BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Di Indonesia, demam typhoid dapat ditentukan
sepanjang tahun. Ada
penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada musim penghujan. Ada pula yang mendapatkan
hasil penelitian pada peralihan antara musim kemarau dan musim penghujan.
Insiden tertinggi demam typhoid didapatkan pada
anak-anak berumur satu tahun. Sebagian besar (80 %) pasien yang dirawat,
dibayar kesehatan anak FKUI – RSCM Jakarta berumur 5 tahun (Buku Keperawatan
Anak Sakit, Ngastiah, hal 155)
Terdapat dua penularan salmonella typhoid yaitu
pasien dengan demam typhoid karier di daerah endemik transmisi terjadi melalui
air yang tercemar salmonella typhosa. Sedang di daerah non endemik transmisi
terjadi melalui makanan yang tercemar oleh karier.
Penderita demam typhoid perlu mendapatkan penanganan
dini, yaitu isolasi, desinfeksi pakaian, istirahat selama demam hingga dua
minggu, diit tinggi kalori, tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serta.
Penanganan dini yang di lakukan pada penderita demam typhoid bertujuan untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya dampak yang tidak di inginkan misalnya
perdarahan usus, perforasi usus, pentanitis, dehidrasi dan asidosis.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu menerapkan
manajement kebidanan verney sesuai dengan kasus demam typhoid.
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulkan
data pada anak dengan demam typhoid
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa,
masalah dan kebutuhan pada anak dengan demam typhoid
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah
potensial pada anak dengan demam typhoid
4. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan segera
pada anak dengan demam typhoid
5. Mahasiswa dapat merencanakan rencana yang
akan dilakukan pada anak dengan demam typhoid
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana yang
telah direncanakan pada anak dengan demam typhoid
7. Mahasiswa mampu atau telah bisa
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai setelah dilakukan
tindakan pada anak dengan demam typhoid
1.3
Manfaat
1.3.1
Bagi
Klien
Asuhan kebidanan ini dapat
dijadikan sebagai pengetahuan mengenai penyakit demam typhoid.
1.3.2
Bagi
Penulis
Asuhan kebidanan ini dapat
dijadikan sebagai acuan dalam penatalaksanaan kebidanan pada anak dengan demam typhoid
1.3.3
Bagi
Pendidikan
Asuhan kebidanan ini dapat dipakai sebagai bahan
kepustakaan
1.3.4
Bagi
Lahan Praktek
Asuhan kebidanan ini sebagai masukan
untuk menerapkan manajement kebidanan.
1.4
Cara Pengumpulan Data
1.4.1
Wawancara
Dengan cara tanya jawab langsung dengan pasien
1.4.2
Dokumentasi
Pengambilan data dari reka meolik pasien
1.4.3
Observasi
Pengambilan data dari mengobservasi
langsung keadaan pasien sehingga data tepat dan akurat
1.4.4
Study
Pustaka
Pengumpulan data menggunakan buku literatur.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori Typhoid
2.1.1
Definisi
a.
Tifus
abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta, 2000 : hal 432).
b.
Tifus
abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran (perawatan anak sakit,
Ngastiah, hal 155 : Ilmu kesehatan anak, 1985, hal 593).
c.
Tifus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 1 mg dan terdapat gangguan kesadaran
(Asuhan Keperawatan Anak Sakit, 2001, hal 281).
2.1.2
Etiologi
Penyebab
penyakit salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar, tak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen
„O“ (somatik terdiri dari kompleks (ipo polisakardia), antigen „H“ (Flagela)
dan antigen „Vi“
2.1.3
Patofisiolgi
Kel. Limfoid usus halus
|
Hati
¯
|
Limpa
¯
|
Endotoxin
¯
|
Tukak
|
Hepatomegali
|
Splenomegali
|
`demam
|
¯
|
|
|
|
Perdarahan & perforasi
|
nyeri perabaan
|
|
|
2.1.4
Gambaran
Klinis
Gambaran klinis pada anak
biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan. Jika melalui minuman terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
pada badan (malaise), lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu
makan berkurang.
Menyusul gambaran klinis yang
biasa ditemukan adalah
1. Demam
Berlangsung 3 minggu bersifat
remiten dan suhu tidak tinggi sekali selama minggu pertama suhu tubuh berangsur
angsur naik setiap hari. Biasanya
menurun di pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor
(Coaked Tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, dalam
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus), hati limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Sering terjadi konstipasi tetapi juga
dapat diare atau normal
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien
menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang
terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola (bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit)
ditemukan pada minggu pertama, demam, kadang juga ditemukan bradikardi dan
epistaksis pada anak besar.
2.1.5
Pemeriksaan
Diagnosa
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif dan ancosinofil pada permulaan sakit, mungkin terdapat
anemia dan trombositopenia ringan.
b. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan
widal
Biakan empedu untuk menemukan
salmonella typhosa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan
diagnosis tifus abdominalis secara pasti .
Untuk membuat diagnosis yang
di perlukan ialah titer, zat anti terhadap antigen „O“ yang bernilai 1/200 CO
atau lebih dan menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat
diagnosis.
Titer terhadap antigen „H“
tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapatkan
imunisasi atau bila pasien telah lama sembuh
2.1.6
Penatalaksanaan
Terapeutik
a. Isolasi Pasien, desinfeksi pakaian dan
ekstreta
b. Perawatan yang baik utuk menghindari komplikasi,
mengingat sakit yang lama, lemah, anorexia, dan lain-lain
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 mg
setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak
panas lagi, bila berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d. Diet makanan harus mengandung cukup
cairan, kalori tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung serat,
tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran
pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik dapat pula diberikan makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah klorofenikal, kecuali
jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoxazol.
Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi yaitu 100 mg /kg BB /hari (maksimal
2 gram /hari), diberikan 4 kali / hari peroral intravena
f. Bila terdapat kombinasi terapi disesuaikan
dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan
intravena dan sebagainya.
2.1.7
Penatalaksanaan
Keperawatan
Beberapa masalah yang dapat timbul
pada pasien dengan typhoid antara lain :
1. Kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung
2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan penurunan kesadaran
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan istirahat total
5. Hipertemi berhubungan dengan proses
infeksi
Perencanaan
terhadap masalah-masalah tersebut dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan
nutrisi terpenuhi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya
kebutuhan cairan
3. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
penurunan kesadaran yang lebih lanjut
4. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai
dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan anak.
5. Anak akan menunjukkan tanda-tanda vital
dalam batas normal
Pelaksanaan
/ implementasi terhadap intervensi masalah-masalah tersebut diatas, yaitu :
1. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
·
Menilai
status nutrisi anak
·
Ijinkan
anak untuk memakan makanan yang dapat di toleransi anak, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pad saat selera makan anak meningkat.
·
Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi
·
Menganjurkan
kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi kecil tetapi
sering
·
Menimbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
·
Mempertahankan
kebersihan mulut anak
·
Menjelaskan
pentingnyaintake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
·
Koleborasi
untuk memberikan makanan melalui parental jika pemberian makanan melalui oral
tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
2. Mencegah kurangnya volume cairan
·
Mengobservasi
tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap empat jam
·
Monitor
tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan turgor tidak elastis, ubun-ubun
cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah
·
Mengobservasi dan mencatat intake dan out put
dan mempertahankan intake intake dan out put yang adekuat
·
Memonitor
dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dengan skala yang sama
·
Memonitori pemberian cairan melalui intravena
setiap jam
·
Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat
(Insesible water loss / iwl) dengan memberikan kompres atau dengan tepid sponge
·
Memberikan antibiotik fungsi persepsi sensori
3. Mempertahankan fungsi persepsi sensori
·
Kaji
status neurologi
·
Istirahatkan
anak hingga suhu badan dan tanda-tanda vital stabil
·
Hindari
aktivitas yang berlebihan
·
Pantau
tanda-tanda vital
4. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
·
Mengkaji
aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan anak.
·
Menjelaskan
kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat di lakukan hingga
demam
·
Membantu
memnuhi kebutuhan dasar anak
·
Melibatkan
peran keluarga dalam memnuhi kebutuhan dasar anak
5. Mempertahankan suhu dalam batas normal
·
Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertemia
·
Observasi
suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
·
Beri
minum yang cukup
·
Beri
kompres air biasa
·
Lakukan
tepid spone (seka)
·
Pakaiakan
baju yang tipis dan menyerap keringat
·
Pemberian
obat antipireksia
·
Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2.1.8
Komplikasi
-
Perdarahan
-
Pervorasi
-
Peritonitis
|
-
Meningitis
-
Kolestsisis
-
Ensetelopati
|
2.1.9
Prognosis
Prognosis
pada anak baik asal pasien cepat berobat mortalitas pada pasien yang di rawat
ialah 6 %. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapaty gambaran klinik yang
berat seperti :
-
Demam tinggi
-
Kesadaran menurun (sopor, koma atau delirium)
- Terdapat komplikasi menurun yang berat
(dehidrasi, asidosis, perforasi)
2.2
Askeb Teori
2.2.1 Pengkajian Data
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama dan alamat.
2. Keluhan utama
Perasaan tidak enak pada
badan, lesu, nyeri kepala, nafsu makan kurang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Panas lebih dari 3 hari,
menurun di pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah / tidak
terinfeksi salmonela typhosa
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah
atau sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga yang meliputi penyakit
menular atau menurun.
6. Riwayat neonatus
a. Prenatal
Riwayat yang menyatakan sejak
dalam kandungan.
b. Natal
Riwayat dimana kandungan telah
berakhir / pada waktu persalinan.
c. Post natal
Riwayat dimana sesudah masa
kandungan berakhir (setelah persalinan).
7. Riwayat imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa
saja yang sudah didapat oleh pasien.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan
sehari-hari yang dilakukan pasien
a. Pola nutrisi
Variasi (berbagai bentuk)
makanan apa saja yang dikonsumsi, frekuensi, komposisi dan porsi yang
dikonsumsi oleh pasien.
b. Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas apa
saja yang bisa dilakukan oleh pasien.
c. Pola istirahat tidur
Untuk mengetahui berapa lama
waktu istirahat anak terganggu atau tenang.
d. Pola eliminasi
BAB : Frekuensi,
konsistensi ® konstipasi.
BAK : Hematuria,
anuria
B. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
TTV : T : Umumnya normal.
N : Nadi
bisa kecil cepat dan dangkal tergantung berat ringannya penyakit, kadang
terjadi bradikardi.
S : Umumnya
terjadi demam tapi tidak tinggi sekali, terutama pada malam / sore hari dan
menurun pada pagi hari.
RR : Umumnya normal.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala,
bagaimana warna rambut.
Muka : Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak,
pucat atau tidak.
Mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau
tidak, warna sklera ikterus atau tidak.
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada
sekret / tidak, ada polip / tidak.
Gigi & Mulut : Bibir kering atau tidak, gigi dan mulut bersih
atau tidak, ada stomatitis / tidak, lidah kotor / tidak.
Telinga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih
atau tidak.
Leher : Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada /
tidak pelebaran vena jugularis.
Dada : Thorax ® ada retraksi interkosta, ada wheezing dan
ronchi / tidak.
Perut : Perut sering kembung / meteorismus, kadang
hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Genetalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan /
tidak.
Ekstremitas : Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahuio adanya typhoid, yaitu :
-
Darah
tepi
Terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif dan aneosinofil pada permulaan sakit, mungkin terdapat
anemia dan trombositopeni ringan.
-
Widal
§ Untuk membuat diagnosis yang diperlukan
ialah titer, zat anti terhadap antigen ”O” yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk kebutuhan diagnosis.
§ Titer terhadap antigen ”H” tidak
diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi
/ bila pasien lelah sembuh lama.
2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan
kebutuhan
Diagnosa dan masalah yang muncul dari hasil pengumpulan data yaitu secara
subyektif maupun obyektif.
2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial
-
Dehidrasi
-
Pervorasi
usuh
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tindakan segera yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah
penyakit atau masalah yang berlanjut.
2.2.5 Intervensi
DX : An. ”…..” Umur …….. dengan typhoid.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu ………. Diharapkan kondisi pasien stabil dan tidak
terjadi komplikasi.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada px dan keluarga
R / Terjadi
hubungan kerja sama yang baik antara px dan keluarga sehingga timbul
kepercayaan kepada petugas.
2. Jelaskan keadaan px saat ini kepada
anggota keluarga
R / Informasi
mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan.
3. Batasi gerak anak hingga demam
berangsur-angsur turun
R / Mencegah
demam berkepanjangan, mencegah terjadinya pervorasi usus.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet
TKTP, rendah serat dan tidak merangsang dan anjurkan orang tua untuk memberikan
makanan porsi kecil tapi sering
R / Diet
yang sesuai dapat memaksimalkan kerja usus dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Makanan
dalam porsi kecil tapi sering mengurangi kerja lambung dan menyesuaikan dengan
nafsu makan anak.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat yang sesuai
R / Mempercepat
proses penyembuhan.
2.2.6 Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang ditetapkan namun dalam kegiatan
tertentu tindakan yang harus dilakukan disesuaikan dengan kondisi anak.
2.2.7 Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan
S : Pernyataan subyektif yang ditanyakan pasien.
O : Keadaan pasien yang dapat diamati secara
langsung oleh petugas.
A : Pernyataan tentang gangguan yang terjadi
apakah sudah teratasi atau belum.
P : Rencana / intervensi yang akan dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar