BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Onkologi payudara adalah ilmu
tentang penyakit pada payudara. Onkologi payudara merupakan dasar ilmu yang
digunakan untuk menetapkan tindakan – tindakan yang harus diberikan pada
penderita penyakit pada payudara sesuai dengan tingkatan – tindakan
kegawatdaruratan penyakit tersebut.
Tindakannya dibedakan menjadi 3
yaitu gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, dan gawat darurat. Tindakan
gawat tidak darurat merupakan tindakan yang tidak membutuhkan penanganan segera
namun dapat mengancam jiwa. Tindakan darurat tidak gawat merupakan tindakan
yang membutuhkan penanganan segera namun tidak mengancam jiwa. Tindakan gawat
darurat merupakan tindakan yang membutuhkan penanganan segera dan dapat
mengancam jiwa.
Di Indonesia masih banyak kasus –
kasus kegawat daruratan yang belum mendapatkan penanganan dengan cepat dan
tepat karena kurangnya pengetahuan tentang klasifikasi kegawatdaruratan suatu
penyakit dan cara penganganan rujukan yang tepat untuk penyakit tersebut. Oleh
karena itu angka kematian akibat kegawatdaruratan semakin meningkat tahun demi
tahun.
Oleh karena itu kami menulis
makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat memilah – milah mana yang termasuk
tindakan gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, dan gawat darurat. Sehingga
dapat menentukan penanganan rujukan yang
tepat sesuai dengan klasifikasi tindakan – tindakan tersebut.
Diharapkan kedepannya masalah –
masalah kegawatdaruratan dapat ditangani secara cepat dan tepat. Dan tidak
menambah resiko kematian pada penderita penyakit kegawatdaruratan tersebut.
Sehingga angka kematian penduduk Indonesia akibat kegawatdaruratan suatu
penyakit dapat diatasi.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Jelaskan pengertian dari onkologi
payudara !
1.2.2
Apa saja yang termasuk tindakan gawat
tidak darurat?
1.2.3
Apa saja yang termasuk tindakan darurat
tidak gawat?
1.2.4
Apa saja yang termasuk tindakan gawat
darurat?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Pembaca mampu menjelaskan pengertian
dari onkologi payudara.
1.3.2
Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang
termasuk tindakan gawat tidak darurat.
1.3.3
Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang
termasuk tindakan darurat tidak gawat.
1.3.4
Pembaca mampu menjelaskan apa saja yang
termasuk tindakan gawat darurat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Onkologi Payudara
Onkologi
payudara adalah ilmu tentang penyakit pada payudara. Onkologi payudara
merupakan dasar ilmu yang digunakan untuk menetapkan tindakan – tindakan yang
harus diberikan pada penderita penyakit pada payudara sesuai dengan tingkatan –
tindakan kegawatdaruratan penyakit tersebut.
2.2
Gawat Tidak Darurat
2.1.1
Fibroadenoma (sistosarkoma filoides)
Pengertian
fibroadenoma
adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal.
Berdasarkan kegawat-daruratannya,
fibroadenoma merupakan tumor jinak yang tidak memerlukan penanganan segera
namun memungkinkan terjadi keganasan. Secara patofisiologi, bila specimen tidak diperiksa akan terjadi
keganasan, dan bila tidak diangkat sempurna dapat kambuh (sistosarkoma
filoides). Sehingga untuk rujukan, bidan
hanya memberikan surat rujukan tanpa perlu mendampingi pasien dan tanpa
melakukan pertolongan sebelum tempat rujukan.
2.1.2
Papiloma intraduktal
Pengertian
papiloma intraduktal adalah papiloma yang terjadi pada duktus papilaris
biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering menyebabkan keluarnya cairan
serosanguinosa atau berdarah dari puting susu. Kegawat-daruratannya apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang
abnormal dari puting, khususnya jika bersifat serosanguinosa, perlu ditentukan
dan keganasan harus disingkirkan. Patofisiologisnya
adalah keluarnya cairan serosanguinosa atau berdarah dari puting susu. Sehingga
untuk rujukan, bidan hanya
memberikan surat rujukan tanpa perlu mendampingi pasien dan tanpa melakukan
pertolongan sebelum tempat rujukan.
2.1.3
Fibrokistik payudara
Pengertiannya
adalah perubahan jaringan payudara berupa pembentukan kista, proliferasi duktus
epithelial, papiloma tosis difusa, adenosis duktus dengan pembentukan jaringan
fibrosa. Yang dapat menimbulkan nodula yang teraba, massa, dan keluarnya cairan
dari puting. Kegawat – daruratannya
ada masa kanak-kanak penyakit ini tidak begitu mengancam karena terjadi pada
masa dewasa (menarche). Sebab kemungkinan besar berhubungan dengan kelebihan
esterogen dan defisiensi progesterone selama fase luteal dari siklus
menstruasi. Secara patofisiologis
kira – kira 30% wanita dengan penyakit ini yang terbukti dengan biopsy
mengalami hyperplasia proliferative, yang meningkatkan resiko kanker payudara
hingga tiga kali resiko pada umumnya. Rujukannya,
untuk meredakan gejala nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat
rujukan, bidan memberikan analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.
2.3
Darurat Tidak Gawat
2.2.1
Infeksi
Pengertian
organisme (S. aureus atau streptokok) yang berhasil masuk dan mencapai jaringan
payudara melalui fisura pada putting dan menyebabkan merah, panas jika
disentuh, membengakak, dan nyeri tekan pada payudara. Kegawat – daruratannya sering ditemui pada postpartum semasa awal
laktasi namun dapat menimbulkan keganasan. Secara patofisiologis, bila terjadi abses, pasien perlu masuk ke rumah
sakit untuk mendapatkan antibiotic intravena, aspirasi, atau insisi dan jika
perlu drainase. Sebelum dirujuk bidan dapat memberikan penanganan berupa
pemanasan local, antipiretik dan analgesic ringan, pengosongan payudara berkala
dengan terus memberikan ASI dan/ atau memompa, dan terapi antibiotika oral.
2.4
Gawat Darurat
2.3.1
Trauma (Kontusio dengan lesi)
Pengertian
cedera pada payudara yang dapat sembuh secara spontan tetapi kadang – kadang
mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang terasa keras dan bentuknya tidak
teratur dan kadang – kadang menyebabkan retraksi kulit. Kegawat – daruratannya jika penanganan terlambat dan terjadi lesi
akan mengakibatkan karsinoma yang berujung pada kematian. Secara patofisiologis jika timbul lesi akan
mengakibatkan karsinoma. Bidan mendampingi pasien untuk dirujuk ke rumah sakit
dengan BAKSOKU.
2.3.2
Fibrokistik payudara (saat menarche)
Pengertian
perubahan jaringan payudara berupa pembentukan kista, proliferasi duktus
epithelial, papiloma tosis difusa, adenosis duktus dengan pembentukan jaringan
fibrosa. Yang dapat menimbulkan nodula yang teraba, massa, dan keluarnya cairan
dari putting. Kegawat – daruratannya,
saat dewasa (sudah menarche) terjadi kelebihan esterogen dan defisiensi
progesterone selama fase luteal dari siklus menstruasi. Dan meningkatkan resiko
kanker payudara hingga tiga kali resiko pada umumnya. Patofisiologisnya, kira – kira 30% wanita dengan penyakit ini yang
terbukti dengan biopsy mengalami hyperplasia proliferative, yang meningkatkan
resiko kanker payudara hingga tiga kali resiko pada umumnya. Untuk meredakan
gejala nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat rujukan, bidan
memberikan analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Onkologi payudara adalah ilmu
tentang penyakit pada payudara. Tindakannya dibedakan menjadi 3 yaitu gawat ≠
darurat, darurat ≠ gawat, dan gawat darurat. Sistem rujukan yang dilakukan
bidan:
1.
Gawat tidak darurat, antara lain fibroadenoma
(sistosarkoma filoides), papiloma intraduktal, dan fibrokistik payudara.
penatalaksanaanya. Memberikan surat pengantar rujukan dan memberikan analgesic
jika terjadi nyeri.
1.
Darurat tidak gawat, antara lain
infeksi. Penatalaksanaannya, sebelum dirujuk bidan dapat memberikan penanganan
berupa pemanasan local, antipiretik dan analgesic ringan, pengosongan payudara
berkala dengan terus memberikan ASI dan/ atau memompa, dan terapi antibiotika
oral.
2.
Gawat darurat, antara lain trauma
(Kontusio dengan lesi) dan fibrokistik payudara (saat menarche).
Penatalaksanaannya, mendampingi pasien dengan BAKSOKU, untuk meredakan gejala
nyeri payudara pada saat perjalanan menuju tempat rujukan, bidan memberikan
analgesic ringan dan pemanasan local pada pasien.
3.2
Saran
Bidan
harus bisa melakukan pemeriksaan sebagai tindakan terhadap keluhan pasien.
Bidan juga harus bisa mengidentifikasi tentang gejala penyakit ginekologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. 2006.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar