BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyelenggaraan
program praktek klinik ini belajar berorientasi pada penerapan teori dan
kenyataan yang dihadapi di Pav Seruni pada anak dengan kejang demam. Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat (lebih dari
38 oC – 39 oC) yang disebabkan oleh proses extracranium
(Ngastiyah, 229, Perawatan Anak Sakit, 1997).
Di era globalisasi ini tingkat moralitas bagi anak di
Indonesia masih sangat tinggi 40/1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan tingkat
pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pemeliharaan dan perawatan serta
hygieni diri / perorangan dan lingkungan masih kurang.
Seperti diketahui bahwa “Kejang Demam” disebabkan
karena proses ektracranium dan salah satunya adalah pada kasus ini diare.
Dimana diare yang disertai febris itu sendiri merupakan penyakit infeksi, maka
dari situ kebersihan diri, keluarga dan lingkungan sangat penting untuk
mencegah terjadinya hal tersebut
Demam kejang merupakan penyakit yang mempunyai
komplikasi yang sangat berbahaya, seperti kerusakan sel otak, cedera, anoksia.
Oleh karena itu perlu perawatan yang intensif yang meliputi perawatan secara
medik, terapeutik, supportif yang dapat segera dilaksanakan. Maka diperlukan
kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam mencegah
terjadinya bahaya tersebut, dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman
tentang arti pentingnya kebersihan baik diri, keluarga dan lingkungan. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang demam ini sebagai
laporan asuhan kebidanan pada anak.
B.
Tujuan
1. Umum : Diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam
proses asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada anak dengan “kejang demam” sesuai dengan standar Helen
Varney.
Khusus : Setelah
melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan “kejang demam” diharapkan mahasiswa
mampu :
a.
Melakukan pengkajian data
b.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
c.
Mengidentifikasi masalah potensial
d.
Mengidentifikasi kebutuhan segera
e.
Melaksanakan suatu tindakan sesuai rencana
f.
Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan
C.
Manfaat
1.
Bagi Penulis
-
Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
-
Mendapatkan
pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata
dalam melaksanakan asuhan kebianan
2.
Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang
keadaannya sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga
kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.
Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan
kebidanan pada anak.
D.
Metode
Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Laporan Askeb ini menggunakan metode deskriptif dalam studi kasus yaitu
menggambarkan secara nyata tentang kondisi saat ini dengan perbandingan antara teori dengan studi kasus
nyata dan menggunakan tehnik :
1.
Study kepustakaan
Pengumpulan data tentang
buku-buku yang berkaitan dengan studi kasus
2.
Wawancara
Mengumpulkan data dengan tanya jawab langsung tentang masalah yang
diharap klien.
3.
Pemeriksaan Fisik
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspirasi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
4.
Dokumentasi
Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien,
catatan medik dan data penunjang lainnya.
E.
Tempat dan
Waktu
Askeb ini dilaksanakan pada anak dengan “kejang demam” di Pav. Seruni
pada tanggal 20 Agustus 2012.
F.
Sistematika
Penulisan
Bab I : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan, manfaat, metode
penulisan, ruang lingkup dan pelaksanaan, serta Sistematika penulisan.
Bab II : Berisi
Landasan teori yang terdiri dari :
1. Teori penyakit kejang demam
2. konsep dasar asuhan kebidanan pada kejang
demam.
Bab III : Berisi Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian,
analisa data, diagnosa masalah, diagnosa potensial, kebutuhan segera, rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup
A.
Teori Kejang Kejang demam
- Pengertian
Kejang Demam
(febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan
oleh proses ekstracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan anak sakit 1997)
- Etiologi
Kejang Demam
disebabkan oleh proses ekstracranium seperti : ispa, OMA, Sinusitis, Pneumonia,
Faringitis, abses gigi, ginggivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran
kemih, pyelonepritis. (Bakteri, virus, plekantigen)
- Patofisiologi
Demam
¯
Kebutuhan
O2 dan energi otak meningkat
¯
Metabolisme
otak meningkat
¯
Perubahan
perkembangan dari membran sel neuron
¯
Difusi
ion kalium dan natrium
¯
Lepas
muatan listrik
¯
Kejang
¯
Neurotran
smiter
- Prognosis
Jika pengobatan tepat dan cepat prognosis
baik
Resiko post kejang demam tergantung :
1) Kriteria demam kejang sementara
2) Kelaianan dalam perkembangan kelainan
syaraf sebelum kejang demam
3) Kejang berlangsung lama kejang lokal
- Gambaran klinis / gejala klinis
1) Kriteria kejang demam sementara
-
Umur
6 bulan – 4 tahun
-
Lama
kejang < 15 menit
-
Kejang
bersifat umum
-
Kejang
terjadi 16 jam setelah timbulnya demam
-
Tidak
ada kelainan neorologis dan laboratoris
-
EEG
normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
-
Bangkitan
kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.
2) Gambaran lainnya
-
Bertemperatur
38,90C – 40,60C
-
Menggigil
-
Berkeringat
-
Letargi
-
Nafsu
makan menurun
-
Nadi
an pernafasan cepat
-
petechie
- Diagnosis Kejang
Pengamatan kejang tergantung banyak faktor
termasuk umum penderita, tipe dan frekuensi kejang dan ada atau tidaknya temuan
neurologis.
Diagnosis kejang pemeriksaannya melalui :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan neurologis dalam batas normal
3) Pemeriksaan laboratorium DL, k, Elektrolit
erum, MG dalam batas normal
4) Puntie lumbal dalam batas normal
Diagnosis banding
1) Meningitis
2) Enchephalitis
3) Abses otrak
4) Epilepsi
5) Hidrosefalus
- Pelaksanaan
1) Medik
1) Memberantas kejang secepat mungkin
2) Pengobatan penunjang
3) Memberikan pengobatan rumah
4) Mencari dan mengobati penyebab
2) Terapeutik
1) Antiseptik 10 mg/kg/dosis
2) Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV pelan
3) Kompres air dingin
3) Suportif
1) Bebaskan jalan nafas
2) Pemberian O2
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Monitoring tanda-tanda vital
4) Bila wajah belum berhenti dapat diulang
deng dosis yang sama setelah 20 menit
- Komplikasi
Demam kejang dapat menimbulkan :
1) Kejang ulang
2) Kerusakan otak
3) Cedera (lidah tergigit)
4) Dehidrasi
5) Anoksi
Tindakan saat kejang
1) Baringkan klien di tempat rata, kepala
dimiringkan
2) Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
3) Singkirkan benda-benda di sekitar klien
lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan
4) Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
5) Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
6) Setelah klien sadar, diberi minum hangat
7) Hubungi dokter / konsul tim medis
- Diagnosa pada demam kejang menurut teori
1) Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat
kejang
2) Suhu yang meningkat diatas normal
3) Resiko terjadi bahaya (lidah tergigit)
4) Gangguan rasa aman dan nyaman
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
- Intervensi
1) Baringkan di tempat yang rata, kepala
dimiringkan untuk menghindari aspirasi
2) Berikan kompres dingin secara intensif
3) Berikan minum yang banyak
4) Pasang sudip lidah saat klien kejang
5) Buku baju klien untuk mengurangi rasa
panas
6) Berikan obat penurun panas
7) Berikan O2
B.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Anak
dengan Demam Kejang
1. Pengumpulan Data : merupakan langkah awal
untuk mendapatkan data dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
penunjang yang diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
1) Data Subyektif : data yang didapatkan dari
hasil anamnesa langsung dari klien, keluarga dan tim kesehatan lain yang
mencakup semua keluhan klien terhadap masalah kesehatan.
a. Biodata : nama, umur, suku bangsa, agama,
alamat.
b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan
klien sekarang sehingga klien datang ke RS.
c. Riwayat penyakit sekarang : merupakan
penjelasan tentang kronologis keluhan yang membawa klien datang ke RS.
d. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien pernah menderita penyakit
menular dan menahun dan apakah klien pernah kecelakaan atau jatuh dan mengalami
benturan di kepalanya.
e. Riwayat penyakit keluarga : anggota
keluarga yang lain apa ada yang menderita penyakit seperti klien. Apa ada
penyakit menular dan menahun dalam keluarga.
f. Riwayat neonatal
Prenatal : Keadaan pada saat kehamilan, apakah ibu
mengeluh, mual, muntah pada umur kehamilan triwulan pertama.
Natal : Apakah proses persalinannya secara abnormal
dengan alat.
g. Riwayat imunisasi
Ditanyakan
apakah klien mendapatkan imunisasi sudah lengkap, meliputi BCG, HB I, HB II, HB
III, polio I, polio IV, campak, DPT.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi ada perubahan dalam hal porsi
makan, menjadi lebih sedikit
- Pola aktifitas ada perubahan, Px tidak
aktif seperti saat tidak sakit
- Pola istirahat ada perubahan, Px tidurnya
sering terbangun karena keadaan lingkungan dan penyakitnya
- Pola eliminasi ada perubahan dalam hal BAB
tidak pernah, BAK frekuensi menurun.
- Pola kebersihan diri ada perubahan, Px
tidak pernah mandi, hanya diseko tidak pernah keramas, gosok gigi.
2) Data Obyektif : Data diperoleh melalui
pemeriksaan fisik yang terdiri dari infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a. Keadaan umum : baik atau lemah.
Kesadaran :
composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
TB, BB, LILA.
b. TTV : TD : …… mmHg Suhu : …… oC
Nadi : ……
x/menit RR : …… x/menit
c. Pemeriksaan fisik
- Kepala : bagaimana bentuknya, ada benjolan atau tidak,
jenis rambutnya, warnanya, rontok atau tidak.
- Muka : Simetris atau tidak, oedema atau tidak, pucat
atau tidak.
- Mata : simetris atau tidak, konjungtiva pucat atau
tidak, sklera icterus atau tidak.
- Hidung : simetris atau tidak, bersih atau ada sekret,
pernafasan hidung ada atau tidak, polip ada atau tidak.
- Mulut dan Gigi : ada stomatitis atau tidak,
caries ada atau tidak, mukosa bibir kering atau lembab.
- Telinga : simetris atau tidak, ada cerumen atau tidak,
apa ada kelainan bentuk.
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
- Perut : tegang atau lembek, nyeri tekan atau tidak,
ada bekas luka operasi atau tidak.
- Punggung : adakah kelainan bentuk tulang punggung.
- Genetalia : bersih
- Ekstrimitas : simetris
d. Pertumbuhan dan perkembangan
Keadaan
pertumbuhan dan perkembangan normal status gizi normal
2. Identifikasi Masalah diagnosa
1. Kejang ulang
2. Peningkatan suhu tubuh
3. Identifikasi Masalah Potensial
1. Potensial kerusakan otak
2. Potensial cidera
3. Potensial anoreksia
4. Potensial dehidrasi
5. Potensial kejang ulang
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Bed rest
2. Kompres dingin
3. Pemberian O2
4. Pemberian antipiretik dan anti konvulsan
5. Bebaskan jalan nafas
5. Mengembangkan Rencana
1. Masalah : kejang ulang
Tujuan : - kejang ulang tidak terjadi,
dengan kriteria hasil : - K/U baik
- kejang tidak terjadi
Intervensi
1) Lakukan pendekatan pada klien
R / :
Kerjasama
yang harmonis antara nakes dalam keluarga mempermudah dalam melakukan tindakan
perawatan
2) Observasi TTV (suhu, nadi, pernafasan)
R / :
Parameter
untuk mendeteksi dini infeksi
3) Bantu pasien dalam posisi yang benar
R / :
Mencegah
aspirasi lambung
4) Pasang sudip lidah yang telah dilapisi
kasa
R / :
Untuk
mencegah cidera lidah tergigit
5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis
R / :
Pemberian
terapy yang dapat mempercepat proses penyembuhan
2. Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Suhu tubuh normal dengan kriteria hasil : K/U
baik S : 365 oC
Intervensi
1) Anjurkan keluarga untuk melepaskan baju
klien dan mengganti dengan yang tipis
R / :
Dapat
membantu penguapan
2) Observasi suhu tubuh
R / :
Parameter
untuk mendeteksi terjadinya kejang
3) Beri kompres dingin pada leher, ketiak,
dada
R / :
Membantu
penguapan panas kulit
4) Memberi antipiretik
R / :
Mempercepat
penurunan suhu tubuh
5) Kolaborasi dengan tim medis
R / :
Melalui
pemberian terapi yang tepat diharapkan pengobatan akan berhasil
6. Implementasi
Merupakan
realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun dalam kegiatan tertenti
tindakan dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi anak.
7. Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan
S : Subyektif O : Obyektif A
: Assasement P : Planning
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.
Pengkajian
MRS : 20 – 8 – 2012 Jam : 08.50 WIB
Tanggal pengkajian 21 – 8 – 2012
A. Data Subyektif
1.
Biodata
Nama : An. “E” No.
Register : 155882
Umur : 2,5 tahun, anak ke 1 Nama orang tua : Tn. ”S”
Agama : Islam Umur : 35 tahun
Alamat : Batu Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMU
Agama : Islam
Alamat : BATU
2. Keluhan utama
Ibunya
mengatakan anaknya mengalami panas badan sudah 2 hari dan kejang 1 kali di
rumah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Sejak pagi
pada tanggal 19-8-2012 pasien panas, muntah 3 x, diare 2 x, pasien kejang 1 x.
Tanggal 20-8-2012 Jam 19.00 di rumah
langsung di bawa ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada umur 1,5
tahun pasien pernah menderita penyakit, tapi tidak sampai MRS, hanya periksa ke
dokter praktek, diberi obat dan sembuh.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga
pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien, hanya
sepupu pasien menderita epileksi.
6. Riwayat neonatal
a. Prenatal : Ibu mengatakan kehamilan anaknya ini kehamilan
ke I. Periksa ke bidan rutin sebanyak 9 kali. Umur kehamilan 40 minggu.
Mendapat tablet Fe, vitamin, suntik TT 2 kali. Kelugan selama hamil mual.
Muntah pada TM I.
b. Natal : Lahir spontan di bidan, dilakukan perantara dengan
bayi menangis kuat, warna kulit merah.
c. Postnatal : Jenis kelamin ♂, BBL : 3600 gr, PBL : 19 cm,
keadaan umum baik, mendapat ASI sampai usia 17 tahun. Diberi PASI mulai umur 4
bulan.
7. Riwayat imunisasi
BCG R DPT R Polio R
Campak R DT R HB I, HB II, HB III R
8.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi
Sehat : Makan
3 kali sehari dengan porsi 1 piring dengan nasi, lauk, sayur dan makan tambahan
seperti buah dan kue
Minum ± 7-8
gelas/hari air putih, teh, kadang minum susu
Saat sakit : Makan
3 kali sehari dengan porsi sedikit ± 5 sendok ½ piring dengan lauk dan sayur. Minum ± 7-8
gelas per hari air putih dan teh.
Pola
aktivitas
Sehat : Px tidur siang pukul 11.30 WIB – 14.00 WIB
Px
tidur malam pukul 20.00 WIB – 06.00 WIB
Saat sakit : Px tidur siang pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB
sering terbangun karena lingkungan sekitar
Px
tidur malam pukul 20.00 WIB – 05.00 WIB tidur nyenyak
Pola
eliminasi
Sehat : BAB 1
x/hari tiap pagi konsistensi lunak, bau dan warna khas.
BAK
± 500 cc x/hari warna kuning jernih, bau
khas.
Pola
kebersihan dini
Sehat : Px mandi 2 x/hari pagi dan sore, dimandikan
ibunya keramas 2 x/minggu, gosok gigi 2 x/hari, ganti pakaian 2 x/hari.
Saat sakit : Px tidak pernah mandi hanya diseka 2 x/hari,
pagi dan sore, tidak pernah keramas selama masuk rumah sakit dan tidak pernah
gosok gigi.
B. Data Obyektif
a.
Kesadaran :
Compos mentis
b.
Keadaan umum : Baik
S : 309
oC
N : 96
x/mnt
RR : 28
x/mnt
BB : 10 kg
TB : 89 cm (status gizi : normal)
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut hitam, rambut tipis, tidak ada benjolan,
rambut tidak mudah dicabut.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan, cuping hidung.
Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera
putih, mata kotor.
Mulut dan Gigi : Sariawan, gigi tidak caries, mukose bibir
lembab, lidah tidak kotor.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
dada, tidak ada whezing, tidak ada ronchi.
Perut : Simetris, tidak ada lesi, perut tidak kembung.
Punggung : Tidak ada kelainan bentung punggung.
Genetalia : Jenis kelamin ♂, tidak oedem, tidak ada
peradangan, tidak lesi.
Ekstremitas atas : Lengan lemas terpasang infus KAEN 3 B,
pergerakan tidak aktif, tidak oedema
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedem.
d. Pertumbuhan dan perkembangan
Pada umur 2,5
tahun pasien sudah berjalan-jalan, lari dan sering bermain dengan temannya.
Senang berlari-lari, melompat. Dapat berbicara seperti memanggil bapak, ibu,
makan, minum. Anak juga sudah bisa menyusun kalimat, sering bertanya, selain
itu juga sudah mengerti. Namun kata-katanya masih belum jelas.
e. Terapi
KAEN 3 B 1000
cc/24 jam
Cefotexime 3 x/ 1/3 gram
Dumin 3 x 100 mg
Valium 3 gram
IV (k/p)
Dilatin 3 x 1
f. Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium
DL : Hb : 10,7 gr%
L : 29700
cmm
PCU : 29,7
%
Trombo : 466000
/cmm
Na : 120
mcq/l
K : 2,5
mcq/l
II.
Identifikasi Masalah
Diagnosa
kondisi : Anak umur 2,5 tahun dengan kejang demam.
1. DS : Ibu px mengatakan badan anaknya panas sejak
dimulai dan mengalami muntah, diare kejang 1 x di rumah. Ibu px juga mengatakan
bahwa px pernah menderita.
DO : -
K/u lemah -
Muntah 3 kali
- Lama kejang < 5 menit - Diare 2 kali
- Letargi
- S : 399 0C N : 112 x/m rr : 28 /m
2. DS : Ibu px mengatakan badan anaknya panas tinggi
(hipertermi)
DO : - K/u lemah
- S ; 399
0C
- Pada palpasi badan panas
III.
Identifikasi Masalah Potensial
Potensial
terjadi :
-
Kejang
ulang
DS : Ibunya
mengatakan sudah 2 hari panas badan dan kejang 1 kali di rumah.
DO : K/U : lemah Nadi : 112 x/menit
T : 399
oC RR : 28
x/menit
IV.
Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi
dengan tim medis
V.
LANGKAH V, VI, VII (PENGEMBANGAN RENCANA,
IMPLEMENTASI, EVALUASI)
No
|
Diagnosa
|
Pengembangan Renacana
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
||||
1.
|
Setelah
dilakukan askeb 1x24 jam diharapkan tidak terjadi kejang ulang dengan
kriteria :
-
K/u
baik
-
TTV
T : 365 – 375 oC
N : 80-100 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt.
|
1. Lakukan pendekatan denga keluarga dan
pasien
2. Jelaskan pada keluarga untuk menidurkan
px dalam posisi kepala datar tanpa alas dan posisi miring
3. Pasang tong spatel yang dibungkus kasa
pada saat anak kejang
|
1. Untuk membina hubungan kerja sama yang
baik antara nakes dengan keluarga yang kooperatif
2. Mencegah terjadinya aspirasi pada
pernafasan
3. Pemasangan tong spatal dapat mencegah
terjadinya cidera lidah tergigit
|
Tgl. 20-08-2005
Jam : 09.00
1.
Menyapa
pasien atau keluarga dengan mengucapkan
salam serta senyuman dan memperkenalkan diri lalu menjelaskan tentang
penyakit yang diderita anaknya serta tindakan yang akan dilakukan
2. Memiringkan kepala px dan meletakkan
pada tempat yang datar tanpa alas
3. Memasang sudip lidah pada mulut px saat
kejang
|
Tanggal 21-8-05
jam 09.00
S =
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kejang lagi
O = k/u anak baik tidak kejang lagi pada
tangan kanan masih terpasang infus kaen 3 B 14 tetes / menit
A
Masalah teratasi px tidak kejang lagi
P
Melanjutkan observasi TTV
|
No
|
Diagnosa
|
Pengembangan Renacana
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
||||||
2.
|
Hipertermi
|
Setelah
dilakukan askeb 2x24 jam diharapkan suhu badan normal dengan kriteria :
-
u/u
anak baik
-
T :
3650C
-
N :
88 x/m
-
RR
: 20 x/m
|
4.
Berikan
O2 sesuai kebutuhan
5.
Observasi
TTV
6.
Kolaborasi
dengan tim medis
1. Longgarkan pakaian dan beri pakaian yang
dapat menyerap keringat
2. Kompres dengan air dingin
|
4. Untuk memenuhi kebutuhan O2
di otak
5. Merupakan parameter utama untuk
mengetahui adanya kelainan (Infeksi)
6. Dengan pemberian terapy yang tepat dapat
membantu dan mempercepat proses penyembuhan
1. Membantu
penguapan dan mengurang rasa panas dan yang dirasakan pasien
2. Fase dilatasi pori-pori kulit akan meningkatkan penguapan
|
4. memberikan O2 3 l/menit Nasal
5. Mengobservasi TTV
S = 3990C
N = 112
x/m
RR = 28 x/m
6. Melakukan advis tim medis jam 09.15
Memberikan infus Kaen 3 B 1000 cc dalam 24 jam
Memberikan injeksi diazepam 5 mg IV pelan
Jam 09.30
1. Melonggarkan. Melepas baju px dan
mengganti yang tipis / dari bahan katun
2. Memberikan kompres dingin pada kening
dan ketiak
|
Tanggal 22-8-05
jam 09.30
S =
Ibu mengatakan suhu badan anaknya sudah turun
|
No
|
Diagnosa
|
Pengembangan Renacana
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
||||
|
|
|
3. Berikan antipiretik
4. Observasi temperatur setiap 4 jam
5. Kolaborasi dengan tim medis
6. Berikan banyak minum.
|
3. Membantu menurunkan suhu tubuh
4. Suhu merupakan faktor utama untuk
mendeteksi demam
5. Memberikan perawatan dan pengobatan
secara tepat
6. Memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh.
|
5. Memberikan injeksi antibiotika cefotaxim
3x1/3 gr
6. Memberi minum 3 – 14 /hari.
|
O = u/u anak baik
S
= 370C
N
= 88 /m
RR = 20 x/m
A Masalah teratasi suhu tubuh turun
P Intervensi dilanjutkan dengan pemberian
obat oral untuk rawat jalan di poli anak.
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari kesimpulan laporan praktek klinik kebidanan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Penyebab timbulnya Kejang Demam ini karena
proses ekstracranium
2. Pada kejang demam dapat menyebabkan atau
menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya yaitu kerusakan sel otak maupun
anoksi
3. Pada kejang demam merupakan penanganan dan
perawatan yang tepat dengan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan
komprehensif yang bertujuan mencegah terjadinya bangkitan kejang
B.
Saran
1.
Bagi Penulis
-
Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
-
Mendapatkan
pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata
dalam melaksanakan asuhan kebianan
2.
Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang
keadaannya sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga
kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.
Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan
kebidanan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,
Kliegmen dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak, penerbit Buku Kodektoren EGC, Jakarta.
Mansjoer
Arif dkk, Kapita Selecta Kedokteran,
Edisi Ke 3 Jilid I, FKUI.
Ngastiyah,
1997. Perawatan Anak Sakit, penerbit
Buku Kodektoren EGC, Jakarta.
Sutejo,
1971. Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan
Ketiga Bagian II FKUI
0 komentar:
Posting Komentar