SIFILIS
DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN
A. PENGERTIAN
Sifilis
adalah Penyakit infeksi oleh
treopnema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan
eksaserbasi dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem
kardivaskuler, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi sifilis kongenital.
Sifilis
adalah Penyakit infeksi yang
disebabkan oleh treponema pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik.
Sifilis
adalah Penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh spirokaeta treponema pallidum.
B.
KLASIFIKASI
1)
Pembagian
menurut WHO
a)
Sifilis dini
(sebelum 2 tahun)
Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema
pallidum pada lesi kulitnya. Pada ibu hamil treponema pallidum dapat masuk ke
tubuh janin.
b)
Sifilis
lanjut (setelah 2 tahun)
Tidak menular karena
treponema pallidum tidak ada.
2)
Pembagian
sifilis secara klinis.
a)
Sifilis
kongenital
Treponema pallidum dapat melalui placenta dan masuk ke
peredaran darah janin.
×
Sifilis
kongentila dini
Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan.
Kelainan berupa vesikel dan bula yang setelah memecah membentuk erosi yang
ditutupi krusta. Kelainan ini sering terdapat pada telapak tangan dan kaki
disebut pemfigus sifilitika. Bila kelainan muncul beberapa bulan setelah bayi
dilahirkan kelainan berupa papul dengan skuama yang menyerupai sifilis stadium
II. Kelainan pada selaput lendir berupa sekret hidung yang sering bercampur
darah, kelainan pada tulang, terutama tulang panjang, berupa osteokondritis
yang khas pada foto rontgen. Bisa terdapat splenomegali dan pneumonia alba.
×
Sifilis
kongenital lanjut
Terdapat pada usia > 2 tahun. Manifestasi klinis baru
ditemukan pada usia 7-9 tahun, dengan adanya trias Hutcinson yakni kelainan
pada mata (keratitis interstitial yang dapat menyebabkan kebutaan) ketulian dan
gigi Hutchinson perforatum palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
×
Stigmata
Terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis yang
jalannya radier, gigi Hutcinson, gigi molar pertama berbentuk seperti murbei
dan penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).
b)
Sifilis di
dapat (akuisita)
Dapat dibagi menurut 2 cara :
×
Klinis : -
Stadium 1
-
Stadium 2
-
Stadium 3
×
Epidemiologi
: - Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi terdiri atas stadium I,
stadium II, stadium rekuren, stadium laten dini.
-
Stadium
lanjut tak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi) terdiri atas stadium laten
lanjut dan stadium III.
3)
Sifilis
digolongkan berdasarkan stadium :
1.
Stadium I
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat
treponema pallidum masuk. Umumnya hanya 1. terjadi efek primer berupa pupul
yang erosif, berukuran 1-2 cm, berbentuk bulat atau lonjong, dasarnya bersih,
merah, kulit disekitarnya tidak ada tanda-tanda radang dan bila diraba ada
pengerasan (indurasi). Kelainan ini tidak nyeri, erosi dapat berubah menjadi
ulkus berdinding tegak lurus yang disebut ulkus durum.
2.
Stadium II
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa
gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam subfebril, anoreksia,
nyeri pada tulang dan nyeri leher biasanya mendahului kadang-kadang bersamaan
dengan kelainan pada kulit. Kelainan yang timbul berupa makula, papul, pusful
dan rupia tidak terdapat vesikel dan bula. Selain kelainan kulit pada stadium
ini terdapat kelainan selaput lendir dan limfodenitis yang generalisafa.
3.
Stadium III
Lesi yang khas adalah guma dapat terjadi 3-7 tahun
setelah infeksi, guma umumnya satu, dapat multiple, ukuran mili sampai
beriameter beberapa centimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan
organ. Sifilis stadium ini dapat merusak semua jaringan, tulang rawan pada
hidung dan pallatum.
4.
Sifilis
sesuai dengan gejala-gejalanya
a)
Sifilis
kardiovaskuler
Umumnya bermanifestasi 10-20 tahun setelah infeksi.
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katub.
Tanda-tanda sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta dan aneurisma
berbentuk kantong pada aorta torakal (aneurisme aorta torakales). Pemeriksaan
serologis umumnya reaktif.
b)
Neurosifilis
Penyakit ini umumnya bermanifestasi dalam 10-20 tahun
setelah terinfeksi. Walaupun T. Pallidum langsung bergerak setelah infeksi ke
sistem otot dan saraf. Kelainan ini lebih banyak pada orang kulit putih.
Neurosifilis dibagi menjadi 3 jenis, bergantung kepada tipe dan tingkat
kerusakan susunan saraf pusat.
1.
Neurosifilis
asimtomatik
2.
Neurosifilis
meningovaskular
3.
Neurosifilis
parenkimatofosa
C.
PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi
yang mengandung treponema pallidum. Treponema dapat masuk melalui selaput
lendir yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke perdarahan darah dan
semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan
tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke
stadium berikutnya. 10 sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi
infeksi. Pada tempat masuk T. Pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5
minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu). Setelah
lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan
menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang
kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu.
D.
MANIFESTASI KLINIS
- Sifilis primer
(stadium 1)
×
Terjadi 10
sampai 90 hari setelah infeksi
×
Di awali
dengan sedikit nyeri pada papula yang berkembang menjadi kangkre yaitu lesi
ulserasi primer yang berbatas tegas dengan dasar dan daerah sekelilingnya
mengeras dan berisi rabas purulen.
×
Limfadenopati
inguinal yang menyertai mungkin ada.
- Sifilis sekunder
×
Terjadi 1-6
bulan setelah infeksi
×
Ruam papula
pada telapak tangan dan telapak kaki, yang muncul pada saat masih terdapat lesi
sifilis primer.
×
Kebotakan
pada rambut, alis dan bulu mata.
×
Kondilomata
lafa
×
Lesi membran
mukosa
×
Gejala-gejala
penyakit sistemik, mencakup demam ringan, sakit tenggorokan, suara serak/ parau,
malaise, sakit kepala, anoreksia dan adenopati umum.
- Sifilis laten
×
Awal :
terjadi pada saat infeksi hingga 1 tahun kemudian
×
Lanjut :
terjadi 1 tahun setelah infeksi hingga awalan sifilis tersier
×
Tidak
terdapat manifestasi klinis.
- Sifilis tersier
×
Terjadi :
1-2 tahun setelah infeksi hingga 30 tahun kemudian/ lebih
×
Guma :
jaringan tumor granuloma, lunak, di hati, otak, jantung, tulang dan kulit
×
Kardiovaskuler
: penyakit katub aorta, aneurisma aorta, penyakit arteri koroner.
- Neurosifilis
×
Terjadi pada
setiap tahap sifilis
×
Terdapat
gejala-gejala klinis penyakit sistem saraf pusat/ SSP (misal, paralisis saraf
kranial, perubahan kepribadian, kehilangan berbagai reflek).
E. DIAGNOSIS
DAN DIAGNOSIS BANDING
×
Diagnosis
·
Observasi
adanya spirocetes treponema pallidum pada pemeriksaan kamar gelap.
·
RPR atau
VDRL (+) diikuti oleh FTA – ABS (+) (respin antibodi tidak dapat diukur dalam
3-6 minggu setelah infeksi)
·
RPR atau
VDRL (+) diikuti oleh RTA-ABS (-) menunjukkan positif palsu, yang disebabkan
infeksi akut oleh bakteri/ virus (misal: mononukleosis, leprosi atau malaria)
atau artritis rematoid, ulangi testes ini dalam kurun waktu satu bulan.
·
Hasil uji
serologi monstreponemal RPR atau VDRL memperlihatkan titer yang tinggi atau
meningkat 4x lipat apabila terjadi infeksi baru; titer yang rendah tidak dapat
meningkat apabila ada infeksi telah diobati sebelumnya, dalam titer menurun
empat kali lipat jika pengobatan adekuat.
·
Hasil uji
reponemal FTA-ABS kemungkinan tetap positif seumur hidup dan sebaiknya tidak
dipakai untuk mengukur tahap-tahap sifilis, derajat aktruitas penyakit atau ke
adekuatan pengobatan.
×
Diagnosis
Banding
1)
Herpes
genitalis
-
Di awal
dengan kelompok-kelompok vesikel yang disertai dengan perasaan seperti terbakar
dan nyeri seperti di tusuk-tusuk. Setelah vesikel pecah, timbul ulserasi yang
dangkal, tidak beraturan dan nyeri limfonodulus inguinalis dan pelvis tidak
nyeri.
2)
Ulkus
chancroid
- Adalah peradangan yang akut dan sangat
nyeri, serta dikelilingi oleh suatu zona peradangan yang luas. Tapi ulkus
bergaung-limfadenopati cenderung unilateral, disertai dengan peradangan hebat
dan mungkin ulserasi, diagnosis dipastikan melalui identifikasi bacil ducreji.
F. PENGARUH DARI DAN TERHADAP KEHAMILAN DAN/
PERSALINAN
×
Infeksi ibu
dapat mengakibatkan penularan transplasenta ke janin pada setiap umur gestasi.
Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin untuk menularkan
infeksi dengan manifestasi lebih berat yang terjadi pada janin. Angka penularan
untuk penyakit primer dan sekunder adalah antara 50-80% terdapat tingkat respon
janin yang luas terhadap infeksi dan infeksi bawaan laten. Komponen infeksi
sifilis bawaan dini antara lain hidrops yang tidak imun, hepatosplenomegali,
anemia dan trombositopenia yang hebat, lesi kulit, ruam, osteitis dan periositis,
pneumonia dan hepatitis. Angka kematian parenatal akibat sifilis bawaan ± 50%.
Sifilis bawaan pada masa-masa akhir (di diagnosis setelah umur 2 tahun)
merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan kelainan gigi (gigi
Hutchinson, “mulberry molars”) “sabershins” (tulang kering pedang), kerusakan
pada septum masal, yang mengakibatkan suatu hidung – sadek, keratitis
interstisial, tuli saraf ke VIII dan kegagalan pertumbuhan.
G. PENANGANAN DALAM
KEHAMILAN DAN/ PERSALINAN
×
Pengobatan
terhadap wanita baik yang hamil maupun tidak adalah sama, demikian juga bagi
mereka yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi HIV.
1.
Medikamentosa
·
Sifilis
primer dan sekunder
-
Penisilin
benzatin G dosis 4,8 juga unit injeksi intramuskular (2,4 juta/ kali) dan
diberikan satu kali seminggu, atau
-
Penisilin
prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi intramuskular sehari
selama 10 hari, atau
-
Penisilin
prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4
juga unit/ kali sebanyak 2 kali seminggu.
·
Sifilis
laten
-
Penisilin
benzatin, dosis total 7,2 juga unit, atau
-
Penisilin
prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juga unit (600.000 unit sehari)
-
Penisilin
prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2
juga unit/ kali, 2 kali seminggu)
·
Sifilis
stadium III
-
Penisilin
benzatin dengan dosis total 9,6 juta unit, atau
-
Penisilin
dengan prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari)
-
Penisilin
prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2
juta unit/kali, 2 kali seminggu)
·
Untuk pasien
sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
-
tetrasiklin
500 mg per oral 4x sehari selama 15 hari atau
-
eritromisin
500 mg per oral 4x sehari selama 15 hari.
·
Untuk pasien
sifilin laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan :
-
Tetrasiklin
500 mg per oral 4x sehari selama 30 hari
-
Eritromisin
500 mg per oral 4x sehari selama 30 hari
Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil,
menyusui dan anak-anak.
2.
Pemantauan
serologik dilakukan pada bulan I, II, VI dan XII tahun pertama dan setiap 6
bulan pada tahun kedua.
3.
Nonmedi
Kamentosa
×
Memberikan
pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
-
Bahaya PMS
dan komplikasinya
-
Pentingnya
mematuhi pengobatan yang diberikan
-
Cara
penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
-
Hindari
hubungan sexual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindari
lagi.
-
Cara-cara
menghindari infeksi PMS di masa datang.
4.
Tindak lanjut
×
Wanita hamil
: ulangi titer serologi pada trimester ketiga dan pada saat kelahiran,
beritahukan kepada perawat kesehatan anak, sebagai tindakan antisipasi.
H. KESIMPULAN
×
Sifilis
merupakan salah satu penyakit menular seksual dan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis,
dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama pada sistem kardiovaskuler,
otak dan susunan saraf serta dapat terjadi sifilis kongenital.
×
Pada
kehamilan, infeksi ibu dapat mengakibatkan penularan transplarental ke janin
pada setiap umur gestasi. Sedangkan pada persalinan infeksi dapat muncul
beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan.
×
Penularan
umum dapat terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema
pallitum.
×
Pengobatan
terhadap wanita baik yang hamil maupun tidak adalah sama, demikian juga bagi
mereka yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi HIV. Selain pengobatan secara
medik, petugas kesehatan perlu memberikan pendidikan atau konseling untuk mencegah
penularan sifilis lebih lanjut, antara lain :
-
Bahaya PMS
dan komplikasinya
-
Pentingnya
mematuhi pengobatan yang diberikan.
-
Cara
penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan tetapnya.
-
Hindari
hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak dapat
menghindarkan lagi.
-
Cara-cara
menghindari infeksi PMS di masa datang.
×
Diharapkan
dengan pemberian pendidikan/ konseling pada generasi muda/ masyarakat,
penularan PMS dapat dicegah.
DAFTAR
PUSTAKA
×
Varney,
Hellen, 1997. “Varney’s Midwifery”, London Jones and Bartlett Publisher
×
Fakultas
Kedokteran UI, 2000. “Kapita Selekta Kedokteran Jilid II”
Jakarta: Media Lous Aesculapius
×
Manuaba, Ida
Bagus Gde, 1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Kb untuk Pendidikan Kebidanan”,
Jakarta: EGC
×
Fakultas
Kedokteran UI, 1987. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III”,
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
×
Catzel,
Pincus, 1990. “Kapita Selekta Pediatri”, Jakarta: EGC
×
Bobak, 2004.
“Keperawatan
Maternitas”, Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar