Jumat, 28 September 2012

KANKER SERVIKS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tumor ganas juga bisa disebut dengan carcinoma (kanker). Umumnya, lebih serius dan mungkin mengancam nyawa. Sel-sel kanker dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Juga sel-sel kanker dapat pecah keluar dari suatu tumor ganas dan merusak ke dalam aliran darah atau system getah bening (system Limfatik) . Sel-sel kanker menyebar dari tumor asal membentuk tumor-tumor baru pada organ-organ lain. Penyebaran dari kanker disebut metastasis.
      Tumor adalah:
1. Pembengkakan → satu dari tanda cardinal peradangan, pembesaran yang marbid
2. Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Tumor ganas pada alat genital bermacam-macam yakni tumor ganas pada vulva, tumor ganas pada vagina, tumor ganas pada serviks uteri (Leher rahim), tumor ganas pada korpus uteri (Badan Rahim) serta tumor ganas pada adneksa (Tuba Falloppi=saluran telur, dan ovarium=indung telur).
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tentang tumor ganas lenih ditekankan untuk melakukan pemeriksaan ginekologis. Sistematika pemeriksaan ginekologi selalu dimulai dengan memperhatikan (inspeksi) vulva, kemudian vagina, akhirnya porsio (pars vaginalis servisis uteri) seterusnya meraba ke serviks uteri, korpus uteri, dan akhirnya adneksa (kedua tuba dan ovarium) melalui toucher vaginal maupun rektal dan rektovaginal. Mengingat proses ganas merupakan kelainan sistematik, bukan lokal ataupun loko-regional, keberhasilan penanganannya perlu ditekankan kepada upaya pencegahan dan penemuan dini yang diikuti oleh penanganan yang benar.( Dikutip dari buku Ilmu Kandungan, Sarwono.20007:hal 367)




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kanker serviks dan diagnosanya?
2.      Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?
3.       Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks?
4.      Bagaimana cara pencegahan dan penatalaksanaan kanker serviks?


1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari kanker serviks dan diagnosanya.
2.      Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker servik.
3.      Memahami faktor-faktor resiko kanker serviks.
4.      Memahami pencegahandan penatalaksanaan kanker serviks.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi pada wanita diseluruh dunia, dan masih merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita di negara – negara berkembang. Di Amerika Serikat, kanker servik merupakan neoplasma ganas nomer 4 yang sering terjadi pada wanita., setelah Ca mammae, kolorektal, dan endometrium. Insidensi dari kanker servik yang invasif telah menurun secara terus menerus di Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir, namun terus meningkat di negara – negara berkembang. Perubahan tren epidemiologis ini di Amerika Serikat erat kaitannya dengan skrining besar – besaran dengan Papanicolaou tests (Pap smears).
Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Setengah juta kasus dilaporkan setiap tahunnya dan insidensinya lebih tinggi di negara sedang berkembang. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan belum rutinnya program skrining pap smear yang dilakukan. Di Amerika latin, gurun Sahara Afrika dan Asia tenggara termasuk Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara.
Di Indonesia dilaporkan jumlah kanker serviks baru adalah 100 per 100.000 penduduk per tahun atau 180.000 kasus baru dengan usia antara 45-54 tahun dan menempati urutan teratas dari 10 kanker yang terbanyak pada wanita. Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks dihubungkan dengan jenis human papilomma virus (HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk.

2.2  Patofisiologi Kanker Serviks
Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi dengan virus Papilloma Manusia (HPV) yang dikeluarkan secara seksual.
Karsinoma serviks infasif terjadi bila tumor menginvasi epitelkum masuk kedalam stroma serviks. Kanker serviks menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal infasif dapat menginvasi atau meluas kedinding vagina, ligamentum kardinal, dan rongga endometrium.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma servikal pra infasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma infasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat-saat awal. Sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria, atau perdarahan rektum.
Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia (fungsi hati dan ginjal), foto thorak, sistoskopi, proktosigmoidoskopi dan CT scan. Pengobatan karsinoma serviks infasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah, terapi iradiasi, kemotherapi, atau kombinasi metode-metode tersebut.

2.3  Kanker Serviks Diagnosa

Inspeksi Visual

Inspeksi visual leher rahim, dengan menggunakan asam asetat atau yodium Lugol untuk menyoroti lesi prakanker sehingga mereka dapat dilihat dengan "mata telanjang", menggeser identifikasi prakanker dari laboratorium untuk klinik. Prosedur semacam itu menghilangkan kebutuhan untuk laboratorium dan transportasi spesimen, membutuhkan peralatan yang sangat kecil dan menyediakan wanita dengan hasil tes langsung.
Berbagai medis profesional-dokter, perawat, bidan atau profesional secara efektif-dapat melakukan prosedur tersebut, asalkan mereka menerima pelatihan dan pengawasan yang memadai. Sebagai tes skrining, VIA melakukan sama atau lebih baik dibandingkan sitologi serviks secara akurat mengidentifikasi di pra-kanker. Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian di mana dokter terlatih dan penyedia tingkat menengah diidentifikasi dengan benar antara 45% dan 79% dari wanita berisiko tinggi mengembangkan kanker serviks. Sebagai perbandingan, kepekaan sitologi telah terbukti menjadi antara 47 dan 62% Perlu dicatat,. Namun, sitologi yang memberikan spesifisitas yang lebih tinggi dari VIA. Seperti sitologi, salah satu keterbatasan VIA adalah bahwa hasil yang sangat tergantung pada keakuratan interpretasi individu. Ini berarti bahwa pelatihan awal dan terus-menerus kontrol kualitas adalah sangat penting.
VIA dapat menawarkan keuntungan signifikan atas Pap dalam pengaturan sumber daya rendah, terutama dalam hal cakupan skrining meningkat, peningkatan tindak lanjut perawatan dan kualitas program secara keseluruhan. Karena kebutuhan personil khusus yang lebih sedikit dan infrastruktur kurang, pelatihan, dan peralatan, dengan VIA sistem kesehatan masyarakat dapat menawarkan skrining kanker serviks di lebih terpencil (dan kurang dilengkapi) pengaturan kesehatan dan dapat mencapai jangkauan yang lebih tinggi. Selain itu, penyedia layanan dapat berbagi hasil VIA dengan pasien segera, sehingga memungkinkan untuk layar dan mengobati wanita selama kunjungan yang sama. Hal ini membantu memastikan bahwa perawatan lanjutan dapat diberikan di tempat dan mengurangi jumlah perempuan yang mungkin kehilangan pengobatan karena mereka tidak mampu kembali ke klinik di lain waktu. Dalam sebuah "layar dan mengobati" proyek di Peru, misalnya, hanya 9% dari perempuan yang diskrining positif gagal untuk menerima perawatan dalam pendekatan tunggal-kunjungan, dibandingkan dengan 44% dari perempuan yang hilang untuk pengobatan menggunakan model kunjungan multi- .
VIA telah berhasil dipasangkan dengan krioterapi, metode yang relatif sederhana dan murah untuk mengobati lesi serviks yang dapat dilakukan oleh dokter perawatan primer dan penyedia tingkat menengah.

Biopsi prosedur

Sementara pap smear adalah tes skrining yang efektif, konfirmasi diagnosis kanker serviks atau pra-kanker memerlukan biopsi serviks. Hal ini sering dilakukan melalui kolposkopi, inspeksi visual leher rahim diperbesar dibantu dengan menggunakan asam asetat encer (misalnya cuka) solusi untuk menyorot sel-sel abnormal pada permukaan serviks. Meskipun karsinoma sel skuamosa adalah kanker serviks dengan kejadian yang paling, kejadian adenokarsinoma serviks telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
·         karsinoma sel skuamosa (sekitar 80-85%)
·         adenokarsinoma (sekitar 15% dari kanker serviks di Inggris)
·         adenosquamous karsinoma
·         karsinoma sel kecil
·         neuroendokrin karsinoma
Karsinoma non-keganasan yang jarang dapat terjadi di leher rahim termasuk
·         melanoma
·         limfoma
Perhatikan bahwa tahap FIGO tidak memasukkan keterlibatan node getah bening berbeda dengan pementasan TNM untuk sebagian besar kanker lainnya.
Untuk kasus-kasus pembedahan, informasi yang diperoleh dari ahli patologi dapat digunakan dalam menetapkan tahap patologis terpisah tapi tidak untuk menggantikan stadium klinis asli.
Untuk perubahan displastik premaligna, yang CIN (neoplasia intraepitel serviks) grading digunakan.

Pementasan

Kanker serviks dipentaskan oleh Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO) pementasan sistem, yang didasarkan pada pemeriksaan klinis, bukan temuan bedah. Hal ini memungkinkan hanya tes diagnostik berikut ini untuk digunakan dalam menentukan panggung: palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi, Proktoskopi, urografi intravena, dan X-ray pemeriksaan paru-paru dan kerangka, dan conization serviks.
Pementasan sistem TNM untuk kanker serviks adalah analog ke tahap FIGO.

2.4  Faktor Resiko
a.       Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko kanker serviks. Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks. Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks. Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda terhadap kanker serviks.

b.      Faktor Kebersihan
·         Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan,  yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal.
·         Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.
·         Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon, kardus, dan lain-lain.
·         Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
c.       Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi trauma pada serviks. Tidak melakukan Pap Smear secara rutin. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear, kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan semakin baik.
2.5  Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
 Jenis Pencegahan:
1.      Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontak dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses karsinogen.
2.      Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal.
2.6  Penatalaksanaan
Pembagian stadium kanker seviks berdasarkan FIGO
a.       Stadium 0        : karsinoma insitu, cervical intraepithelial neoplasia 3 ( CIN 3 )
b.      Stadium I        : karsinoma hanya terbatas pada serviks ( perluasan ke korpus uteri harus dikesampingkan )Stadium la       : karsinoma preklinik, hanya dapat didiagnosis dengan menggunakan mikroskop.  Invasi stromal dengan kedalaman maksimal 5,0 mm dan perluasan horisontal ,7,0 mm. Kedalaman invasi harus tidak melebihi 5,0 mm dari basal epithel jaringan asal- superfisial atau glanduler. Keterlibatan vascular space - venous atau limfatik tidak merubah stadium
Ia1        :   Kedalaman invasi stromal < 3,0 mm, perluasan    horisontal tidak melebihi 7,0 mm
Ia2        : Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan < 5,0 mm, perluasan horison tal     tidak melebihi 7,0 mm.
Stadium Ib      : Lesi-lesi yang tampak secara klinik terbatas pada serviks atau kanker preklinik yang lebih besar daripada stadium la+++  
Ib 1       : Lesi < 4 cm
Ib2        : Lesi > 4 cm
c.       Stadium II       : Karsinoma meluas diluar serviks, tetapi belum sampai dinding pelvis;                           karsinoma tumbuh ke dalam vagina, tetapi tidak sampai sepertiga bagian bawah
Stadium IIa     : tidak ada perluasan kedalam parametriumStadium IIb     : Ielas ada perluasan ke parametrium
d.      Stadium III     : Karsinoma telah meluas sampai dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal tidak terdapat ruangan bebas karsinoma antara tumor dan dinding pelvis; tumor tumbuh sampai sepertiga bagian bawah vagina. Adanya hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi masuk dalam stadium ini, kecuali disebabkan karena kelainan lain.
Stadium IIIa   : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi pertumbuhan tumor sampai sepertiga bagian bawah vagina
Stadium IIIb      : Perluasan sampai dinding pelvis atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi
e.       Stadium IV     : Karsinoma telah meluas sampai diluar pelvis minor atau secara klinik telah           tumbuh kedalam mukosa kandung kencing atau rektum ( terbukti dari hasil biopsi )Stadium IVa   : Pertumbuhan tumor ke dalam organ-organ sekelilingnya
Stadium IVb   : Perluasan ke organ-organ jauh
Penatalaksanaan pengobatan  kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah sebagai berikut: : 
¾    StadiumIA1      Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan  dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjaut.
IA2      Operasi1.      Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis2.      Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo-vaskular3.     Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
IBI/IIA           £ 4 cm Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas         
 Operasi1.      Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb para-aorta2.      Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi3. 
Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)     
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)IB2/IIA > 4 cm        
Kemoradiasi            Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu             selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan             radiasi diperluas.  
-          Operasi            Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis        
-          Neoadjuvan kemoterapi (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi radikal dan             limfadenektomi pelvis IIB, III, IVA             
-          Kemoradiasi            Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu            selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan             radiasi diperluas            Eksenterasi            Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul,             terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
IVB atau residif            Residif lokal sesudah operasi1.      Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2.        Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul            
Pengobatan adjuvan            Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah mengevaluasi hasil operasi, secara komprehensif, karena pengobatan tambahan / ajuvan didasarkan pada berbagai faktor. Pilihan terapi adjuvan yang bisa diberikan adalah kemoradiasi,kemoterapi atau hanya radiasi. Faktor   prognosis yang digunakan saat ini meliputi faktor kliniko-patologik yaitu umur,stadium, besar lesi, jenis histologi, derajat diferensiasi,deep cervical stromal invasion, invasi limfo-vaskuler, metastase kelenjar getah bening.Sedangkan faktor biomolekuler yang banyak diteliti adalah molekul adesi sel E-kaderin dan katenin, Enzim protease MMP, kaptensin D Heparanase,. Petanda biomolekulerIndeks DNA, Gen supresor p53 dan berbagai proto-onkogen misalnya epifermal growth factor(EGFR)

BAB  III
PENUTUP

              3.1       Kesimpulan
·            Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Setengah juta kasus dilaporkan setiap tahunnya dan insidensinya lebih tinggi di negara sedang berkembang. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan belum rutinnya program skrining pap smear yang dilakukan.
·            Kanker serviks menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal infasif dapat menginvasi atau meluas kedinding vagina, ligamentum kardinal, dan rongga endometrium.
              3.2       Saran
·         Pada wanita khususnya pada wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini dari kanker serviks dan kanker ovarium.
·         Untuk tetap menjaga dan mempertahankan pola hidup sehat seperti hindari merokok, pola makan dan olahraga.












DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta:PT.BINA PUSTAKA   PRAWIROHARDJO
www.medicastore.com dikutip pada tanggal 15 november 2011 pukul 09.300 WIB


0 komentar: