Sabtu, 05 Januari 2013

ASUHAN PADA ANAK SAKIT DENGAN DEMAM THYPOID


BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Di Indonesia, demam typhoid dapat ditentukan sepanjang tahun. Ada penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada musim penghujan. Ada pula yang mendapatkan hasil penelitian pada peralihan antara musim kemarau dan musim penghujan.
Insiden tertinggi demam typhoid didapatkan pada anak-anak berumur satu tahun. Sebagian besar (80 %) pasien yang dirawat, dibayar kesehatan anak FKUI – RSCM Jakarta berumur 5 tahun (Buku Keperawatan Anak Sakit, Ngastiah, hal 155)
Terdapat dua penularan salmonella typhoid yaitu pasien dengan demam typhoid karier di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar salmonella typhosa. Sedang di daerah non endemik transmisi terjadi melalui makanan yang tercemar oleh karier.
Penderita demam typhoid perlu mendapatkan penanganan dini, yaitu isolasi, desinfeksi pakaian, istirahat selama demam hingga dua minggu, diit tinggi kalori, tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serta. Penanganan dini yang di lakukan pada penderita demam typhoid bertujuan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya dampak yang tidak di inginkan misalnya perdarahan usus, perforasi usus, pentanitis, dehidrasi dan asidosis.

1.2    Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan manajement kebidanan verney sesuai dengan kasus demam typhoid.
1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu melakukan pengumpulkan data pada anak dengan demam typhoid
2.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada anak dengan demam typhoid
3.      Mahasiswa dapat mengetahui masalah potensial pada anak dengan demam typhoid
4.      Mahasiswa dapat mengetahui tindakan segera pada anak dengan demam typhoid
5.      Mahasiswa dapat merencanakan rencana yang akan dilakukan pada anak dengan demam typhoid
6.      Mahasiswa mampu melaksanakan rencana yang telah direncanakan pada anak dengan demam typhoid
7.      Mahasiswa mampu atau telah bisa mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan pada anak dengan demam typhoid

1.3    Manfaat
1.3.1        Bagi Klien
Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan mengenai penyakit demam typhoid.
1.3.2        Bagi Penulis
Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penatalaksanaan kebidanan pada anak dengan demam typhoid
1.3.3        Bagi Pendidikan
Asuhan kebidanan ini dapat dipakai sebagai bahan kepustakaan
1.3.4        Bagi Lahan Praktek
Asuhan kebidanan ini sebagai masukan untuk menerapkan manajement kebidanan.



1.4    Cara Pengumpulan Data
1.4.1        Wawancara
Dengan cara tanya jawab langsung dengan pasien
1.4.2        Dokumentasi
Pengambilan data dari reka meolik pasien
1.4.3        Observasi
Pengambilan data dari mengobservasi langsung keadaan pasien sehingga data tepat dan akurat
1.4.4        Study Pustaka
Pengumpulan data menggunakan buku literatur.


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1    Landasan Teori Typhoid
2.1.1        Definisi
a.        Tifus abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta, 2000 : hal 432).
b.        Tifus abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran (perawatan anak sakit, Ngastiah, hal 155 : Ilmu kesehatan anak, 1985, hal 593).
c.        Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 mg dan terdapat gangguan kesadaran (Asuhan Keperawatan Anak Sakit, 2001, hal 281).

2.1.2        Etiologi
Penyebab penyakit salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen „O“ (somatik terdiri dari kompleks (ipo polisakardia), antigen „H“ (Flagela) dan antigen „Vi“






2.1.3        Patofisiolgi

 






Kel. Limfoid usus halus
Hati
¯
Limpa
¯
Endotoxin
¯

Tukak
Hepatomegali
Splenomegali
`demam
¯


Perdarahan & perforasi
nyeri perabaan



2.1.4        Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Jika melalui minuman terlama 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak pada badan (malaise), lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang.
Menyusul gambaran klinis yang biasa ditemukan adalah
1.      Demam
Berlangsung 3 minggu bersifat remiten dan suhu tidak tinggi sekali selama minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur naik setiap hari. Biasanya menurun di pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2.      Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (Coaked Tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, dalam abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus), hati limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal
3.      Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit) ditemukan pada minggu pertama, demam, kadang juga ditemukan bradikardi dan epistaksis pada anak besar.

2.1.5        Pemeriksaan Diagnosa
Pemeriksaan Laboratorium
a.       Darah Tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan ancosinofil pada permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
b.      Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal
Biakan empedu untuk menemukan salmonella typhosa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis tifus abdominalis secara pasti .
Untuk membuat diagnosis yang di perlukan ialah titer, zat anti terhadap antigen „O“ yang bernilai 1/200 CO atau lebih dan menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis.
Titer terhadap antigen „H“ tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapatkan imunisasi atau bila pasien telah lama sembuh

2.1.6        Penatalaksanaan Terapeutik
a.       Isolasi Pasien, desinfeksi pakaian dan ekstreta
b.      Perawatan yang baik utuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anorexia, dan lain-lain
c.       Istirahat selama demam sampai dengan 2 mg setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, bila berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d.      Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat pula diberikan makanan lunak.
e.       Obat pilihan adalah klorofenikal, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoxazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi yaitu 100 mg /kg BB /hari (maksimal 2 gram /hari), diberikan 4 kali / hari peroral intravena
f.       Bila terdapat kombinasi terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena dan sebagainya.

2.1.7        Penatalaksanaan Keperawatan
Beberapa masalah yang dapat timbul pada pasien dengan typhoid antara lain :
1.      Kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung
2.      Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
3.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
4.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total
5.      Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
Perencanaan terhadap masalah-masalah tersebut dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.     Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
2.     Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
3.     Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut
4.     Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan anak.
5.     Anak akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
Pelaksanaan / implementasi terhadap intervensi masalah-masalah tersebut diatas, yaitu :
1.      Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
·         Menilai status nutrisi anak
·         Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat di toleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pad saat selera makan anak meningkat.
·         Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
·         Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi kecil tetapi sering
·         Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
·         Mempertahankan kebersihan mulut anak
·         Menjelaskan pentingnyaintake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
·         Koleborasi untuk memberikan makanan melalui parental jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
2.      Mencegah kurangnya volume cairan
·         Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap empat jam
·         Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah
·         Mengobservasi dan mencatat intake dan out put dan mempertahankan intake intake dan out put yang adekuat
·         Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dengan skala yang sama
·         Memonitori pemberian cairan melalui intravena setiap jam
·         Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insesible water loss / iwl) dengan memberikan kompres atau dengan tepid sponge
·         Memberikan antibiotik fungsi persepsi sensori
3.      Mempertahankan fungsi persepsi sensori
·         Kaji status neurologi
·         Istirahatkan anak hingga suhu badan dan tanda-tanda vital stabil
·         Hindari aktivitas yang berlebihan
·         Pantau tanda-tanda vital
4.      Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
·         Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan anak.
·         Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat di lakukan hingga demam
·         Membantu memnuhi kebutuhan dasar anak
·         Melibatkan peran keluarga dalam memnuhi kebutuhan dasar anak
5.      Mempertahankan suhu dalam batas normal
·         Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertemia
·         Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
·         Beri minum yang cukup
·         Beri kompres air biasa
·         Lakukan tepid spone (seka)
·         Pakaiakan baju yang tipis dan menyerap keringat
·         Pemberian obat antipireksia
·         Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2.1.8        Komplikasi
-     Perdarahan
-     Pervorasi
-     Peritonitis
-     Meningitis
-     Kolestsisis
-     Ensetelopati

2.1.9        Prognosis
Prognosis pada anak baik asal pasien cepat berobat mortalitas pada pasien yang di rawat ialah 6 %. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapaty gambaran klinik yang berat seperti :
-     Demam tinggi
-     Kesadaran menurun (sopor, koma atau delirium)
-     Terdapat komplikasi menurun yang berat (dehidrasi, asidosis, perforasi)

2.2    Askeb Teori
2.2.1      Pengkajian Data
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan alamat.
2.      Keluhan utama
Perasaan tidak enak pada badan, lesu, nyeri kepala, nafsu makan kurang.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Panas lebih dari 3 hari, menurun di pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah / tidak terinfeksi salmonela typhosa
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga yang meliputi penyakit menular atau menurun.
6.      Riwayat neonatus
a.       Prenatal
Riwayat yang menyatakan sejak dalam kandungan.
b.      Natal
Riwayat dimana kandungan telah berakhir / pada waktu persalinan.
c.       Post natal
Riwayat dimana sesudah masa kandungan berakhir (setelah persalinan).
7.      Riwayat imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang sudah didapat oleh pasien.
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien
a.       Pola nutrisi
Variasi (berbagai bentuk) makanan apa saja yang dikonsumsi, frekuensi, komposisi dan porsi yang dikonsumsi oleh pasien.
b.      Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang bisa dilakukan oleh pasien.
c.       Pola istirahat tidur
Untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat anak terganggu atau tenang.
d.      Pola eliminasi
BAB    :  Frekuensi, konsistensi ® konstipasi.
BAK   :  Hematuria, anuria
B.     Data Obyektif
a.       Keadaan Umum
Kesadaran    :  composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
TTV   :  T     :  Umumnya normal.
              N     :  Nadi bisa kecil cepat dan dangkal tergantung berat ringannya penyakit, kadang terjadi bradikardi.
              S     :  Umumnya terjadi demam tapi tidak tinggi sekali, terutama pada malam / sore hari dan menurun pada pagi hari.
              RR  :  Umumnya normal.
b.      Pemeriksaan Fisik
Kepala             :  Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala, bagaimana warna rambut.
Muka               :  Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak, pucat atau tidak.
Mata                :  Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera ikterus atau tidak.
Hidung            :  Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada sekret / tidak, ada polip / tidak.
Gigi & Mulut  :  Bibir kering atau tidak, gigi dan mulut bersih atau tidak, ada stomatitis / tidak, lidah kotor / tidak.
Telinga            :  Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih atau tidak.
Leher               :  Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada / tidak pelebaran vena jugularis.
Dada               :  Thorax ® ada retraksi interkosta, ada wheezing dan ronchi / tidak.
Perut                :  Perut sering kembung / meteorismus, kadang hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Genetalia         :  Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan / tidak.
Ekstremitas     :  Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.
c.       Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahuio adanya typhoid, yaitu :
-        Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofil pada permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopeni ringan.
-        Widal
§  Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer, zat anti terhadap antigen ”O” yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk kebutuhan diagnosis.
§  Titer terhadap antigen ”H” tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi / bila pasien lelah sembuh lama.

2.2.2      Identifikasi Diagnosa, Masalah dan kebutuhan
Diagnosa dan masalah yang muncul dari hasil pengumpulan data yaitu secara subyektif maupun obyektif.
2.2.3      Antisipasi Masalah Potensial
-        Dehidrasi
-        Pervorasi usuh
2.2.4      Identifikasi Kebutuhan Segera
Tindakan segera yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah penyakit atau masalah yang berlanjut.
2.2.5      Intervensi
DX         :  An. ”…..” Umur …….. dengan typhoid.
Tujuan    :  Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu ………. Diharapkan kondisi pasien stabil dan tidak terjadi komplikasi.

Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada px dan keluarga
R /    Terjadi hubungan kerja sama yang baik antara px dan keluarga sehingga timbul kepercayaan kepada petugas.
2.      Jelaskan keadaan px saat ini kepada anggota keluarga
R /    Informasi mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan.
3.      Batasi gerak anak hingga demam berangsur-angsur turun
R /    Mencegah demam berkepanjangan, mencegah terjadinya pervorasi usus.
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet TKTP, rendah serat dan tidak merangsang dan anjurkan orang tua untuk memberikan makanan porsi kecil tapi sering
R /    Diet yang sesuai dapat memaksimalkan kerja usus dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
         Makanan dalam porsi kecil tapi sering mengurangi kerja lambung dan menyesuaikan dengan nafsu makan anak.
5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat yang sesuai
R /    Mempercepat proses penyembuhan.

2.2.6      Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang ditetapkan namun dalam kegiatan tertentu tindakan yang harus dilakukan disesuaikan dengan kondisi anak.

2.2.7      Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan
S       :  Pernyataan subyektif yang ditanyakan pasien.
O      :  Keadaan pasien yang dapat diamati secara langsung oleh petugas.
A      :  Pernyataan tentang gangguan yang terjadi apakah sudah teratasi atau belum.
P       :  Rencana / intervensi yang akan dilakukan.

0 komentar: