BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
KONSEP
PERSALINAN
1.1
Pengertian
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2007)
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam
keadaan persalinan.
(Sarwono,
2007)
Persalinan
adalah suatu proses hasil konsepsi (janin & uri) yang dapat hidup di dunia
luar, dari lahir melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Muchtar, 2005)
1.2 Jenis
Persalinan
1.2.1 Menurut
caranya
a.
Persalinan
spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan itu
sendiri dan melalui jalan lahir
b.
Persalinan
Buatan
Bila proses persalinan dibantu denga tenaga dari
luar misalnya exraksi vacuum forcep atau
dengan operasi
c.
Persalinan
Anjuran
Bila persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
harus berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau
prostagladin
1.2.2 Menurut Tua / Umur Kehamilan
a. Abortus
Persalinan
dari hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.
b.
Aterm
Persalinan dari hasil konsepsi antara kehamilan 37
sampai 42 minggu atau janin dengan berat badan diatas 2500 gram.
c.
Serotinus
Persalinan
dari hasil konsepsi yang melebihi kehamilan 42 minggu pada janin terdapat
tanda-tanda post maturalis.
d.
Persalinan
Presipitatus
Persalinan yang berlagsung cepat kurang dari 3 jam
e.
Persalinan
Percobaan
Adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi cepalopevik
(Rustam Muchtar, 2005)
1.3 Sebab –
sebab yang menimbulkan persalinan
Yang
menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan benar yang ada
hanyalah merupakan teori yang komplek antara lain dikemukakan faktor humoral
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi :
1.
Teori Penurunan Hormon
1-2 Minggu sebelum partus
mulai, terjadilah penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penerang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron turun.
2.
Teori Plasenta menjadi tua
Ini akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his.
3.
Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar
dan meregang menyebabkan eskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter.
4.
Teori iritasi Mekanik
Dibelakang sevik terletak
ganglion servikale (fleksus frankenhouser) bila ganglion ini digeser dan
ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan induksi,
dengan gagang laminaria, amniotomi / oksitosin drip.
(Rustam
Muchtar, 2005)
1.4 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum
terjadinya persalianan (beberapa minggu sebelumnya) wanita memasuki yang
disebut kala pendahuluan tanda-tandanya sebagai berikut :
a. Lightening, Setling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
b. Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering atau susah kencing karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin.
d. Perasaaan sakit diperut dan dipunggung oleh adanya
kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut "false labour pain".
e. Servik menjadi lembek mulai mendaftar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (Bloody Show).
(Rustam Muchtar, 2005)
1.5 Tanda –
tanda Persalinan
a. Rasa sakit oleh adanya His yang datang lebih kuat,
sering dan teratur
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih benyak
karena robekan kecil pada servik
c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan
telah ada
(Rustam Muchtar,
2005)
1.6
Faktor-faktor yang Berperan dalam persalianan
1. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)
Kekuatan yang mendorong persalinan adalah
a. HIS (kontraksi Uterus)
b. Kontraksi otot-otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma
d. Ligamentous action terutama ligamentum
rotundum
Keempat kekuatan tersebut
bekerjasama dengan baik dan sempurna
(Rustam
Muchtar, 2005)
2.
Passage (Jalan lahir)
a.
Bagian keras (tulang-tulang panggul / rangka
panggul)
b. Bagian Lunak (otot-otot, jaringan-jaringan,
ligamen-ligamen)
Ukuran-ukuran panggul
1. Ukuran panggul luar
a. Distansia Spinarum (jarak antara kedua SIAS :
23 -26 cm)
b. Distansia Cristarum (jarak antara kedua crista
iliaca kana dan kiri : 26 – 29 cm
c. Conjunggata Externa (boudeloque : 18 -20 cm)
d. Lingkar panggul : 80 -90 cm
e.
Distansia Tuberum (jarak antara tuber isciadika
kanan dan kiri : 10,5 cm)
2.
Ukuran panggul dalam
Yang dapat diukur adalah :
a. Promontorium teraba / tidak , sehingga dapat
diketahui conjunggata diagonalis dan conjunggata vera
b. Linea inominata teraba berapa bagian, jika
teraba 2/3 bagian / kurang berarti normal
c. Spina isciadika menonjol / tidak
d. Sacrum cekung / tidak
e.
Arkus pubis kurang / lebih dari 90 derajat
Jalan lahir lunak yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Serviks : pembukaan, effacement
b.
Ketuban
c.
Lingkaran bandl
d.
Tumor-tumor jalan lahir
e.
Cacat rahim (bekas SC, bekas myomectomi)
3.
Passanger (janin)
Yang berpengaruh pada
proses persalinan dari janin adalah :
a.
Aterm / prematur
b.
Tunggal / ganda
c.
Posisi anak
d.
Hidup / mati
4.
Psikologis
Psikologis seorang ibu
inpartu juga berpengaruh pada proses persalinan, bila kondisi psikologis ibu
baik maka ibu akan kooperatif dan hal ini akan memperlancar proses persalinan
5.
Posisi
Pada waktu meneran ibu
harus dibantu untuk memperoleh posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu. Dibawah
ini ada macam-macam posisi pada kala 11 dan masing-masing posisi mempunyai
keuntungan.
a.
Duduk / setengah duduk dengan bahu dan punggung
ditopang oleh satu anggota keluarga sehingga ibu lebih mudah mengedan
b.
Litotomi : ibu berbaring dengan lutut ditekuk
kedua paha diangkat ke kanan dan kiri
c.
Jongkok / berdiri : posisi ini dapat membantu
penurunan kepala janin jika persalinan berjalan lambat
d.
Merangkak : posisi ini cocok jika ibu merasa
nyeri pada punggungnya dan dapat membantu jika terdapat kesulitan pada
perputaran janin
e.
Berbaring miring kekiri : memberi relaksasi dan
membantu mencegah laserasi perineum, peredaran darah ke uterus lebih lancar,
putar paksi kepala lebih lancar
6.
Penolong
Selama persalinan
terbukti berkurang sampai sepertiganya apabila wanita yang bersangkutan telah
termotivasi dan dipersiapkan untuk menjalani persalinan.
Keberadaan keluarga yang
mendukung, petugas / perawat yang teliti, berpengalaman dan dokter yang penuh
perhatian akan menimbulkan kepercayaan diri, berperan untuk mengurangi nyeri
dan lancarnya proses kelahiran.
(Cunningham,
2005)
Sepanjang persalinan kala
11, seorang staf medis dan keluarga harus mendampingi untuk membantu dan
memberikan dorongan semangat untuk mengejan pada setiap kali kontraksi uterus
dan beristirahat disela-sela kontraksi uterus. Ibu membutuhkan dorongan yang
konstan selama kontraksi expulsi terakhir, baik dengan kata / perhatian dari
pemandu persalinan
(Hamilton,1996)
1.7 Proses
Persalinan
Proses
Persalinan dibagi menjadi :
1.7.1
Kala I (Kala Pembukaan)
Kala
I dibagi menjadi atas 2 fase yaitu :
a. Fase laten
Pada fase
ini pembukaaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung
dalam 7 jam.
b.
Fase
aktif
Pada fase
ini pembukaan berlangsung lebih cepat mulai pembukaan 6 jam yang dibagi dalam 3
sub fase :
- Periode Akselerasi : berlangsung 2 jam dari pembukaan
3-4 cm.
-
Periode
latasi maximal : berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
-
Periode
Deselerasi : Berlangsung 2 jam pembukaan berlangsung lambat menjadi 10
cm/lengkap.
-
Fase
diatas dijumpai pada primigravida dan multigravida
Perbedaannya :
Primigravida : - Serviks mendatar (effacement) dulu, baru dilatasi
- Berlangsung 13-14 jam
Multigravida : -
Servik mendatar dan membuka bisa bersamaan
- Berlangsung 6-7 jam
1.7.2
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala pengeluaran :
dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir kala ini berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
(Sarwono, 2007)
Pada kala II ini bisa
menjadi lebih kuat dan lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali, karena biasanya
dalam hal ini kepala janin menusuk diruang panggul maka pada his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan, karena tekanan pada rectum
ibu merasa ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his
kepala janin kelihatan. Vulva membuka dan perineum meregang dengan his mengedan
yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
primi 1½ - 2 jam pada multi ½ 1 jam.
(Rustam
Muchtar, 2005)
1.7.3 Kala III (kala Pengeluaran Uri)
Dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dengan pengeluaran kira-kirra 100-200 cc.
Tanda
pelepasan plasenta
-
Uterus
menjadi bandar
-
Perdarahan
terutama sekonyong-konyong dan agak banyak
(semburan darah tiba-tiba)
-
Tali
pusat bertambah panjang
-
Naiknya
fundus uteri
Cara
lepasnya plasenta :
a.
Secara
Schutzle (80%)
Pelepasan
plasenta yang dimulai pada bagian tengah perdarahan biasanya terjadi setelah
uri lahir.
b.
Duncan
Pelepasan
plasenta yang dimulai dari pinggir plasenta, perdarahan sudah ada sejak
sebagian dari plasenta terlepas berlangsung sampai seluruh plasenta terlepas.
Cara
mengetahui plasenta lepas dari Implantasinya :
a.
Kutsner
Tangan
kiri diletakkan diatas simphysis kita dorong kebawah, tangan kanan megang tali
pusat lalu ditegagkan, bila tali pusat diam maju atau bertambah panjang berarti
plasenta sudah lepas dari Implantasinya.
b.
Klien
Tangan
kiri diletakkan diatas fundus uteri, kita ketok-ketok tangan kanan megang tali
pusat lalu ditegangkan bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas,
Bila tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas dari Implantasinya.
Manajemen
Aktif kala III
a.
Pemberian
Oxitosin
-
Letakkkan
kain bersih diatas perut ibu dan periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi
yang kedua
-
Memberitahu
ibu bahwa ia akan disuntik
-
Selambat-lambatnya
dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir segera suntikkan oxitosin 10 menit intra
muscular pada paha sepertiga bagian luar atas
b.
Lakukan
penegangan tali pusat terkendali
-
Satu
tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simphysis
-
Tangan
yang lain memegang tali pusat dekat vagina dan meletakkan tarikan tali pusat
terus menerus dalam tegangan yang sama selama kontraksi
-
Begitu
plasenta terlepas keluarkan dari jalan lahir dan menggerakkan tangan/klem pada
tali pusat kearah bawah lurus dan ke atas
-
Setelah
plasenta terlihat di vagina kita tangkap dan perlahan diputar searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban
c.
Pemijatan
fundus uteri
Dengan
lambat tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehinggga
uterus berkontraksi
1.7.4 Kala IV (kala pengawasan)
Kala
IV dimulai setelah lepasnya uri sampai 2 jam setelah melahirkan 7 pokok penting
yang perlu diperhatikan :
a.
Kontraksi
rahim : baik/tidak dapat diketahui dan palpasi
b.
Perdarahan
: ada/tidak, bisa/banyak
c.
Kandung
kencing : harus kosong bila penuh anjuran kencing sendiri bila tidak bisa
lakukan catheter
d.
Uri
dan selaput ketuban harus lengkap
e.
Luka-luka
: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/ tidak
f.
Keadaan
umum ibu : tensi, nadi, pernafasan, rasa sakit dan keluhan ibu
g.
Bagi
dalam keadaan baik
Perbedaan
kala antara primi gravida dan multi gravida pada proses persalinan.
|
Primi
|
Multi
|
Kala I
Kala II
Kala III
|
13 jam
1 jam
½ jam
|
7 jam
½ jam
¼ jam
|
Lama persalinan
|
14 ½ jam
|
7 ¾ jam
|
(Rustam Muchtar, 2005)
1.8 Penatalaksanaan Kala I
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak
gelisah, ketakutan dan kesakitan
·
Beri
dukungan dan yakinkan dirinya
·
Berikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
·
Dengarkan
keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya
b. Jika ibu
tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat di berikan :
· Lakukan
perubahan posisi
· Posisi
sesuai keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan
tidur miring kekiri
· Sarankan
ibu untuk berjalan-jalan
· Ajaklah
orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijatnya atau menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
2. KONSEP
TEORI LETAK SUNGSANG
2.1 Pengertian
·
Letak
sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
(Wiknjostastro, 2005)
·
Letak
sunsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah.
(Sulaiman Satrawinata,
1998)
·
Letak
sungang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong di bawah.
(Rustam Muchtar, 2005)
2.2 Etiologi
Ø Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan didalam uterus.
Ø Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya
letak sungsang diantaranya :
-
Hamil
kembar
-
Hidramnion
-
Plasenta
previa
-
Panggul
sempit
(Rustam Muchtar, 2005)
2.3 Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab terjadinya letak sungsang antara
lain :
a.
Gangguan
akomodasi, misalnya pada kelainan bentuk rahim, tumor rahim, kehamilan ganda,
plasenta pada kornu, ekstensi tungkai janin.
b.
Gerakan
janin yang bebas, misalnya pada hidramnion, janin kecil/prematur, grande multi
gravida.
c.
Gangguan
fiksasi kepala pada pintu atas panggul, misalnya pada plasenta previa, tumor
panggul, kesempitan panggul, anensefalus/ hidrosefalis.
(Rustam Muchtar, 2005)
2.4 Bentuk-bentuk letak sungsang
a.
Letak
bokong murni
Ø Teraba bokong
Ø Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
Ø Kedua kaki bertindak sebagai spalk
b.
Letak
bokong kaki sempurna
Ø Teraba bokong
Ø Kedua kaki berada disamping bokong
c.
Letak
bokong tidak sempurna
Ø Teraba bokong
Ø Disamping bokong teraba satu kaki
d.
Letak
kaki
Ø Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki
atau lutut
Ø Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak
lutut bila lutut terendah.
Untuk menentukan
berbagai letak sungsang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam,
pemeriksaan foto abdomen dan pemeriksaan ultrasonografi.
(Manuaba,
2005)
2.5 Mekanisme
Pertolongan Letak Sungsang
Bokong akan memasuki panggul (Engagement dan Descent)
dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan
(anterior) mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya
(posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul
terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan
mendorong kebawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa
sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter
bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah
terjadinya putaran paksi dalam. Perineum akan merenggang, vulva membuka, dan
pinggul depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu tubuh janin mengalami
putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah menekan
perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter
anteroposterior, di ikuti putaran paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat
posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran
bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan
bantuan (Manual Aid).
(Sarwono, 2007)
2.6 Prosedur Melahirkan Bokong Dan Kaki (Dan
Kepala Secara Spontan)
1.
Biarkan persalinan berlangsung dengan
sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga bokong tampak di vulva.
2.
Pastikan bahawa pembukaan sudah
benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu mengejan.
3.
Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
4.
Lakukan episiotomi bila perlu (pada
perineum yang cukup elastis dengan introitus yang sudah lebar,episiotomi
mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi lokal sebelumnya.
5.
Biarkan bokong lahir, bila tali pusar
sudah tampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat (skapula) janin
mulai tampak di vulva. Awas: Jangan
melakukan tarikan atau tindakan apaapun dalam tahap ini.
6.
Dengan lembut peganglah bokong dengan
cara kedua ibu jari penolong sejajar dengan sumbu panggul, dengan jari-jari
yang lain memegang pinggul janin.
7.
Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki,
bokong, dan badan janin dengan kedua
tangan penolong disesuai dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial
kearah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan,
dagu, mulut, dan seluruh kepala.
8.
Bila pada langkah no.7 tidak ada
kemajuan dan/atau tungkai tidak lahir secara spontan, maka lahirkan kaki satu
persatu dengan cara berikut :
Dengan jari telunjuk dan
jari tengah dibelakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi paha sampai
tungkai lahir .
9.
Tentukan posisi lengan janin dengan cara
merabanya di depan dada, di atas kepala, atau di belakang leher.
10. Selanjutnya
lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan.
2.7 Prosedur Melahirkan Lengan Di Depan Dada
1. Biarkan
bahu dan lengan anterior lahir sendirnya dengan cara bokong ditarik ke arah
berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir spontan, keluarkan lengan dengan
cara dmengusap lengan atas janin menggunak dua jari penolong berfungsi sebagai
bidai. Awas: Perhatikan cara melakukan dengan benar untuk
menghindari fraktur lengan atas.
2. Angkatlah
bokong janin ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan lengan posterior.
Teknik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan anterior dapat dipakai
bila bahu dan lengan posterior tidak dapat lahir seccara spontan. Apabila
kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan dahulu
bahu dan lengan posteriornya.
2.8 Prosedur Melahirkan Lengan Di Atas Kepala
Atau Dibelakang Leher (Manuver Lovset)
1. Pegang
janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar).
2. Putarlah
badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung yang
berada di atas (anterior).
3. Sambil
melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan posterior
berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua jari
penolong di lengan atas bayi.
4. Putar
kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di atas) sambil
melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah
anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahrkan dengan cara yang sama.
2.9 Prosedur Melahirkan Kepala (Manuver
Mauriceau-Smellie-Veit)
Pastikan
tidak ada lilitan tali pusat di leher janin, kalau ada, tali pusat di potong
dulu di dekat pusar janin.
1. Janin
dalam posisi telungkup ke bawah, letakkan tubuhnya di tangan dan lengan
penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut (atau bila
janin belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang menghadap ke wajah
janin).
2. Tempatkan
janin telunjuk dan jari manis di tulang
pipi janin.
3. Gunakan
tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergunakan untuk
melakukan traksi.
4. Buatlah
kepala janin fleksi dengan catra menekan tulang pipi janin ke arah dadanya.
5. Bila
belum terjadi putar paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi dengan
tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu mengikuti arah sumbu
panggul.
6. Bila
sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan memepertahankan
fleksi kepala janin, dan mintalah asisten untuk menekan daerah supra simpisis.
7. Setelah
suboksiput lahir dibawah simpisis, badan janin sedikit demi sedikit di elevasi
ke atas (ke arah perut ibu) dengan suboksipot sebagai hipomoklion.
Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.
(Sarwono, 2007)
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data
subyektif maupun obyektif data subyektif disertai hari/tanggal dan jam pada
saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit,
nomer register.
A. Data Subyektif
1.
Biodata
·
Nama : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta
mencegah kekeliruan dengan pasien lain.
(Christina, 1993)
· Umur : Menentukan prognosa
kehamilan, dikatakan primi muda jika kehamilan pertama ≤ 16 tahun. Jika
kehamilan pertama usia ibu ≥ 35 tahun maka termasuk primipara tua. Selain itu
seorang ibu dikatakan terlalu tua hamil jika umur ≥ 35 tahun.
(Depkes RI, 1994)
·
Agama
Dalam
hal ini berhubungan dengan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama.
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien. Dengan menggunakan asuhan kebidanan.
(Depkes RI, 1995)
·
Pendidikan
Untuk
memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
(Marjati, 2009)
·
Pekerjaan
ibu/ suami
Untuk
mengetahui dimana ibu bekerja karena mungkin pekerjaan itu terlalu berat
sehingga mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Untuk mengetahui taraf kehidupan.
(Marjati, 2009)
·
Alamat
Untuk
memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
(Marjati, 2009)
2.
Alasan
Datang
Penjelasan
pasien tentang tujuannya mencari perawatan kesehatan.
(Bobak.
2007)
3.
Keluhan Utama
Untuk
mengetahui keluhan ibu saat dating, keluhan yang terjadi pada saat inpartu
adalah:
a)
Nyeri
pada perut bagian bawah dan punggung
b) Kenceng-kenceng
pada perut
c) Mengeluarkan
darah serta lendir
d) Mengeluarkan
cairan
4.
Riwayat Kesehatan
Meliputi
penyakit yang diderita ibu dulu maupun sekarang dan pengobatan yang pernah/
sedang didapatkan ibu. Ini dikaji untuk melihat kemungkinan adanya penyakit
yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi masa nifas, misalnya saja:
a.
Penyakit
jantung
Penyakit
jantung yang menyertai ibu post partum sangat berpengaruh baik bagi keadaan
fisik maupun psikologis ibu karena dengan adanya payah jantung ibu akan
merasakan : sesak nafas, jantung berdebar, dada terasa berat kadang- kadang
terasa nyeri, nadi cepat, kaki bengkak. Apakah yang dirasakan ibu ini selain
mengganggu jalannya persalinan, ibu juga akan mengalami gagguan saat nifas
karena pada saat persalinan ibu berhasil kemungkinan besar pada post partum ibu
kehabisan tenaga, merasa lemah sehingga kontraksi uterus menjadi kurang baik,
selain itu dengan keluhan yang ibu rasakan juga berpengaruh pada saat ibu
memberi ASI untuk bayinya.
b.
Diabetus
melitus
Pengaruh
DM pada nifas tergantung dari berat ringannya penyakit tersebut. Pengaruh DM
pada kehamilan cukup besar apabila dilakukan episiotomi saat persalinan apalagi
jika jalan lahir ibu tidak cukup besar untuk dilalui bayi dan itu akan
berpengaruh dengan masa nifas ibu dengan adanya luka episiotomi kemungkinan
akan sembuh lebih lama dengan adanya penyakit DM yang diderita ibu.
c.
Anemia
Pengaruhnya
antara lain : perdarahan post partum, kematian janin dalam kandungan, BBLR. Apa
yang terjadi pada masa kehamilan dan persalinan sangat berkaitan dengan
kelancaran post partum dengan adanya anemia maka proses laktasi juga terganggu.
d.
Tuberkulosis
Paru
Penyakit
ini tidak berpengaruh langsung dalam masa kehamilan tapi akan sangat
berpengaruh pada saat nifas karena jika kondisi sudah parah akan menurunkan
daya tahan ibu dan produksi ASI ikut menurun. Bahkan ibu dianjurkan untuk tidak
memberikan ASI nya karena bayi juga bisa tertular penyakit ibu.
e.
Asma
Dengan
adanya penyakit ini sangat berpengaruh dalam hal pertumbuhan janin karena ada
hubungannya dengan suplai oksigen terhadap janin dan ibu pada masa kehamilan
dan persalinan, juga berpengaruh terhadap masa nifas ibu.
(Bobak,
2007)
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian ini memberi informasi tentang keluarga dekat
seperti orang tua, saudara kandung, anak- anak. Hal ini membantu
mengidentifikasi gangguan genetik/ familial dari kondisi- kondisi yang dapat
mempengaruhi status kesehatan pasien dan janinnya. Diabetes meskipun bukan
diturunkan secara genetis, tapi menimbulkan predisposisi pada anggota keluarga
lain, terutama bila mereka hamil gemuk. Hipertensi juga memiliki komplikasi
fatal dan kehamilan kembar memiliki insiden lebih tinggi dalam keluarga
tertentu.
(Bobak,
2007)
6.
Riwayat Haid
Ditanyakan
mengenai :
a.
Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali.
Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 9-15 tahun.
b.
Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus
haid yang normal/ dianggap sebagia siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini
bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang
biasa pada wanita adalah 25-32 hari.
c.
Lamanya haid, biasanya antara 2-5 hari, ada yang
1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari pada wanita
biasanya lama haid ini tetap.
d.
Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya
encer.
e.
Disminore dapat terjadi pada saat menjelang
menstruasi atau pada saat menstruasi, dan pada saat setelah menstruasi.
f.
Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk
mengetahui usia kehamilan dan apakah tafsiran rersalinannya sudah sesuai dengan
keadaan klien.
(Sarwono,
2007).
7.
Riwayat Pernikahan
Ditanyakan
tentang: Ibu menikah berpa kali,
lamanya, umur pertama kali menikah.
a.
Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil
bisa menyebabkan masalah pada kahamilannya pre eklamsi.
b.
Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1
anak. Bahanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah.
c.
Umur pertama kali menikah < 18 tahun,
pinggulnya belum cukup pertumbuhan sehingga resiko pada waktu melahirkan.
d.
Jika hamil umur > 35 tahun bahanyanya bisa
terjadi hipertensi, pre eklamsi.
(Obstetri Fisiologi,
1993)
8.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang
lalu
Persalinan yang lalu dengan tindakan misalnya forcep,
plasenta manual. Ibu diberi infus/ transfusi dalam persalinan yang lalu karena
mengalami perdarahan post partum, sehingga perlu disiapkan infus untuk kesiapan
bila terjadi pedarahan lagi.
(Pudji
Rochjati,
2003)
Dikaji pula jarak antara kelahiran, anak lahir aterm/
prematur, dan dimana tempat melahirkannya.
(Depkes
RI, 1994)
9.
Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT: TP:
ANC :
TM I :min
1x sebelum minggu ke 14, informasi yang harus didapat: mendeteksi masalah yang
dapat di obati sebelum mengancam jiwa, mencegah masalah seperti anemia
defisiensi zat besi, mendorong perilaku hidup sehat (nutrisi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan sebagainya).
TM II :min
1x sebelum minggu ke 28, informasi yang penting: sama seperti TM I, ditambah
kewaspadaan khusus terhadap Pre Eklampsia
TM III :min
2x, yaitu antara minggu ke 28-36, informasi yang penting: sama seperti
sebelumnya ditambah palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
Setelah minggu k 36, informasi yang penting: sama seperti sebelumnya ditambah
deteksi kelainan letak, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS.
Gerak janin mulai dirasakan pada usia kehamilan berapa
bulan, imunisasi TT dilakukan berapa kali, dimana, kapan, penyuluhan yang
pernah didapat.
(Marjati, 2009)
10.
Riwayat KB
Jenis KB yang digunakan, lama waktu penggunaannya.
(Depkes
RI, 1998)
11.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Nutrisi (untuk mengetahui apakah asupan gizi klien sudah memenuhi
standart gizi seimbang/belum).
b.
Eliminasi (untuk mengetahui BAB dan BAK terakhir).
c.
Aktifitas (untuk mengetahui apa saja yang
dilakukan ibu).
d.
Istirahat (untuk mengetahui apakah waktu
istirahat klien sudah cukup/belum)
e.
Personal hygiene (untuk mengetahui tingkat
kebersihan klien).
12.
Riwayat psikososial dan budaya
a.
Psikososial : Untuk mengetahui adakah perasaan takut yang
timbul karena kehamilan yang menyebabkan perubahan besar pada badan ibu yang
kurang di mengerti sehingga dianggap mysterious dan mnggelisahkan. Perasaan
takut jika mengalami penyulit pada kehamilan atau persalinan yang lampau. Penolakan dari anak yang dikandung oleh ibunya, misalnya
karena ibunya tidak menikah.
b.
Budaya :
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam
kepercayaan yang dijalani ibu dan keluarga, untuk meluruskan apa bila ada
kebiasaan ibu yang kurang baik dalam medis.
(Obstetri Fisiologi,
1983)
B. Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
- Keadaan
umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :
90/60 -
130/90mmHg
Dikatakan
darah tinggi apabila
· Sistol
140 mmHg atau naik 30 mmHg selama kehamilan
· Diastole
90 mmHg atau naik 15 mmHg atau lebih selama kehamilan
Nadi : 80x/menit, bila nadi
>120x/menit, maka hal ini menunjukkan adanya kelainan.
(Depkes
RI, 1995)
Suhu : 36,5 -
37,5 oC, jika suhu > 37,50C maka ada
kemungkinan terdapat infeksi pada masa nifas.
(Dongeoes,
2010)
Pernafasan : 16 - 24 x/menit
(Dongeoes, 2010)
BB :
peningkatan BB 8-12 kg
(Marjati, 2009)
TB :
> 145 cm
(Marjati, 2009)
Lila :
> 23,5 cm
(Marjati, 2009)
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
-
Muka :pucat atau tidak,
odema/tidak
-
Mata :Simetris/tidak,
konjungtiva anemis/tidak, skera kuning/tidak.
-
Payudara :Sumetris/tidak, puting susu menonjol/ tidak, ada
hiperpigmentasi pada areola mama/tidak.
-
Abdomen :ada lika bekas operasi atau tidak, apakah
membesar sesuai dengan usia kehamilannya.
-
Genetalia :Ada
varises/tidak, keluar lendir dan darah/tidak.
-
Ekstermitas :oedem
atau tidak, varices atau tidak
b.
Palpasi
-
Leher :Ada pembesaran pada
kelenjar limfe atau tidak, kelenjar
tiroid dan vena jugularis/tidak.
-
Payudara :Teraba benjolan abnormal/tidak, nyeri
tekan/tidak, colostrum +/-
-
Abdomen :
Leopold I : menentukan TFU
(Sarwono, 2007), pada fuldus teraba
keras, bundar dan melenting
Leopold II : punggung anak dapat
diraba pada salah satu sisi perut dan bagian kecil pada pihak yang berlawanan.
Leopold III : di atas sympisis teraba
bagian yagn kurang bundar dan lunak (Obstetri Patologi, UNPAD, 1998)
Leopold IV : bila engagemen belum
terjadi diameter khanker panggul janin belum melewati pintu atas pangul – bokong janin masih
dapat digerakkan di atas pintu atas
panggul. (Obstetri Patologi, UNPAD, 1998)
-
Ekstremitas : oedem/tidak, varices/tidak
c.
Auskultasi
DJJ : +/-
DJJ
paling jelas terdengar pada tempat yang
lebih tinggi dari pusat / setinggi pusat (Sinopsis Obstetri Patologi, 1998)
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal
v/v :
lendir, darah merupakan tanda dan gejala kala II, tampak keluar cairan dari
jalan lahir, warna jernih
Pembukaan :
fase laten : pembukaan 0-3 cm
berlangsung 8 jam
fase
aktif :
-
Akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3-4 cm
-
Dilatasi
maksimal : dalam waktu 2 jam, pembukaaan
4-9 cm
-
Deselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaaa 9-10cm
Effacemen : untuk mengetahui penipisan serviks
Ketuban : +/-, warna
jernih atau tidak, KPD jika pada primi pembukaan < 3 cm dan multi < 5 cm
Bag. Terdahulu : kepala/bahu/bokong
Bag. Terendah : UUk jam 11/2
Gelungsur : Hodge I : setinggi PAP
Hodge II : sejajar H I dibatasi oleh tepi bawah sympisis
Hodge III : sejajar H I dibatasi oleh Spina ischiadika
Hodge IV : sejajar H I dibatasi oleh Ujung cogcygis
Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
4. Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan panggul luar
Ditemukan
panggul sempit (Synopsis Obstetri Patologi, 1998)
1. USG
(Obstetri William, 2006)
a. Memastikan
perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin utnuk mengidentifikasi
adanya anomaly janin.
b. Mendeteksi
leinomlama besar pada segmen bawah uterus
2. Rontgen
(Obstetri William, 2006)
a. Tipe
piesentasi bokong ada tidaknya fleksi kepala
b. Pengukuran
panggul secara akurat
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH
Dx : G... P…. Ab…. Usia
Kehamilan ...-... minggu janin tunggal hidup intra uterin, puki, presentasi bokong
murni, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin
baik.
Do : ibu mengatakan: ini kehamilan yang ke….Usia kehamilan…bulan,
pernah/tidak keguguran, merasa kenceng-kenceng sejak tanggal…….pukul……keluar
cairan/lendir sejak……..
- Pergerakan
anak teraba oleh si ibu dibagian perut bawah, dibawah pusat
- Ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga
- Ibu
mengatakan bahwa khamilannya terasa lain dari pada kehamilannya yang terdahulu,
karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak
dibagian bawah
Do : - Keadaan
Umum : Baik
-
Kesadaran : Composmentis
-
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/60
- 130/90mmHg
Nadi : 60 -
100 x/menit
Suhu : 36,5 -
37,5 oC
Pernafasan : 16
- 24 x/menit
-
Abdomen
-
Leopold I :
TFU pertengahan antara px-pusat, pada fundus teraba keras,
bundar dan melenting (kepala), 33cm (Mc. Donald)
-
Leopold II :
puki
-
Leopold III :
letsu, sudah masuk PAP
-
Leopold IV :
½ bagian kepala sudah masuk PAP
Auskultasi : Djj (+) 120-160 x/menit
VT :
Tanggal…..pukul………
·
Vulva vagina : ada lendir darah
·
Pembukaan : 8 cm
·
Effeccement : 75%
·
Ketuban : utuh
·
Bagian
terdahulu : bokong
·
Bagian
terendah : os sakrum jam 2
·
Gelungsur
: H III+
·
Tidak ada bagian kecil janin disekitar bagian
terdahulu
Masalah :
Nyeri sehubungan dengan his persalinan
DS :Ibu mengatakan perutnya sakit terutama saat kenceng-kenceng
DO :Muka terlihat menyeringai saat timbul
his, kadang menggigit bbirnya, bahkan berteriak, menggenggam tangan orang
disebelahnya.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial
terjadi:
1.
Ruptur Uteri
2.
Tali pusat terjepit
3.
Asfiksia
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG
V. INTERVENSI
Dx : G... P…. Ab…. Usia
Kehamilan ...-... minggu janin tunggal hidup intra uterin, puki, presentasi bokong murni,
inpartu
kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik.
Tujuan : persalinan
berjalan normal tanpa komplikasi
KH : KU baik, TTV dalam batas normal
Intervensi:
1.
Jelaskan
pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
R: menambah pengetahuan ibu tentang keadaannya dan membuat ibu lebih
kooperatif.
2.
Menganjurkan
ibu untuk miring ke kiri.
R: mempercepat penurunan kepala dan mencegah syndrome vena cafa
inferior.
3.
Berikan
makan dan minum ibu saat tidak ada his dan anjurkan ibu untuk beristirahat.
R: mempersiapkan cadangan energy untuk proses meneran pada kala II.
4.
Ingatkan
ibu untuk BAB dan BAK jika ada keinginan.
R: kandung kemih dan usus besaryang penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu serta menghambat penurunan kepala.
5.
Ajarkan
ibu cara meneran yang benar.
R: mempersiapkan ibu dalam kala II persalinan.
6.
Mempersiapkan
alat dan bahan untuk pertolongan persalinan.
R: merupakan kebutuhan dasar yang harus disiapkan untuk membantu
proses persalinan.
7.
Observasi
TTV ibu, DJJ, his, dan kemajuan persalinan.
R: merupakan parameter keadaan ibu dan janin, serta apabila ada
penyimpangan proses persalinan dari kondisi normal.
Masalah : Nyeri sehubungan
dengan his persalinan
Tujuan : ibu dapat beradaptasi
dengan rasa nyeri
KH : - ibu dapat
melakukan teknik relaksasi
-
His
adekuat
Intervensi:
4.
Bantu
ibu mengambil posisi senyaman mungkin.
R: ibu menjadi lebih nyaman
5.
Lakukan
masase untuk menggosok pungggung ibu saat ada his.
R: masase punggung dapat membloks impuls nyeri dari korteks serebral.
6.
Demonstrasikan
bersama ibu teknik relaksasi.
R: dengan O2 yang cukup, suplai O2 ke syaraf terpenuhi sehingga
meringankan rasa nyeri.
7.
Ingatkan
ibu untuk tidak meneran sebelum dipimpin.
R: meneran sebelum pembukaan lengkap dapat menyebabkan oedem pada
portio dan vagina.
VI.
IMPLEMENTASI
Dilakukan sesusai dengan intervensi yang telah dibuat.
VII. EVALUASI
Mengacu
pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bobak. 2007. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
·
Cunningham, F Garry. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
·
Depkes RI. 1994. Hamil dalam Konteks Keluarga. Jakarta: EGC
·
Doengoes, Marylyn E. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Fisiologis. Jakarta: EGC
·
Hamilton, Persis Mary. 1996. Dasar-dasar keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC
·
Manuaba. 2007. Ilmu
Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
·
Marjati. 2009. Asuhan
Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
·
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.SP
·
Rochjati, Poedji.2003. Skrining
Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya.FK UNAIR
·
Rustam Mochtar. 2005. Sinopsis
Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
·
Universitas Padjajaran. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: ELEMEN
·
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
·
Sastrawinata
S. Prof .1983 Obstertri dan Ginekologi.
Jakarta:
FK Universitas Indonesia
·
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
0 komentar:
Posting Komentar