Jumat, 26 Oktober 2012

ASKEB KEJANG DEMAM


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Penyelenggaraan program praktek klinik ini belajar berorientasi pada penerapan teori dan kenyataan yang dihadapi di Pav Seruni pada anak dengan kejang demam. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat (lebih dari 38 oC – 39 oC) yang disebabkan oleh proses extracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan Anak Sakit, 1997).
Di era globalisasi ini tingkat moralitas bagi anak di Indonesia masih sangat tinggi 40/1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pemeliharaan dan perawatan serta hygieni diri / perorangan dan lingkungan masih kurang.
Seperti diketahui bahwa “Kejang Demam” disebabkan karena proses ektracranium dan salah satunya adalah pada kasus ini diare. Dimana diare yang disertai febris itu sendiri merupakan penyakit infeksi, maka dari situ kebersihan diri, keluarga dan lingkungan sangat penting untuk mencegah terjadinya hal tersebut
Demam kejang merupakan penyakit yang mempunyai komplikasi yang sangat berbahaya, seperti kerusakan sel otak, cedera, anoksia. Oleh karena itu perlu perawatan yang intensif yang meliputi perawatan secara medik, terapeutik, supportif yang dapat segera dilaksanakan. Maka diperlukan kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya tersebut, dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti pentingnya kebersihan baik diri, keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang demam ini sebagai laporan asuhan kebidanan pada anak.

B.     Tujuan
1. Umum    :    Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam proses asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada anak dengan “kejang demam” sesuai dengan standar Helen Varney.
Khusus       :    Setelah melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan “kejang demam” diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Melakukan pengkajian data
b.      Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
c.       Mengidentifikasi masalah potensial
d.      Mengidentifikasi kebutuhan segera
e.       Melaksanakan suatu tindakan sesuai rencana
f.       Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan

C.    Manfaat
1.      Bagi Penulis
-          Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
-          Mendapatkan pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebianan
2.      Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang keadaannya sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.      Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan kebidanan pada anak.

D.    Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Laporan Askeb ini menggunakan metode deskriptif dalam studi kasus yaitu menggambarkan secara nyata tentang kondisi saat ini dengan  perbandingan antara teori dengan studi kasus nyata dan menggunakan tehnik :
1.      Study kepustakaan
Pengumpulan data tentang buku-buku yang berkaitan dengan studi kasus
2.      Wawancara
Mengumpulkan data dengan tanya jawab langsung tentang masalah yang diharap klien.
3.      Pemeriksaan Fisik
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspirasi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4.      Dokumentasi
Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien, catatan medik dan data penunjang lainnya.

E.     Tempat dan Waktu
Askeb ini dilaksanakan pada anak dengan “kejang demam” di Pav. Seruni pada tanggal 20 Agustus 2012.
F.     Sistematika Penulisan
Bab I        : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat, metode  penulisan, ruang lingkup dan pelaksanaan, serta Sistematika penulisan.
Bab II      : Berisi Landasan teori yang terdiri dari :
1.      Teori penyakit kejang demam
2.      konsep dasar asuhan kebidanan pada kejang demam.
Bab III     : Berisi Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa masalah, diagnosa potensial, kebutuhan segera, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV     : Pembahasan
Bab V      : Penutup



BAB II
 TINJAUAN TEORI


A.    Teori Kejang Kejang demam
  1. Pengertian
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan anak sakit 1997)
  1. Etiologi
Kejang Demam disebabkan oleh proses ekstracranium seperti : ispa, OMA, Sinusitis, Pneumonia, Faringitis, abses gigi, ginggivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonepritis. (Bakteri, virus, plekantigen)
  1. Patofisiologi
Demam
¯
Kebutuhan O2 dan energi otak meningkat
¯
Metabolisme otak meningkat
¯
Perubahan perkembangan dari membran sel neuron
¯
Difusi ion kalium dan natrium
¯
Lepas muatan listrik
¯
Kejang
¯
Neurotran smiter

  1. Prognosis
Jika pengobatan tepat dan cepat prognosis baik
Resiko post kejang demam tergantung :
1)      Kriteria demam kejang sementara
2)      Kelaianan dalam perkembangan kelainan syaraf sebelum kejang demam
3)      Kejang berlangsung lama kejang lokal
  1. Gambaran klinis / gejala klinis
1)      Kriteria kejang demam sementara
-          Umur 6 bulan – 4 tahun
-          Lama kejang < 15 menit
-          Kejang bersifat umum
-          Kejang terjadi 16 jam setelah timbulnya demam
-          Tidak ada kelainan neorologis dan laboratoris
-          EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
-          Bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.
2)      Gambaran lainnya
-          Bertemperatur 38,90C – 40,60C
-          Menggigil
-          Berkeringat
-          Letargi
-          Nafsu makan menurun
-          Nadi an pernafasan cepat
-          petechie
  1. Diagnosis Kejang
Pengamatan kejang tergantung banyak faktor termasuk umum penderita, tipe dan frekuensi kejang dan ada atau tidaknya temuan neurologis.
Diagnosis kejang pemeriksaannya melalui :
1)      Anamnesis
2)      Pemeriksaan neurologis dalam batas normal
3)      Pemeriksaan laboratorium DL, k, Elektrolit erum, MG dalam batas normal
4)      Puntie lumbal dalam batas normal
Diagnosis banding
1)      Meningitis
2)      Enchephalitis
3)      Abses otrak
4)      Epilepsi
5)      Hidrosefalus
  1. Pelaksanaan
1)      Medik
1)      Memberantas kejang secepat mungkin
2)      Pengobatan penunjang
3)      Memberikan pengobatan rumah
4)      Mencari dan mengobati penyebab
2)      Terapeutik
1)      Antiseptik 10 mg/kg/dosis
2)      Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV pelan
3)      Kompres air dingin
3)      Suportif
1)      Bebaskan jalan nafas
2)      Pemberian O2
3)      Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4)      Monitoring tanda-tanda vital
4)      Bila wajah belum berhenti dapat diulang deng dosis yang sama setelah 20 menit
  1. Komplikasi
Demam kejang dapat menimbulkan :
1)      Kejang ulang
2)      Kerusakan otak
3)      Cedera (lidah tergigit)
4)      Dehidrasi
5)      Anoksi
Tindakan saat kejang
1)      Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan
2)      Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
3)      Singkirkan benda-benda di sekitar klien lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan
4)      Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
5)      Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
6)      Setelah klien sadar, diberi minum hangat
7)      Hubungi dokter / konsul tim medis
  1. Diagnosa pada demam kejang menurut teori
1)      Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
2)      Suhu yang meningkat diatas normal
3)      Resiko terjadi bahaya (lidah tergigit)
4)      Gangguan rasa aman dan nyaman
5)      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
  1. Intervensi
1)      Baringkan di tempat yang rata, kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi
2)      Berikan kompres dingin secara intensif
3)      Berikan minum yang banyak
4)      Pasang sudip lidah saat klien kejang
5)      Buku baju klien untuk mengurangi rasa panas
6)      Berikan obat penurun panas
7)      Berikan O2

B.     Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Anak dengan Demam Kejang
1.      Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
1)      Data Subyektif : data yang didapatkan dari hasil anamnesa langsung dari klien, keluarga dan tim kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien terhadap masalah kesehatan.
a.       Biodata : nama, umur, suku bangsa, agama, alamat.
b.      Keluhan utama : keluhan yang dirasakan klien sekarang sehingga klien datang ke RS.
c.       Riwayat penyakit sekarang : merupakan penjelasan tentang kronologis keluhan yang membawa klien datang ke RS.
d.      Riwayat penyakit dahulu : apakah klien pernah menderita penyakit menular dan menahun dan apakah klien pernah kecelakaan atau jatuh dan mengalami benturan di kepalanya.
e.       Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga yang lain apa ada yang menderita penyakit seperti klien. Apa ada penyakit menular dan menahun dalam keluarga.
f.       Riwayat neonatal
Prenatal  :  Keadaan pada saat kehamilan, apakah ibu mengeluh, mual, muntah pada umur kehamilan triwulan pertama.
Natal       :  Apakah proses persalinannya secara abnormal dengan alat.
g.      Riwayat imunisasi
Ditanyakan apakah klien mendapatkan imunisasi sudah lengkap, meliputi BCG, HB I, HB II, HB III, polio I, polio IV, campak, DPT.
h.      Pola kebiasaan sehari-hari
-     Pola nutrisi ada perubahan dalam hal porsi makan, menjadi lebih sedikit
-     Pola aktifitas ada perubahan, Px tidak aktif seperti saat tidak sakit
-     Pola istirahat ada perubahan, Px tidurnya sering terbangun karena keadaan lingkungan dan penyakitnya
-     Pola eliminasi ada perubahan dalam hal BAB tidak pernah, BAK frekuensi menurun.
-     Pola kebersihan diri ada perubahan, Px tidak pernah mandi, hanya diseko tidak pernah keramas, gosok gigi.
2)      Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a.       Keadaan umum : baik atau lemah.
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
TB, BB, LILA.
b.      TTV  :  TD    : …… mmHg           Suhu : …… oC
                  Nadi  : …… x/menit          RR    : …… x/menit
c.       Pemeriksaan fisik
-    Kepala               :  bagaimana bentuknya, ada benjolan atau tidak, jenis rambutnya, warnanya, rontok atau tidak.
-    Muka                 :  Simetris atau tidak, oedema atau tidak, pucat atau tidak.
-    Mata                  :  simetris atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak, sklera icterus atau tidak.
-    Hidung              :  simetris atau tidak, bersih atau ada sekret, pernafasan hidung ada atau tidak, polip ada atau tidak.
-    Mulut dan Gigi :  ada stomatitis atau tidak, caries ada atau tidak, mukosa bibir kering atau lembab.
-    Telinga              :  simetris atau tidak, ada cerumen atau tidak, apa ada kelainan bentuk.
-    Leher                 :  tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
-    Dada                 :  ada ronchi dan wheezing atau tidak.
-    Perut                  :  tegang atau lembek, nyeri tekan atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
-    Punggung          :  adakah kelainan bentuk tulang punggung.
-    Genetalia           :  bersih
-    Ekstrimitas        :  simetris
d.      Pertumbuhan dan perkembangan
Keadaan pertumbuhan dan perkembangan normal status gizi normal
2.      Identifikasi Masalah diagnosa
1.      Kejang ulang
2.      Peningkatan suhu tubuh

3.      Identifikasi Masalah Potensial
1.      Potensial kerusakan otak
2.      Potensial cidera
3.      Potensial anoreksia
4.      Potensial dehidrasi
5.      Potensial kejang ulang
4.      Identifikasi Kebutuhan Segera
1.      Bed rest
2.      Kompres dingin
3.      Pemberian O2
4.      Pemberian antipiretik dan anti konvulsan
5.      Bebaskan jalan nafas
5.      Mengembangkan Rencana
1.      Masalah  :  kejang ulang
Tujuan    :  -  kejang ulang tidak terjadi, dengan kriteria hasil : - K/U baik
                        -  kejang tidak terjadi
Intervensi
1)      Lakukan pendekatan pada klien
                                                R / :     Kerjasama yang harmonis antara nakes dalam keluarga mempermudah dalam melakukan tindakan perawatan
2)      Observasi TTV (suhu, nadi, pernafasan)
                                                R / :     Parameter untuk mendeteksi dini infeksi
3)      Bantu pasien dalam posisi yang benar
                                                R / :     Mencegah aspirasi lambung
4)      Pasang sudip lidah yang telah dilapisi kasa
                                                R / :     Untuk mencegah cidera lidah tergigit
5)      Melakukan kolaborasi dengan tim medis
                                                R / :     Pemberian terapy yang dapat mempercepat proses penyembuhan
2.      Masalah  :  Peningkatan suhu tubuh
Tujuan     :  Suhu tubuh normal dengan kriteria hasil : K/U baik  S : 365 oC
Intervensi
1)      Anjurkan keluarga untuk melepaskan baju klien dan mengganti dengan yang tipis
                                                R / :     Dapat membantu penguapan
2)      Observasi suhu tubuh
                                                R / :     Parameter untuk mendeteksi terjadinya kejang

3)      Beri kompres dingin pada leher, ketiak, dada
                                                R / :     Membantu penguapan panas kulit
4)      Memberi antipiretik
                                                R / :     Mempercepat penurunan suhu tubuh
5)      Kolaborasi dengan tim medis
                                                R / :     Melalui pemberian terapi yang tepat diharapkan pengobatan akan berhasil
6.      Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun dalam kegiatan tertenti tindakan dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi anak.
7.      Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan
S : Subyektif          O : Obyektif          A : Assasement        P : Planning

BAB  III
TINJAUAN KASUS


I.         Pengkajian
MRS : 20 – 8 – 2012           Jam : 08.50 WIB
Tanggal pengkajian 21 – 8 – 2012
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama     :  An. “E”                         No. Register       :  155882
Umur     :  2,5 tahun, anak ke 1      Nama orang tua  :  Tn. ”S”
Agama   :  Islam                             Umur                  :  35 tahun
Alamat  :  Batu Pekerjaan            :  Swasta                        Pendidikan         :  SMU
                                                      Agama                :  Islam
                                                      Alamat                :  BATU
2.      Keluhan utama
Ibunya mengatakan anaknya mengalami panas badan sudah 2 hari dan kejang 1 kali di rumah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Sejak pagi pada tanggal 19-8-2012 pasien panas, muntah 3 x, diare 2 x, pasien kejang 1 x. Tanggal 20-8-2012   Jam 19.00 di rumah langsung di bawa ke rumah sakit.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Pada umur 1,5 tahun pasien pernah menderita penyakit, tapi tidak sampai MRS, hanya periksa ke dokter praktek, diberi obat dan sembuh.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien, hanya sepupu pasien menderita epileksi.
6.      Riwayat neonatal
a.    Prenatal        : Ibu mengatakan kehamilan anaknya ini kehamilan ke I. Periksa ke bidan rutin sebanyak 9 kali. Umur kehamilan 40 minggu. Mendapat tablet Fe, vitamin, suntik TT 2 kali. Kelugan selama hamil mual. Muntah pada TM I.
b.    Natal             : Lahir spontan di bidan, dilakukan perantara dengan bayi menangis kuat, warna kulit merah.
c.    Postnatal       : Jenis kelamin ♂, BBL : 3600 gr, PBL : 19 cm, keadaan umum baik, mendapat ASI sampai usia 17 tahun. Diberi PASI mulai umur 4 bulan.
7.      Riwayat imunisasi
BCG         R         DPT     R         Polio                            R
Campak    R         DT       R         HB I, HB II, HB III   R
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi
Sehat          :  Makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring dengan nasi, lauk, sayur dan makan tambahan seperti buah dan kue
                     Minum ± 7-8 gelas/hari air putih, teh, kadang minum susu
Saat sakit   :  Makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit ± 5 sendok ½ piring dengan lauk dan sayur. Minum ± 7-8 gelas per hari air putih dan teh.
Pola aktivitas
Sehat          :  Px tidur siang pukul 11.30 WIB – 14.00 WIB
                     Px tidur malam pukul 20.00 WIB – 06.00 WIB
Saat sakit   :  Px tidur siang pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB sering terbangun karena lingkungan sekitar
                     Px tidur malam pukul 20.00 WIB – 05.00 WIB tidur nyenyak
Pola eliminasi
Sehat          :  BAB 1 x/hari tiap pagi konsistensi lunak, bau dan warna khas.
                     BAK ± 500 cc x/hari warna kuning jernih, bau khas.
Pola kebersihan dini
Sehat          :  Px mandi 2 x/hari pagi dan sore, dimandikan ibunya keramas 2 x/minggu, gosok gigi 2 x/hari, ganti pakaian 2 x/hari.
Saat sakit   :  Px tidak pernah mandi hanya diseka 2 x/hari, pagi dan sore, tidak pernah keramas selama masuk rumah sakit dan tidak pernah gosok gigi.

B.     Data Obyektif
a.       Kesadaran              :  Compos mentis
b.      Keadaan umum : Baik
S     : 309 oC
N    : 96 x/mnt
RR  : 28 x/mnt
BB  : 10 kg
TB  : 89 cm (status gizi : normal)
c.       Pemeriksaan fisik
Kepala                      : Rambut hitam, rambut tipis, tidak ada benjolan, rambut tidak mudah dicabut.
Hidung                     : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan, cuping hidung.
Mata                         : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata kotor.
Mulut dan Gigi        : Sariawan, gigi tidak caries, mukose bibir lembab, lidah tidak kotor.
Leher                        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada                        : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri dada, tidak ada whezing, tidak ada ronchi.
Perut                         : Simetris, tidak ada lesi, perut tidak kembung.
Punggung                 : Tidak ada kelainan bentung punggung.
Genetalia                  : Jenis kelamin ♂, tidak oedem, tidak ada peradangan, tidak lesi.
Ekstremitas atas       : Lengan lemas terpasang infus KAEN 3 B, pergerakan tidak aktif, tidak oedema
Ekstremitas bawah   : Simetris, tidak oedem.
d.      Pertumbuhan dan perkembangan
Pada umur 2,5 tahun pasien sudah berjalan-jalan, lari dan sering bermain dengan temannya. Senang berlari-lari, melompat. Dapat berbicara seperti memanggil bapak, ibu, makan, minum. Anak juga sudah bisa menyusun kalimat, sering bertanya, selain itu juga sudah mengerti. Namun kata-katanya masih belum jelas.
e.       Terapi
KAEN 3 B   1000 cc/24 jam
Cefotexime 3 x/ 1/3 gram
Dumin 3 x 100 mg
Valium 3 gram IV (k/p)
Dilatin 3 x 1
f.       Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium

DL  : Hb         :  10,7 gr%
         L            :  29700 cmm
         PCU      :  29,7 %
         Trombo  :  466000 /cmm
         Na          :  120 mcq/l
         K           :  2,5 mcq/l

II.      Identifikasi Masalah
Diagnosa kondisi : Anak umur 2,5 tahun dengan kejang demam.
1.    DS  : Ibu px mengatakan badan anaknya panas sejak dimulai dan mengalami muntah, diare kejang 1 x di rumah. Ibu px juga mengatakan bahwa px pernah menderita.
DO : - K/u lemah                                - Muntah 3 kali
          - Lama kejang < 5 menit            - Diare 2 kali
          - Letargi
          - S : 399 0C                                 N : 112 x/m                 rr : 28 /m
2.      DS   :  Ibu px mengatakan badan anaknya panas tinggi (hipertermi)
DO  :  - K/u lemah
           - S ; 399 0C
           - Pada palpasi badan panas

III.   Identifikasi Masalah Potensial
Potensial terjadi :
-          Kejang ulang
DS  : Ibunya mengatakan sudah 2 hari panas badan dan kejang 1 kali di rumah.
DO : K/U   :  lemah              Nadi  :  112 x/menit
         T     :  399 oC             RR    :  28 x/menit

IV.   Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan tim medis

V.      LANGKAH V, VI, VII (PENGEMBANGAN RENCANA, IMPLEMENTASI, EVALUASI)
No
Diagnosa
Pengembangan Renacana
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Text Box: 151.
Anak E usia 2,5 tahun dengan kejang demam
Setelah dilakukan askeb 1x24 jam diharapkan tidak terjadi kejang ulang dengan kriteria :
-          K/u baik
-          TTV
T    : 365 – 375 oC
N    : 80-100 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt.

1.    Lakukan pendekatan denga keluarga dan pasien









2.    Jelaskan pada keluarga untuk menidurkan px dalam posisi kepala datar tanpa alas dan posisi miring
3.    Pasang tong spatel yang dibungkus kasa pada saat anak kejang



1.     Untuk membina hubungan kerja sama yang baik antara nakes dengan keluarga yang kooperatif






2.     Mencegah terjadinya aspirasi pada pernafasan



3.     Pemasangan tong spatal dapat mencegah terjadinya cidera lidah tergigit
Tgl. 20-08-2005 
Jam : 09.00
1.    Menyapa pasien atau keluarga dengan mengucapkan salam serta senyuman dan memperkenalkan diri lalu menjelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya serta tindakan yang akan dilakukan
2.    Memiringkan kepala px dan meletakkan pada tempat yang datar tanpa alas


3.    Memasang sudip lidah pada mulut px saat kejang

Tanggal 21-8-05 jam 09.00

S =  Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kejang lagi
O = k/u anak baik tidak kejang lagi pada tangan kanan masih terpasang infus kaen 3 B 14 tetes / menit
A     Masalah teratasi px tidak kejang lagi
P     Melanjutkan observasi TTV

No
Diagnosa
Pengembangan Renacana
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Text Box: 16

 
















2.

















Hipertermi
















Setelah dilakukan askeb 2x24 jam diharapkan suhu badan normal dengan kriteria :
-          u/u anak baik
-          T : 3650C
-          N : 88 x/m
-          RR : 20 x/m
4.    Berikan O2 sesuai kebutuhan

5.    Observasi TTV




6.    Kolaborasi dengan tim medis







1.    Longgarkan pakaian dan beri pakaian yang dapat menyerap keringat

2.    Kompres dengan air dingin
4.    Untuk memenuhi kebutuhan O2 di otak
5.    Merupakan parameter utama untuk mengetahui adanya kelainan (Infeksi)
6.    Dengan pemberian terapy yang tepat dapat membantu dan mempercepat proses penyembuhan




1. Membantu penguapan dan mengurang rasa panas dan yang dirasakan pasien
2.    Fase dilatasi pori-pori kulit akan meningkatkan penguapan

4.    memberikan O2 3 l/menit Nasal

5.    Mengobservasi TTV
S    = 3990C
N   = 112 x/m
RR = 28 x/m

6.    Melakukan advis tim medis jam 09.15
Memberikan infus Kaen 3 B 1000 cc dalam 24 jam
Memberikan injeksi diazepam 5 mg IV pelan
Jam 09.30
1.    Melonggarkan. Melepas baju px dan mengganti yang tipis / dari bahan katun

2.    Memberikan kompres dingin pada kening dan ketiak
















Tanggal 22-8-05
jam 09.30
S =  Ibu mengatakan suhu badan anaknya sudah turun



No
Diagnosa
Pengembangan Renacana
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Text Box: 17



3.    Berikan antipiretik


4.    Observasi temperatur setiap 4 jam

5.    Kolaborasi dengan tim medis

6.    Berikan banyak minum.

3.    Membantu menurunkan suhu tubuh

4.    Suhu merupakan faktor utama untuk mendeteksi demam
5.    Memberikan perawatan dan pengobatan secara tepat

6.    Memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh.

  1. Memberikan obat Dumin 125 mg peroral saat tidak kejang
  2. Mengukur suhu axila 379 0C

5.      Memberikan injeksi antibiotika cefotaxim 3x1/3  gr

6.      Memberi minum 3 – 14 /hari.

O = u/u anak baik
       S   = 370C
       N   = 88 /m
       RR = 20 x/m
A  Masalah teratasi suhu tubuh turun
P   Intervensi dilanjutkan dengan pemberian obat oral untuk rawat jalan di poli anak.










 
 


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari kesimpulan laporan praktek klinik kebidanan ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.      Penyebab timbulnya Kejang Demam ini karena proses ekstracranium
2.      Pada kejang demam dapat menyebabkan atau menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya yaitu kerusakan sel otak maupun anoksi
3.      Pada kejang demam merupakan penanganan dan perawatan yang tepat dengan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan komprehensif yang bertujuan mencegah terjadinya bangkitan kejang

B.     Saran
1.      Bagi Penulis
-          Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
-          Mendapatkan pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebianan
2.      Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami tentang keadaannya sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.      Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam asuhan kebidanan pada anak.


DAFTAR PUSTAKA


Behrman, Kliegmen dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, penerbit Buku Kodektoren EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif dkk, Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ke 3 Jilid I, FKUI.

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, penerbit Buku Kodektoren EGC, Jakarta.

Sutejo, 1971. Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan Ketiga Bagian II FKUI

0 komentar: