BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kehamilan merupakan masa dimana seseorang perempuan
membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi
banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia
terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38
minggu dari pembuahan). Istilah medis yang digunakan pada wanita hamil adalah
gravida.
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga
akhir hayat dan ini merupakan proses yang selalu berkesinambungan. Apabila
sejak konsepsi kebutuhan seorang ibu hamil sudah diperhatikan maka juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin yang kelak akan menjadi
seorang individu.
Salah satu kebutuhan ibu hamil adalah kebutuhan
psikologis. Kebutuhan ini, juga dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan
masyarakat serta lingkungan sekitar. Kebutuhan psikologis ini seringkali tidak
diperhatikan oleh ibu hamil. Terlebih
bila sudah melewati trimester satu dan dua.
Memasuki trimester 3 ibu mulai mempersiapkan diri
untuk melewati proses persalinan, oleh karena itu dukungan dari keluarga dan
lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keadaan psikologis ibu.
Para tenaga medis menefinisikan kehamilan manusia
dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda
dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggu keguguran
(kematian alami embrio atau janin), sedangfkan pada triwulan ke-2 perkembangan
janin dapat dimonitor dan di diagnose. Triwulan ke-3 menandakan awal
“viabilitas” yang berarti janin dapat
hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang kebutuhan
psikologis pada ibu hamil trimester 3. Dimana pentingnya suport dari keluarga,
dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh kepada perubahan psikologis ibu
tersebut. Bahkan rasa nyaman dan aman ibu itu sendiri berdampak besar pada
proses persalinan yang semakin dekat.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan psikologis?
2. Bagaimana
kondosi psikologis pada ibu hamil?
3. Apa
saja pengaruh dukungan keluarga terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil
trimester III?
4. Apa
pengaruh support tenaga kesehatan
terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III?
5. Apa
pengaruh rasa aman dan nyaman terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
III?
6. Apa
saja kebutuhan psikologis pada ibu hamil?
7. Apa
pengaruh persiapan orang tua terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
III?
8. Apa
pengaruh persiapan sibling terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
III?
9. Apa
saja dampak psikologis ibu hamil trimester III jika tidak terpenuhi?
1.3
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian umum mengenai psikologis.
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan mengenai kondisi psikologis pada ibu hamil.
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport keluarga terhadap
ibu hamil trimester III.
4. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport dari tenaga
kesehatan terhadap ibu hamil trimester III.
5. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam rasa aman dan nyaman terhadap ibu hamil selama kehamilan trimester
III.
6. Mahasiswa
mampu menjelaskan kebutuhan psikologis pada ibu hamil/
7. Mahasiswa
dapat mengetahu apa saja persiapan menjadi orang tua selama kehamilan.
8. Mahasiswa
mampu menjelaskan persiapan sibling pada psikologis ibu hamil trimester III
9. Mahasiswa
dapat menjelaskan dampak jika psikologis ibu hamil trimester III jika tidak terpenuhi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologis
Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Yunani yakni psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu atau ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, psikologi dapat juga diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang jiwa, namun obyek kajiannya lebih ditekankan kepada
gejala-gejala kejiwaan yang muncul dalam tingkah laku manusia.
Menurut Wundt (dalam
devidoff, 1981), psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia.
Menurut azhari (2004),
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang memelajari penghayatan dan tingkah
laku manusia yang normal, dewasa, dan berbudaya. Menurut Kartini Kartono (2004), psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang memelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana
individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
2.2 Kondisi
Psikologis Ibu Hamil
Kehamilan pertama yang dialami pada setiap wanita pasti akan
menimbulkan banyak efektivitas baik fisik maupun psikologis. Bagi setiap
wanita, kehamilan yang dialaminya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri yang
mana dengan kehamilan tersebut secara psikologis memberikan kepercayaan diri
yang kuat bahwa ia adalah memang benar-benar telah menjadi wanita sejati.
Secara sosial pun ia akan lebih merasa percaya diri didalam kehidupan
bermasyarakat. Tapi disisi lain kehamilan apalagi kehamilan pertama pembawa efektivitas
yang tidak begitu saja disepelehkan. Secara fisik ibu hamil akan merasa
letih,lesu dan payah dsb. Sedang secara psikologis, ibu hamil akan dibayangi
dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi pada
diri-sendiri maupun pada bayinya.
Dra. Risa Kolopaking. Msi, seorang psikolog pada RSIA Hermina
Bekasi menjelaskan bahwa : “Selama hamil, sangat normal bila calon ibu
mengalami mood swing, emosi dan
suasana hati yang naik turun secara fluktuatif.” Sebagian besar ibu hamil mengalaminya,
hanya saja ada yang ringan, dan ada yang ekstrim. Penyebab secara internal,
perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Disamping itu, tentu ada factor
psikologis dan juga bisa tercetus.
Meskipun mood swing adalah
hal umum bagi sebagian besar ibu hamil, namun satu dari sepuluh ibu hamil yang
mengalaminya, dapat mengalami fluktuasi ekstrim dan mengalami masalah yang
signifikan.
Berikut beberapa tanda yang perlu dicermati :
·
Kehamilan yang tidak diinginkan.
·
Kehamilan beresiko
·
Jarak kehamilan yang terlalu dekat.
·
Riwayat keguguran
·
Kehamilan normal tapi punya pengalaman
anak pertama sakit berat atau pengalaman mengasuh anak pertama sulit.
Periode ini sering disebut priode
menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokur pada bayinya,
gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada bayinya. Sehingga ibu
selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan
menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan
aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata
kamar bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayi, menduga-duga akan jenis
kelaminnya dan rupa bayinya.
Pada trimester III biasanya
ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada
bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia
akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya
aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung serta
merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya
dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah
ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.
Masa ini disebut juga masa
krusial/penuh kemelut untuk beberapa wanita karena ada kritis identitas,
karena mereka mulai berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman, kolega
(Oakley, dalam Sweet,1999). Mereka merasa kesepian dan terisolasidi rumah.
Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tidakan meedikalisasi saat
persalinan, perubahan body image merasa kehamilannya sangat berat, tidak
praktis, kurang atraktif, takut kehilangan pasangan. Bidan harus mampu mengkaji
dengan teliti/hati-hati sejumlah stres yang dialami ibu hamil, mampu menilai
kemampuan coping dan memberikan dukungan.
2.3 Pengaruh Suport Keluarga terhadap
Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Kehamilan termasuk salah satu periode krisis
dalam kehidupan seorang wanita. Tak dapat dielak, situasi ini menimbulkan
perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek
psikologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan
kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai interaksi antara anggota dan
keluarga.
Pada fase terakhir pertumbuhan janin
berlangsung berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan ke-7 sampai
ke-9). Pada fase ini ibu mulai lagi merasa tertekan dan gelisah. Berat badan
calon ib u mulai bertambah drastic antara 10,5 kg sampai 15 kg. calon ibu
sering merasa lelah, tidak enak, sukar tidur, kaki dan tangan bengkak, serta
napas pendek.
Secara terinci perkembangan janin tiga bulan
terakhir ini sebagai berikut :
Pada bulan ke tujuh, janin dalam rahim ibu
perlu dikatakan sudah dapat hidup secara independent. Selaput serebralnya sudah
menutupi seluruh otak, janin dapat memperlihatkan berbagai variasi respons
khusus. Pada bulan ini biasanya bayi mencapai panjang 40 cm, dan berat sekitar
1,5 kg. pada usia 8 dan 9 bulan pembentukan kepekaan pada sentuhan terakhir
hamper berbagai organ sudah berfungsi.
(Save M.Dagun. 2002)
Cara keluarga dalam menghadapi situasi tersebut
berbeda-beda tergantung adat dan kebudayaan setempat. Pada keluarga primitive
ada beberapa suku tertentu melakukan upacara khusus.
Dukungan keluarga tidak hanya dari seorang
suami tetapi juga dari sanak saudara lainnya seperti ibu kandung maupun ubu
metua. Dukungan keluarga meliputi :
Ø Dukungan suami
Dukungan
selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil,
terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan
perhatian dari orang – orang terdekat.
Dukungan dan peran serta
suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam
menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI.
Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat
hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami
yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga
istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Keterlibatan
suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan
pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya. Bahkan,
keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah
penelitian yang dimuat
dalam artikel berjudul “What Your
Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals &
Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan seorang istri dalam
mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa
besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
Dari penelitian kualitatif di Indonesia diperoleh berbagai
dukungan suami yang diharapkan isterinya :
·
Suami
sangat mendambakan bayi dalam kandungan isteri
·
Suami
senang mendapatkan keturunan
·
Suami
menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini
·
Suami
memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan isteri/janin yang
dikandungnya
·
Suami
mengantar dan atau menemani isteri untuk memeriksakan kandungannya
·
Suami
tidak menyakiti isteri baik secara fisik maupun perasaan
·
Suami
menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri
·
Suami
menasihati agar isteri tidak terlalu capek bekerja di rumah/di tempat kerja
·
Suami
membantu tugas isteri
·
Suami
berdoa untuk kesehatan dan keselamatan isteri dan anaknya
·
Suami
menunggu ketika isteri melahirkan
·
Suami
menunggu ketika istreri dioperasi
Diperoleh
atau tidak diperoleh dukungan suami tergantung pada :
·
Keintiman
hubungan
·
Adanya
komunikasi yang bermakna
·
Adanya
kekhawatiran/masalah dalam biaya
Ø Dukungan keluarga
Lingkungan
keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat
berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali
mempunyai ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu
primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan
menjadi orang tua.
Dukungan dari keluarga yang diharapkan wanita hamil :
·
Ayah-ibu
kandung, maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
·
Ayah-ibu
kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
·
Seluruh
keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
·
Walaupun
ayah-ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain, sangat didambakan dukungan
melalui telepon, surat ataupun doa dari jauh
·
Selain
itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7 bulanan pada
beberapa orang mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan
Ø Dukungan lingkungan
Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :
·
Doa
bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/
kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan
·
Membicarakan
dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan
·
Adanya
diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa
·
Menunggui
ibu ketika melahirkan
·
Mereka
dapat menjadi seperti saudara ibu hamil
·
Diperoleh
dari ibu-ibu pengajian/perkumpulan/kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan/sosial dalam bentuk doa bersama untuk keselamatan ibu dan janinnya
·
Membicarakan/menceritakan/menasihati
tentang pengalaman hamil dan bersalin
·
Ada
diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk periksa
·
Mereka
dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil dan nifas
Support keluarga terhadap ibu hamil pada
trimester III, di antaranya yaitu:
· Memberi
dukungan moril terhadap sang ibu dalam mempersiapkan persalinan, dapat berupa
nasihat maupun dukungan emosional mengenai gambaran proses persalinan.
· Suami
berusaha membaca banyak buku tentang anak dan peran orangtua
· Menyiapkan
berbagai fasilitas untuk mempersiapkan kedatangan bayinya.
· Suami
menjadi tampak semakin hati-hati, penuh memahami dan selalu berusaha menjaga
hubungan damai dengan istrinya.
2.4 Pengaruh Suport Tenaga Kesehatan terhadap Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil pada
Trimester III.
Pada masa kehamilan usia 7 sampai 9 bulan
(trimester III) keberadaan tenaga kesehatan baik bidan, dokter yang berada di
BPS, polindes, puskesmas, rumah bersalin, maupun rumah sakit sangat dicari
keberadaannya oleh klien . Karena pada saat ini keluaraga lebih berhati-hati
dan sering mengkonsultasikan keadaan kehamilan si ibu.
Pada kesempatan ini tenaga kesehatan berpotensi
untuk menganjurkan persalinan yang normal, alamiah dan sehat serta yang paling
penting proses persalinan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan bukan oleh
seoarang dukun.
Tenaga kesehatan dapat memberikan
peranannnya melalui dukungan :
F Aktif : Melalui
kelas antenatal
F Pasif :
·
Dengan
memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.
·
Tenaga kesehatan harus mampu mengenali
tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu:bapak,
kakak, dan pengunjung.
Suport tenaga kesehatan biasanya dilakukan
kepada sang ibu diantaranya:
·
Menjelaskan
bahwa persalinan merupakan proses alamiah, normal dan sehat.
Biasanya para tim medis
membantu memberikan konseling dan ancangan mengenai proses persalinan yang
diambil kelak serta memberikan pengertian mengenai persalinan yang akan diambil
sebaiknya oleh tenaga kesehatan dan bukan ke dukun.
·
Menjelaskan
mengenai biaya-biaya persalinan.
Tidak semua ibu dapat
mejalani trimester III dengan tenang, seringkali ibu cemas akan biaya yang akan
dihadapinya. Di sinilah tenaga kesehatan memberikan solusi, seperti tabulin
(tabungan bersalin) yang bisa dimulai sejak ibu mengalami kecemasan akan biaya.
Tenaga kesehatan juga bisa memberikan beberapa perkiraan-perkiraan harga
bersalin di BPS, rumah sakit maupun puskesmas.
·
Memberikan
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan janin.
Selama hamil tubuh
seorang ibu lebih rentan terkena penyakit, sehingga faktor makanan harus
benar-benar diperhatikan. Gizi ibu hamil juga perlu diperhatikan, terutama pada
trimester III yang semakin mendekati persalinan. Selain itu ibu juga harus di
berikan konseling mengenai aspek yang berkaitan dengan pemenuhan ASI eksklusif
misalnya memperbanyak konsumsi sayur-sayuran hijau dan perawatan payudara.
·
Memberikan
sugesti yang positif terhadap ibu
Tenaga kesehatan harus
meyakinkan ibu jika ibu pasti bisa melewati trimester III dengan baik yang di
sertai dengan persalinan yang normal, di harapkan hal ini mampu mengurangi
kecemasan yang di raakan ibu lebih-lebih ibu primi gravida.
·
Memberikan
pendidikan kepada pasangan ibu.
Hal ini dikarenakan seorang
pasangan juga berpengaruh pada psikologis ibu. Pasangan diharapkan juga
memahami tentang apa yang dialami sang istri.
2.5. Rasa Aman dan Nyaman pada Psikologis Ibu
Hamil Trimester III
Dalam pyramid Maslow kebutuhan akan rasa aman
dan nyaman berada pada posisi ke dua, hal ini menunjukkan betapa pentingnya
rasa aman dan nyaman bagi manusia terutama bagi seorang ibu yang sedang hamil
usia trimester III.
Peran keluarga khususnya suami, sangat di
perlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang di berika
suami kepada kehamilan sang istri akan mempererat hubungan antara ayah-anak dan
suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih
tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang
sehat. Dukungan yang dapat di berikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu
memerikasakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan
minum tablet besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama
hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinngi
dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.
Rasa
aman dan nyaman yang diharapkan dari seorang wanita hamil yakni :
·
Tingkat
kemudahan dan kepuasan pada seseorang yang berubah menjadi orang tua terutama
bergantung kepada keberhasilan mereka (suami isteri) dalam mengartikan dan
menerima hubungan antar anggota keluarga
·
Apabila
pasangan suami isteri tersebut telah mampu memandang satu sama lain sebagaimana
adanya (dan bukan seperti apa yang diinginkan) dan dapat menerima perbedaan
dalam nilai dan tingkah laku, dapat bekerja sama untuk membangun dasar kekuatan
yang fleksibel untuk keduanya, dapat mengembangkan standar yang memungkinkan
keduanya saling mengerti maka peralihan dari kecemasan menuju kenyamanan selama
persalinan akan lebih lancar
·
Harapan
rasa aman dan nyaman ini merupakan manifestasi keinginan berbagi rasa yang
saat-saat itu memang cenderung meningkat
·
Harapan
itu akan lebih mudah terwujud apabila ada kesesuaian antara suami isteri
·
Menifestasi
kesesuaian terlihat dari perilaku suami yang membantu sambil menahan diri untuk
tidak mengeluh
·
Optimalisasi
tercapainya harapan rasa aman dan nyaman selama kehamilan dan pasca bersalin
sangatlah individual tergantung dari sudut pandang tiap-tipa orang.
2.6. Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester 3 “Persiapan
menjadi Orang Tua”
Pada
kehamilan trimester pertama seorang wanita hamil jika dilihat secara psikologis
masih belum memfokuskan pikirannya mengenai persiapan perannya sebagai seorang
ibu setelah kelahirannya kelak. Hanya saja pada saat itu si ibu lebih bingung
dan cemas akan perubahan penampilan dan seluruh organ pada tubuhnya.
Tetapi
jika usia kehamilannya sudah mencapai 7-9 bulan atau yang biasa dikatakan oleh
tenaga kesehatan dengan trimester ke-3. Pada usia kehamilan ini seorang ibu
sudah tidak memperdulikan lagi mengenai perubahan=perubahan yang terjadi pada
tubuhnya karena sudah terjadi proses adaptasi dengan situasi-situasi seperti
itu. Melainkan pada usia kehamilan 7-9 bulan seorang ibu lebih sibuk terhadap
proses persalinannya kelak, tempat yang nantinya akan dipilih untuk melahirkan
bayinya, dan yang paling utama seorang ibu tersebut lebih mempersiapkan akan
perannya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu.
Seorang
ibu cemas karena memikirkan hal-hal seperti dibawah ini:
·
Kehamilan dan peran sebagai orang tua
dapat di anggap sebagai masa transisi atau masa peralihan
·
Terlihat adanya peralihan yang sangat
besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta ketidakpastian yang terjadi
sampai peran yang baru ini dapat di satukan dengan anggota keluarga yang baru.
·
Peran orangtua sebagai proses peralihan
yang berkelanjutan:
1. Peralihan
menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis.
2. Berawal
dari kehamilan dan merupakn kewajiban menjadi orang tua di mulai.
·
Hal-hal yang perlu di perhatikan
terhadap kehadiran bayi baru lahir adalah:
Ø Tempramen
Ø Cara
pasangan mengartikan stress dan bantuan
Ø Bagaimana
mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka
2.7.
Persiapan
Sibling terhadap Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil
Saudara kandung perlu di persiapkan terhadap
kedatangan adiknya, karena bisa menimbulkan perasaan bersaing (sibling
rivalry). Sibling rivalry timbul karena anak-anak takut perhatian orang tuanya
berubah. Pencegahan kondisi ini dapat di lakukan dengan cara:
1.
Anak di beri tahu kalau bisa sejak awal
kehamilan.
2.
Anak toddler di beri kesempatan
merasakan bayinya bergerak dalam rahim dan di jelaskan bahwa rahim adalah
tempad khusus bayi tumbuh.
3.
Anak dapat membantu mengatur baju bayi di
laci atau menyiapkan tempat tidur bayi dan kamar bayi.
4.
Bantu anak menyesuaikan diri pada
perubahan ini.
5.
Kenalkan anak pada bayi, sehingga anak
tidak membayangkan adiknya akan cukup besar untuk di ajak bermain.
6.
Mengajak anak ke tempat periksa hamil,
di beri kempatan mendengarkan DJJ (denyut jantung janin).
2.8.
Dampak
jika kebutuhan psikologis ibu tidak terpenuhi.
Seorang
ibu hamil sangat membutuhkan banyak perhatian, tetapi bukan diperlakukan
seperti orang sakit. Melainkan mendapatkan perhatian khusus agar dampak-dampak
negative yang akan terjadi pada ibu hamil tidak akan terjadi. Dampak-dampak
tersebut diantaranya seperti:
·
Ibu akan mengalami stress yang juga
berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
·
Ibu akan merasa sendiri dan terbebani dengan
kandungannya yang sebentar lagi lahir.
·
Ibu akan merasa menyesal atas
kehamilannya dan akan berakibat melukai dirinya sendiri bahkan memumukul-mukul
perutnya.
·
Ibu merasa enggan dan menerima lahirnya
bayinya.
·
Ibu lebih-labih akan berbuat untuk melukai batinya bahkan
membunuhnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Saat
hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin
seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan
mengajak istri jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan
kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya
dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang
bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
Dukungan
selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil,
terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan
perhatian dari orang – orang terdekat.
3.2. Saran
Dari diskusi kelompok kami
mengenai kebutuhan psikologis pada ibu hamil trimester ketiga, kami
mengharapkan sebuah motivasi dan acuan dari lingkungan keluarga, sosial juga
masyarakat untuk senantiasa memberikan perhatian khusus terhadap wanita yang
sedang mengalami kehamilan. Agar meminimalisir terjadinya gangguan dan
trauma-trauma yang terjadi pada ibu hamil juga untuk menghindari terjadinya
kecacatan fisik pada bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dagun, Save M. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju.
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Fandien. 2010. http://Fandienbecomeamidwife.blogspot.com/2010/02/adaptasi-psikologi-dalam-kehamilan.html (online). Diakses tanggal 8 Maret 2011 pukul 20.06 WIB
0 komentar:
Posting Komentar