio secaria ataupun pervaginam
jika memang memungkinkan
1.4
Kajian Masalah
Dari
hasil pencarian penulis melalui situs web didapatkan angka kematian ibu yang
disebabkan pre eklamsi adalah 24,5%. (http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/hipertensi-dalamkehamilan_14.html)
Angka ini masih tergolong sangat
tinggi. Penulis berpendapat bahwa hal ini terjadi karena beberapa faktor :
a.
Banyaknya ibu hamil yang tidak mau melakukan kunjungan
ANC (K1-K4)
b.
Banyaknya ibu hamil yang hanya berkunjung sekali
(K1,K2, atau K4 saja) sehingga tenaga kesehatan kurang bisa melakukan deteksi
secara maksimal ataupun kalau bisa sudah terlambat.
c.
Terbatasnya tenaga kesehan yang berada didekat ibu
hamil, sehingga tidak bisa melakukan deteksi hipertensi.
d.
Jarak tempuh yang terlalu jauh dapat mengakibatkan
terlambatnya penanganan.
e.
Masih banyaknya dukun disekitar ibu hamil, sehingga
mereka lebih mempercayainya dibandingkan dengan bidan/tenaga kesehatan lainnya.
1.5 Menetapkan
dan Menyusun Upaya Penyelesaian
1) Hipertensi Esensial
Hipertensi
esensial adalah penyakit hipertensi yang mungkin disebabkan oleh faktor
heriditer serta dipengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan. Tekanan darah
sekitar 140/90 sampai 160/100. Penanganan
a) Dalam kehamilan :
Dianjurkan mentaati
pemeriksaan antenatal yang teratur dan, jika perlu, dikonsuiltasikan kepada
ahli.
Dianjurkan cukup istirahat,
menjauhi emosi, dan jangan bekerja jangan terlalu berat
Penambahan berta badan yang
agresif dicegah. Dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah hidrat arang,
rendah lemak, dan rendah garam.
Pengawasan
terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa, dapat
dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrodiografi fetal.
Ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin,
dan sebagainya
Pemberian
obat-obatan :
a) Anti-hipertensif: serpasil, katapres,
minipres, dan sebagainya.
b) Obat penenang : fenobarbital, valium,
frisium ativan, dan sebagainya.
Pengakhiran
kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila
ada tanda-tnda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat),
apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan. Pengakhiran kehamilan ini
sebaiknya dirundingkan antar disiplin dengan ahli penyakit dalam ; apakah
memang ada ancaman terhadap jiwa wanita ini. (Rustam Mochtar ; 1998 : 143)
2) Penyakit Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan gejala
hipertensi yang dijumpai pada wanita hamil adalah :
·
Glomerulonerfritis
akut dan kronik.
·
Pielonefritis
akut dan kronik
Penanganan :
1. Pemeriksaan antenatal yang baik di mana
pengobatan penyakit ginjal bekerja sama dengan ahli nefrologi
2. Keadaan ibu dan pertumbuhan janin harus diawasi
3. Berat tidaknya penyakit dan perlu tidaknya
pengakhiran kehamilan adalah atas indikasi dan pembicaraan beberapa disiplin
ilmu yaitu kebidanan penyakit dalam, dan ilmu kesehatan anak.(Rustam Mochtar ;
1998 : 144)
3)
Hipertensi
Pencegahan :
§ Pembatasan teori, cairan, dan diet rendah
garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat
membahayakan janin.
§ Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan terbukti.
§ Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan
penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindaklanjuiti secara reguler dan diberi
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam
rencana pendidikan keluarga (suami, orang tua, metua, dll) harus dilibatkan
sejak awal.
§ Pemasukan cairan terlalu banyak
mengakibatkan edema paru.
(Sarwono, 20005 ; 211)
Penanganan
Jika kehamilan <37 :=":" jalan="jalan" minggu="minggu" o:p="o:p" rawat="rawat" secara="secara" tangani="tangani">37>
§ Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
kondisi janin setiap minggu,
§ Jika tekanan darah meningkat, tangani
sebagai preeklampsia
§ Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan
4)
Pre-eklampsia
dan Eklampsia
Pre-Eklampsia
dan eklampsia merupakan komplikasi yang berkelanjutan dengan penyebab yang
sama.
Untuk mencegah kejadian
pre-eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan :
1. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi
karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan
bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada
hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan
kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga
aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan
perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
§ Uji kemungkinan pre-eklampsia :
§ Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikanya
§ Pemeriksaan tinggi fundus uteri
§ Pemeriksaan kenaikan berat badan atau
edema
§ Pemeriksaan protein dalam urin
§ Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi
ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
§ Penilaian kondisi janin dalam rahim
§ Pemantuan tinggi fundus uteri
§ Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam
rahim, denyut jantung janin, pemantuan air ketuban
§ Usulkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
Dalam keadaan yang meragukan,
maka merujuk penderita merupakan sikap yang terpilih dan terpuji.
a. Pre-eklampsia ringan
§ Bisa dilakukan dirumah
§ Peningkatan partum plasenta dan ginjal
yang baik
1. Sering beristirahat seharian, dalam posisi
tidur menyamping
2. Dapat diberikan pedoman khusus yang
berkenaan dengan waktu istirahat, termasuk jumlah waktu istirahat, jumlah waktu
istirahat setiap hari dan aktivitas seharian yang dianjurkan atau dihindari.
3. Semakin khusus petunjuk yang diberikan,
ibu cenderung dapat memahami dengan jelas segala informasi dan batasannya
§ Peningkatan perfusi plasenta dan gagal
ginjal yang baik
1. Susunan makanan sebaiknya mengandung
tinggi protein ( 80-100 gr/hari atau 1,5 gr/kg/hari)
2. Asupan natrium sebaiknya dalam jumlah
sedang, tidak melebihi 6 gr/hari
§ Modifikasi diet
1. NSTs dan atau riwayat biofinis dilakukan
setiap minggu
2. Ujian tambahan meliputi rangkaian USG
untuk mengevaluasi pertumbuhan janin, amniosintesis untuk menentukan kematangan
paru-paru janin dan uji stress kontraksi, jira hasil NSTs mengindikasikan
kepentingan uji tersebut.
§ Evaluasi keadaan umum
1. Ibu dipantau setiap 1-2 minggu
2. memberikan pemahaman pada ibu agar dapat
mengenali tanda keadaan yang buruk
3. Lakukan pemantauan tekanan darah di rumah
setiap hari
b. Pre-Eklampsia Berat
§ Dihospitalisasi jika perlu
§ Peningkatan kesejahteraan ibu
1. Tirah baring total dalam posisi miring
kiri, yang dapat mengurangi tekanan pada vena kava, dengan demikian perfusi
meningkat. Aliran darah ke ginjal yang meningkat, membantu mengurangi kadar
angrotensin II, meningkatkan diuresis, serta menurunkan tekanan darah.
2. Protein tinggi, diet garam dalam jumlah
sedang, dilanjutkan
3. Berat badan ibu ditimbang setiap hari (
untuk mendeteksi odema) dan dievaluasi bila ada perubahan kondisi, melalui
pengkajian tekanan darah, suhu tubuh, reflekstendon profunda serta klonus,
odema (menyeluruh dan piting), sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri
epigastrik.
§ Terapi Pengobatan
1. Magnesium sulfat (MgSo4) ; pengobatan
pilihan untuk pencegahan konveksi
2. Pemberian obat penenang dengan fenobarbital
30-60 mg per oral setiap 6 jam bisa diindikasikan
3. Obat antiperientif seperti hidrolazin
(apresoline) atau labetalol (normodyne) mungkin digunakan jika nilai tekanan
diastolik sebesar 110 mmhg atau di atasnya. Cairan dan elektrolit digantikan seperlunya,
bergantung pada keadaan ibu.
c. Eklampsia
§ Tindakan untuk mengontrol kejang, bisa
meliputi pemberian magnesium sulfat per bolos, obat penenang jika diperlukan
dilantin untuk pencegahan kejang
§ Terapi yang sebelumnya didiskusikan
§ Pertahankan jalan nafas
§ Ibu dipantau bila ada odema paru yang
mungkin diterapi furosemild clasix
§ Digitalis diberikan untuk mengatasi
kegagalan sirkulasi
§ Ibu bisa dipindahkan ke unit perawatan
intensif
d. Syarat-syarat pemberian MgSo4
§ Frekuensi pernafasan minimal 16 kali per
menit
§ Reflek pattela (+)
§ ASI minimal 30 ml 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
(Maternal Neonatal 2002 ; M
39)
1.5 Melaksanakan dan menyelesaikan
1. Hipertensi Esensial
Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal
yang teratur. Dianjurkan
cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja jangan terlalu berat.
Penambahan berta badan dianjurkan untuk diet tinggi protein,
rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam.
Pemberian
obat-obatan : Anti-hipertensif:
serpasil, katapres, minipres, dan sebagainya. Obat penenang : fenobarbital, valium, frisium ativan, dan sebagainya.
2.
Penyakit
Ginjal Hipertensif
Keadaan
ibu dan pertumbuhan janin harus diawasi. Pemeriksaan antenatal yang baik di
mana pengobatan penyakit ginjal bekerja sama dengan ahli nefrologi.
3.
Hipertensi
Pembatasan teori,
cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan,
malah dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam
mencegah hipertensi karena kehamilan terbukti. Yang lebih perlu adalah deteksi
dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindaklanjuiti secara reguler
dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan.
Dalam rencana pendidikan keluarga (suami, orang tua, metua, dll) harus
dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema
paru. (Sarwono, 20005 ; 211)
Penanganan jika
kehamilan <37 :=":" jalan="jalan" minggu="minggu" o:p="o:p" rawat="rawat" secara="secara" tangani="tangani">37>
§ Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
kondisi janin setiap minggu,
§ Jika tekanan darah meningkat, tangani
sebagai preeklampsia
§ Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.
4.
Pre-eklampsia
dan Eklampsia
Diet-makanan Makanan tinggi protein, tinggi
karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak, pengawasan antenatal (hamil), dan cukup istirahat.
Pre-eklampsia ringan
Bisa
dilakukan dirumah, sering
beristirahat seharian, dalam posisi tidur menyamping, susunan makanan sebaiknya mengandung tinggi protein ( 80-100 gr/hari atau
1,5 gr/kg/hari), asupan natrium
sebaiknya dalam jumlah sedang, tidak melebihi 6 gr/hari.
Pre-Eklampsia
Berat
Dihospitalisasi
jika perlu, tirah baring total dalam posisi miring kiri, yang dapat mengurangi
tekanan pada vena kava, dengan demikian perfusi meningkat. Protein tinggi, diet garam dalam jumlah
sedang, dilanjutkan berat badan ibu ditimbang setiap hari ( untuk mendeteksi
odema) dan dievaluasi bila ada perubahan kondisi, melalui pengkajian tekanan
darah, suhu tubuh, reflekstendon profunda serta klonus, odema (menyeluruh dan piting),
sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrik.
§ Terapi Pengobatan
1. Magnesium sulfat (MgSo4) ; pengobatan
pilihan untuk pencegahan konveksi
2. Pemberian obat penenang dengan
fenobarbital 30-60 mg per oral setiap 6 jam bisa diindikasikan
3. Obat antiperientif seperti hidrolazin
(apresoline) atau labetalol (normodyne) mungkin digunakan jika nilai tekanan
diastolik sebesar 110 mmhg atau di atasnya. Cairan dan elektrolit digantikan
seperlunya, bergantung pada keadaan ibu.
Eklampsia
Tindakan untuk mengontrol
kejang, bisa meliputi pemberian magnesium sulfat per bolos, obat penenang jika
diperlukan untuk pencegahan kejang
§ Terapi yang sebelumnya didiskusikan
§ Pertahankan jalan nafas
§ Ibu dipantau bila ada odema paru yang
mungkin diterapi furosemild clasix
§ Digitalis diberikan untuk mengatasi
kegagalan sirkulasi
§ Ibu bisa dipindahkan ke unit perawatan
intensif
e. Syarat-syarat pemberian MgSo4
§ Frekuensi pernafasan minimal 16 kali per
menit
§ Reflek pattela (+)
§ ASI minimal 30 ml 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
(Maternal Neonatal 2002 ; M
39)
1.6 Memantau dan Menilai Kontak Masalah
Saat ini angka kejadian
hipertensi masih sangat tinggi. Jadi diperlukan perbaikan dalam hal sarana dan
prasarana seperti, meningkatkan desa siaga
dan juga dari tenaga
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Bandung
: Pajajaran Press
Prawiroharjo,
Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP
Varney, Helen. 2001. Asuhan Kebidanan. Jakarta :
EGC
Bagian Obstetri dan ginekologi FKUPB. 1984.
Obstetri dan ginekologi. Bandung : Pajajaran Press
Prawiroharjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar