BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Teori Nifas
1. Pengertian
a. Masa
nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai
setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu.
(Sarwono, 2008:237)
b.
Masa nifas adalah masa
sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan
untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu.
(Siti
Saleha, 2009:4)
2. Tahap
Masa Nifas
a. Periode
Immediate Postpartum
Masa
segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena
itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode
Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada
fase ini bidan memastikan involusi uetri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periose
Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada
periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
(Siti
Saleha, 2009:4)
3. Kunjungan
Masa Nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
a. Mencegah
terjadinya perdarahan masa nifas
b. Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan
konseling kepada ibu atau keluarga salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uetri.
d. Pemberian
ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan
cara mempererat hubunagn antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
a. Memastikan
involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilikus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak bau.
b. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan
konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga agar bayi tetap hangat.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
a. Memastikan
involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan bau.
b. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasaca melahirkan.
c. Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan
konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bagaimana
bayi tetap hangat.
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
a. Menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu dan bayinya.
b. Memberikan
konseling KB secara
dini.
|
(Siti
Saleha, 2009:6)
4. Perubahan
fisiologis Ibu Nifas
A. Perubahan
Sistem Reproduksi
1. Uterus
a. Involusi
Proses
involusi :
·
Autolysis
-
Merupakan proses
penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterin.
-
Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga 10 kali panjangnya dari
semula, dan 5 kali lebarnya dari semula.
-
Sel – sel yang
terbentuk selama kehamilan akan menetap, inilah penyebab ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
·
Terdapat polymorph
phagolitik dan macrophages di dalam sistem vaskuler dan sistem limpatik.
·
Efek oksitosin
-
Intensitas kontraksi
uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga sebagai
respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar.
-
Hemostasis pasca partum
di capai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
-
Hormon oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
-
Selama 1-2 jam pertama
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera
setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
Perubahan normal di dalam uterus
selama postpartum :
Bobot uterus Diameter uterus
Pada akhir persalinan à 900 gram à 12,5 cm
Pada akhir minggu ke 1 à 450 gram à 7,5 cm
Pada akhir minggu ke 2 à 200 gram à 5,0 gram
Sesudah akhir 6 minggu à 60 gram à 2,5 cm
Tinggi fundus uteri pada masa nifas
:
Akhir persalinan → 2 jari di bawah pusat
Akhir minggu ke 1 →
pertengahan pusat – simfisis
Akhir minggu ke 2 →
tidak teraba di atas simfisis
Sesudah 6 minggu →
bertambah kecil
b. lochea
adalah
eksresi cairan rahim selama masa nifas.
Perubahan lochea
:
·
Lochea rubra (kruenta)
-
Keluar hari pertama
sampai hari ke-4 masa postpartum
-
Berwarna merah,
mengandung darah dari perobekan/ luka plasenta dan serabut dari desidua dan
chorion.
·
Lochea serosa
-
Keluar pada hari ke-5
sampai hari ke-9
-
Berwarna kecoklatan,
mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan atau laseerasi plasenta.
·
Lochea alba
-
Keluar sekitar hari
ke-10 dan hilang sekitar 2-4 minggu
-
Berwarna lebih pucat,
putih kekuningan, mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
2. vagina
dan perineum
·
Segera setelah
persalinan terjadi edema dan memar. Vagina dan muara vagina membentuk suatu
lorong luas berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya.
·
Setelah 1-2 hari
postpartum tonus otot vagina kembali celah vagina lebij besar dan tidak edema.
Vagina berdinding lunak, lebih besar dan umumnya longgar.
·
Ukuran menurun dengan
kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pasca partum. Akan tetapi,
latihan pengencangan otot perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan
wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada
akhir puerperium dengan latihan setiap hari.
3. laktasi
Produksi ASI masih dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak
terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak
dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal
ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Dua refleks pada ibu sewaktu menyusui
adalah refleks prolaktin dan refleks letdown (refleks aliran).
1. Refleks
Prolaktin
Sewaktu
bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak,
lalu memacu hipofise anterior, untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam
darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi
air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi
menghisap.
2. Refleks
Let-down (refleks aliran)
Rangsangan
yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain hipofise anterior mengeluarkan
hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone
oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan memacu
otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks
let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu tidak
merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan pada
payudara lain yang tidak sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh
kejiwaan ibu.
B. Perubahan
Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat penncernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), krang makan, haemoroid, laserasi
jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diet/ makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2
atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau
diberikan obat yang lain.
C. Perubahan
Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan
kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Kombinasi trauma akibat
keelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek
anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu untuk rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi
vagina, dan episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih.
D. Perubahan
Sitem Musculoskeletal
Dinding abdomen lunak setelah kelahiran
karena dinding ini meregang selama kehamilan. Semua wanita setelah melahirkan mengalami
beberapa derajat diastasis recti (pemisahan otot rectus abdomen). Seberapa
berat diastasis tergantung pada sejumlah faktor
:
§ Paritas
(pengembalian tonus otot yang sempurna akan semakin sulit jika paritasnya
tinggi)
§ Jarak
kehamilan (apakah wanita mempunyai waktu untuk mengembalikan tonus ototnya
sebelum hamil lagi)
E. Perubahan
Sistem Endikrin
Selama
proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
1. Hormone
plasenta
Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormone
plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar
gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
2. Hormone
pituitary
Hormone
pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. Hormone prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu
ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hipotalamik
pituitary ovarium
Hipotalamik
pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16 % dan 45 % setelah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapat menstruasi berkisar 40 %
setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90 % setelah 24 minggu.
4. Hormone
oksitosin
Hormone
oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadapa
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormone
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta serta mempertahankan kontraksi,
sehingga dapat mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin, sehingga dapat mmembantu involusi uteri.
5. Hormone
estrogen dan progesterone
Hormone
estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic sehingga dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone progesterone dapat mempengaruhi
otot halus sehingga mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal
ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina.
F. Perubahan
Tanda-Tanda Vital
Pada
masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1. Suhu
tubuh
Suhu
tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 oC. pasca meelahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 0C dari keadaan normal.
Kenaikan suhu suhu badan in akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan
payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus genetalis ataupun system lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 0C,
waspada terhadap infeksi postpartum.
2. Nadi
Denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut
nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum.
3. Tekanan
darah
Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat disebabkan
karena adanya perdarahan. Sedangkan tekanan darah menjadi tinggi pada
postpartum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi.
4. Pernafasan
Frekuensi
pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 x/ menit. Pada ibu postpartum
umumnya pernapasan lamabat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
G. Perubahan
Sistem Kardiovaskuler
Pasca
melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita
vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post partum.
H. Perubahan
Sistem Hematologi
Pada
minggu-minggu akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta factor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositas adalah meningkatkatnya
jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit
akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel
darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Pada awal
postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit bervariasi. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita
tersebut. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3
sampai 7 postpartum dan akan kembali normal dalam waktu 4 sampai 5 minggu
postpartum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih
200-500ml, minggu pertama postpartum berkisar 500-800ml dan selama sisa masa
nifas berkisar 500ml. (Hellen Varney;2007)
5. Adaptasi
Psikologi Ibu Nifas
Adaptasi
psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai
berikut :
-
Periode Taking In
·
Berlangsung 1-2 hariu
setelah melahirkan
·
Ibu pasif terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik.
·
Ibu menjadi sangat
tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat
dipenuhi orang lain.
·
Perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
·
Ibu mungkin akan
bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang
·
Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu
dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti
sediakala.
·
Nafsu makan bertambah
sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan
ketidaknormalan proses pemulihan
-
Periode Taking Hold
·
Berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan
·
Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
·
Ibu menjadi sangat
sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali
dukungan dari orang-orang terdekat
·
Saat ini merupakan saat
yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
·
Pada periode ini ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau
buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan,
serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
-
Periode Letting Go
·
Berlangsung 10 hari
setelah melahirkan.
·
Secara umum fase ini
terjadi ketika ibu kembali ke rumah
·
Ibu menerima tanggung
jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya
·
Keinginan untuk merawat
bayi meningkat
·
Ada kalanya
ibubmengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut
baby blues.
(
Herawati Mansur, 2009 : 154-155)
6. Laktasi
Laktasi
adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI. Faktor yang mempengaruhi proses
laktasi :
·
Reflek Prolaktin
Isapan
dari mulut bayi akan merangsang ujung – ujung saraf sensoris. Rangsang ini dilanjutkan
ke hipotalamus akan menekan faktor – faktor yang meningkatkan sekresi
prolaktin. Sekresi akan merangsang adenohipofiseuntuk mengeluarkan prolaktin
yang nantinya akan merangsang sel-sel alveoli untuk membuat susu.
·
Reflek Let Down
Reflek
ini dihasilkan karena adanya isapan bayi yang akan merangsang hipofisis
posterior mengeluarakan hormon oksitosin. Hormon ini akan membuat rahim
berkontraksi sehingga mempengaruhi kontraksi. Sel-sel mioepitelium kontraksi
dari sel-sel akan memeras air susu dari alveoli duktus laktiferus dan sinus
laktiferus menuju papila mammae dan keluarlah air susu dari payudara.
(Sarwono;2008:240)
·
Faktor-faktor yang
mempengaruhi ASI antara lain sbb:
-
Frekuensi pemberian ASI
-
Isapan bayi
-
Faktor psikologis
-
Faktor nutrisi
-
Penggunaan obat –
obatan
(Siti
Saleha,2009:24)
7. Perawatan
Masa Puerperium
Pada
masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk dijaga.
Langkah
– langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum
adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. Mengajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti
untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati Ibu untuk
membersihkan vulva dan anus setelah BAB/BAK.
-
Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
-
Sarankan ibu untuk
mengganti pembalut setidaknya 2 kali dalam sehari. Kain dapat digunakan ulang
jika dicuci dan dikeringkan dengan baik.
-
Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut.
2. Diet
gizi
Masalah
diet perlu mendapatkan perhatian khusus karena dengan nutrisi yanng baik dapat
mempercepat pennyembuhan ibu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu menyusui
harus memenuhi kebutuhan akan gizi yaitu mengkonsumsi tambahan kalori sebanyak
500 kalori tiap hari, makan berdasarkan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein. Mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter setiap hari,
tablet besi harus diminum menambah gizi (min 40 hari pp), minum kapsul vitamian
A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI.
3. Istirahat
dan tidur
Hal
– hal yang dapat dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
·
Anjurkan ibu agar
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
·
Sarankan ibu untuk
kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan, serta tidur siang
selagi bayi tidur
·
Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal diantaranya:
Ø Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi
Ø Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
Ø Menyebabkan
deppresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
4. Mobilisasi
dini
Merupakan
kengkin bidbijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan.
Keuntunngan mobilisasi dini yaitu ibu akan merasa lebih sehat dan kuat, faal
usus dan kandung kemih baik, memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengajarkan
kepada ibu cara merawat anaknya selama di rumah sakit.
(Siti
Saleha,2009:71)
5. Miksi
Harus
secepatnya dapat dilakukan sendiri 6 jam post partum harus sudah bisa kencing
sendiri. Tidak jarang wanita tidak dapat kencing sendiri akibat pada partus
muskulus sefingter vesika et uretra mengalami tekanan oleh kepala janin,
sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan wanita tersebut
tidak dapat berkemih sendiri walaupun sudah dirangsang dengan gemericik suara
air dari kran, kaki disiram dengan air, maka diperbolehkan untuk melakukan
kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terkena infeksi.
6. Defekasi
Defekasi/
buang air besar harus sudah dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan
timbul koprostase hingga sekibala tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi
fibris.
7. Perawatan
payudara
·
Menjaga payudara tetap
bersih dan kering terutama puting susu
·
Menggunakan BH yang
menyokong payudara
·
Apabila puting susu
lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar papila setiap kali
menyusu. Menjaga puting susu agar tidak lecet
juga dapat dilakukan dengan stimulasi puting susu
·
Apabila lecet sangat
berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam
(Sarwono,2008:242)
2.2 HPP (Haemorrogic Post Partum)
1.
Pengertian
§ Perdarahan
post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan
berlangsung.
(Manuaba,
1998: 295)
§ Perdarahan
post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah
melahirkan.
(Syaifuddin, 2002: M25)
2.
Macam-macam
perdarahan post partum
a. Perdarahan
post partum primer
Perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan
post partum sekunder
Perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan
sisa plasenta atau membrane.
(Manuaba,1998;295)
3.
Faktor-faktor
perdarahan post partum
§ Grande
multipara
§ Jarak
persalinan pendek kurang dari 2 tahun
§ Persalinan
yang dilakukan dengan tindakan, pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa.
(Manuaba,
1998: 295)
§ Perdarahan
pasca partus primer (dini)
Ø Atonia
uteri
Ø Retensio
plasenta
Ø Plasenta
rest
Ø Trauma
persalinan rupture uteri dan hematoma
Ø Gangguan
pembekuan darah
§ Perdarahan
pasca perut sekunder
Ø Plasenta
rest dan tertinggalnya selaput ketuban.
Ø Trauma
persalinan, bekas SC-pembuluh darah terbuka
Ø Infeksi
menimbulkan sub involusi bekas implantasi plasenta.
4.
Predisposisi
a. Keadaan
umum lemah-anemia
b. Multiparitas
c. Pasca
tindakan operasi vaginal
d. Distensi
uterus berlebihan
§ Hidramnion
§ Hamil
ganda
e. Kelelahan
ibu
§ Prolog
labour
§ Neglebed
labour
f. Trauma
persalinan
§ Robekan
vagina dan perineum
§ Robekan
serviks
§ Robekan
vorniks
§ Robekan
uterus
g. Gangguan
kontraksi : covulaire uteri
(Manuaba,2001: 427)
5.
Tatalaksana
Penanganan
a. Penanganan
umum
§ Pemasangan
infuse
§ Transfusi
darah
§ Pemberian
antibiotic
§ Pemberian
uterotonika
b. Pada
robekan serviks vagina dan perineum, perdarahan dilatasi dan jalan menjahit
c. Penanganan
khusus
§ Atonia
uteri
§ Retensio
plasenta
· Ruptura
uteri
· Tidak
terjadi infeksi
· Tidak
terjadi pendarahan
(Manuaba,2001:428)
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
- Pengkajian Data
A. `Data
Subyektif
1.
Biodata
Umur : < 17 tahun/ > 35 tahun
2.
Alasan Kunjungan
Ingin melahirkan
- Keluhan
Utama
Pusing dan perutnya
terasa mules,perdarahan ± 500cc
- Riwayat
Haid
Menarche : HPHT :
Siklus haid : TP :
Lama haid :
Banyak haid :
Keluhan haid :
- Riwayat
Pernikahan
Untuk mengetahui status pernikahan
- Riwayat
Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui status kesehatan
yang pernah diderita klien
- Riwayat
kesehatan sekarang
Keadaan ibu lemas,pusing dan perut
terasa mules
- Riwayat
Kesehatan Keluarga
Pada saat bersalin ada/ tidak
keluarga yang mengalami perdarahan setelah persalinan
- Riwayat
Kehamilan, kelahiran dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah dalam nifas
yang lalu pernah mengalami perdarahan
10. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
sekarang
a.
Riwayat kehamilan
§ ANC : minimal 4 kali selama hmil
§ TT : 2 kali
§ Hidramnion
§ Hamil
ganda
§ Grande
multipara
b.
Riwayat persalinan
-
UK :
-
Kehamilan tunggal/hidup/
-
Cara persalinan normal
-
Tgl lahir : ……, Hidup; sex
-
Tempat : ….., BBL : …..
-
Plasenta lahir lengkap, perdarahan : ......,episiotomi / tidak
§ Grande
multipara
§ Jarak
persalinan pendek kurang dari 2 tahun
§ Persalinan
yang dilakukan dengan tindakan, pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa.
§ Perdarahan
pasca partus primer (dini)
Ø Atonia
uteri
Ø Retensio
plasenta
Ø Plasenta
rest
Ø Trauma
persalinan rupture uteri dan hematoma
Ø Gangguan
pembekuan darah
§ Perdarahan
pasca partus sekunder
Ø Plasenta
rest dan tertinggalnya selaput ketuban.
Ø Trauma
persalinan, bekas SC-pembuluh darah terbuka
Ø Infeksi
menimbulkan sub involusi bekas implantasi plasenta.
c. Riwayat Nifas
§ lochea
serosa (berwarna kuning cair tidak berwarna lagi)
§ Keadaan
umum lemah-anemia
§ Multiparitas
§ Pasca
tindakan operasi vaginal
§ Distensi
uterus berlebihan
§ Trauma persalinan
· Robekan
vagina dan perineum
· Robekan
serviks
· Robekan
vorniks
· Robekan
uterus
§ Gangguan
kontraksi : covulaire uteri
11. Riwayat
KB
Setelah masa nifas ikut
KB yakni 2 minggu post partum/ 40 hari post partum
12. Pola
Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola
Nutrisi
Ibu menyusui
harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil zat besi harus
diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat
besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
b.
Pola Aktifitas
Melakukan mobilisasi dini lalu bertahap
setelah ibu merasa kuat
c. Pola Istirahat
- Adakah
gangguan dan kebiasaan khusus dalam beristirahat
- Berapa
jam waktu istirahat (pada waktu siang dan malam)
d.
Pola Eliminasi
BAK
: hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang penuh
dapat menyebabkan perdarahan.
BAB
: Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak
bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
e. Personal Hygiene
Anjurkan ibu
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mulai depan kebelakang yaitu
dari vulva ke anus. Sarankan untuk mengganti pembalut minimal 2x sehari, sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
alat kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan
untuk tidak menyentuh luka tersebut.
f. Pola
Hubungan Seksual
Dalam
kehamilannya selama ini ibu masih melakukan hubungan suami istri/tidak sama
sekali.Berapa kali dalam satu minggu.
g.
Pola Kebiasaan Lain
Untuk mengetahui
kebiasaan ibu yang mengganggu kesehatan selama hamil seperti minum minuman
keras,jamu-jamuan
13. Keadaan
Psikososial, Spiritual dan Budaya
- Psikologis
·
Fase “Taking In” (ketergantungan)
Perhatikan ibu terutama terhadap
kebutuhan diri sendiri, pasif dan berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan
kontak dengan bayinya, tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
·
Fase “Taking Hold” (perpindahan dari
ketergantungan ke mandiri)
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi
fungsi tubuh, misalnya :BAB, BAK, melakukan aktivitas duduk, jalan dan juga
mulai belajar tentang perawatan anaknya. Sering timbul kurang percaya diri.
·
Fase “Letting Go” (perpindahan dari
mandiri ke peran ibu)
Terjadi peningkatan kemandirian dalam
perawatan diri dan bayinya.Merasa bayi terpisah dari dirinya.
-
Sosial Budaya
Hubungan antara ibu dengan suami,keluarga dan
masyarakat dilingkungan sekitarnya.Adanya pantang makan selama hamil dan
menyusui.
- Spiritual
Agama yang dianut ibu dan keluarga
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
BB : Kenaikan BB
dari sebelum dan selama hamil 9-13kg
TD :
meningkat lebih dari 130/100 mmHg
Suhu : meningkat lebih dari 370C
Nadi : meningkat lebih dari 88x/menit
Respirasi : meningkat lebih dari 24x/menit
2. Pemeriksaan
fisik
a. Inspeksi
Muka : anemis, tidak oedem
Mata : seklera tidak ikterus, congjungtiva anemis
Bibir : kering dan anemis
Payudara :
hyperpigmentasi aerola mamae, hypervakularisasi, putting susu menonjol
Perut : TFU setinggi pusat, tidak ada bekas luka SC,
ada strie, tidak ada benjolan abnormal
Genetalia
: bersih, lochea rubra, ada/ tidak jahitan, perdarahan ± 400cc
b. Palpasi
Payudara : konsistensi, tidak ada benjolan / massa
abnormal, keluar ASI +/+, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : TFU setunggi pusat, UC : lembek, kandung kencing
penuh,ada nyeri tekan
3. Data bayi:
Jenis kelamin :
BB/PB :
2500 s/d 4000 gram/ 45 s/d 55 cm
KU :
Baik
AS :
8 – 9
Tidak ada kelainan kongunital, tidak ikterus
4. Pemeriksaan
Laboratorium
Golongan Drah :
HB : normal 8-9%
5. Terapi
- Pasang
Infus
-
Tranfusi darah
-
Pemberian antibiotic
-
Pemberian uterotonika
II.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
DX : P….Ab…. 2 jam post partum
dengan HPP
DS :
DO : - Keadaan umum :
lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : meningkat lebih dari
130/100 mmHg
- Suhu : meningkat lebih dari
370C
- Nadi : meningkat lebih dari
88x/menit
- Respirasi : meningkat lebih dari
24x/menit
- Muka
: anemis, tidak oedem
- Mata : seklera tidak ikterus, congjungtiva anemis
- Bibir : kering dan anemis
- TFU
setinggi pusat,UC lembek,kandung kencing penuh,ada nyeri tekan
- Perdarahan
± 500cc warnanya merah kehitaman dan bergumpal-gumpal,ada jahitan pada perineum
III.
Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
·
Infeksi
·
Anemia
·
Syok hemoragic
·
HHP Skunder
·
Terjadi Sub involusi
IV.
Identifikasi
Kebutuhan Segera
·
Infus
·
Pemberian antibiotika
·
Pemberian uterotonika
·
Cari penyebab perdarahan
·
Masase uterus
V.
Intervensi
DX : P….Ab….
2 jam post partum dengan HPP
Tujuan : Perdarahan berhenti/dapat diatasi
Kriteria hasil :
-
TTV dalam batas normal
-
Tidak terjadi komplikasi
-
Proses involusi berjalan dengan baik
-
Lochea keluar sesuai hari nifas
Intervensi
:
1. Pasang
Infus
R/ Mengganti cairan yang hilang
2. Berikan
uterotonika
R/ Mempertahankan kontraksi agar
membaik
3. Cari
penyebab perdarahan
R/ Mendeteksi sumber penyebab
perdarahan
4. Lakukan
masase uterus
R/ Merangsang kontraksi uterus
5. Observasi
perdarahan
R/ Parameter untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut
6. Berikan
antibiotik
R/ Membunuh mikroorganisme patologi
dalam tubuh
VI.
Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi
Tanggal : jam :
DX :
P….Ab…. 2 jam post partum dengan HPP
VII.
Evaluasi
Tanggal : Jam :
DX :
P….Ab…. 2 jam post partum dengan HPP
S :
O :- Terpasang infuse
- Penyebab perdarahan tertinggalnya sisa
plasenta,atonia uteri,robekan jalan lahir,penyakit darah/kelainan pembekuan
darah
- Pemberian uterotonika (metergin o,2mg) dan
antibiotic (amoxilin 500mg)
- Perdarahan ± 500 cc,UC lembek,TFU setinggi
pusat,kandung kencing penuh
- TD : meningkat
lebih dari 130/100 mmHg
- S :
meningkat lebih dari 370C
- N :
meningkat lebih dari 88x/menit
- RR: meningkat lebih dari 24x/menit
A : P….Ab…. 2 jam post partum dengan HPP
P : - Observasi
jumlah perdarahan
- Observasi KU dan TTV
- Observasi 2 jam post partum
-
Observasi KU ibu dan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Cristine ibrahim. 1996. PERAWATAN KEBIDANAN jilid 3. jakarta : Bratara
Muchtar rustam, 1998. SINOPSIS OBSTETRI Obstetri Fisiologis,
Obstetri
patologis edisi 2. Jakarta : EGC
Marillin,
E Doengus. 2002. RENCANA PERAWATAN
MATERNITAS
dan
BAYI. Jakarta :EGC
Saifudin
AB. 2002. BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN
KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL. Jakarta : YBP-SP
Wiknjosastro Hanifa, 1999 ILMU KEBIDANAN. Jakarta :YSB-SP
FKUI, 1998. ILMU KESEHATAN ANAK
JILID 1 dan 3, Jakarta: FKUI
Saleha,dkk. Asuhan Kebidanan Antenatal.
2006. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.
2008. Jakarta : BP-SP
Mansur, Herawati. Psikologi Ibu dan Anak
untuk Kebidanan. 2009. Jakarta:Penerbit Salemba
Varney, Helen. Buku Ajar-Asuhan Kebidanan.
2007. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar